"Kau yang menyuruhnya?"
"Tidak," jawaban diberikan oleh gadis tinggi yang ada di depannya. Matanya fokus ke arah lapangan basket yang terlihat dari lantai lima gedung empat.
Di sana, tiga orang menjadi pusat perhatian semua orang, lantaran pertandingan berhenti untuk sementara waktu karena sang pemain sedang diajak bicara.
"Ha? Bertanya apa?"
Bukan Xinyu yang menjawab, gadis di depan mereka berdualah yang berbicara.
"Jika kau bisa mengalahkan ku dalam permainan basket, aku akan meminta maaf padanya, bagaimana?"
"Ryujin cepatlah, hari semakin sore."
Melihat Ryujin yang tidak kunjung kembali ke lapangan setelah mengambil bola, teman satu klub basketnya, yang sebelumnya bermain melawan dia, akhirnya berteriak memanggil.
Mengangkat alisnya pada Sohyun, Ryujin mengatakan sesuatu sebelum berjalan ke arah lapangan, "Jika tidak berani, pergilah dari sini."
Sifat Sohyun adalah dia tidak pernah membiarkan harga dirinya direndahkan, egonya selalu menang, dia tidak akan mundur apabila yang dia yakini adalah benar, seperti saat ini, dia berpikir sudah sepantasnya gadis itu meminta maaf pada Xinyu.
"Aku bahkan belum mengatakan apakah aku setuju atau tidak, dan kau sudah ingin pergi?"
Ryujin berbalik ke arahnya.
"Apa yang kau minta jika aku kalah?"
Sohyun sadar, bahwa harus ada yang dia pertaruhkan karena gadis di depannya sudah mengatakan hal yang akan dia lakukan jika kalah, maka dia juga menanyakan kondisi jika dirinya lah yang mendapat kekalahan.
"Cukup sederhana, membungkuk dan minta maaflah padaku karena bersikap tidak sopan kepada senior mu." Ryujin tersenyum karena umpan yang dia lempar tidak berakhir sia-sia.
"Tidak sunbae, tidak terjadi apa-apa kepadaku, kami akan pergi sekarang. Tidak ada pertandingan diantara kalian berdua." Xinyu menyela pembicaraan keduanya, sudah cukup kejadian dua minggu lalu menyebabkan keributan yang melibatkan mereka berdua.
Dia tidak ingin Sohyun mengalami masalah lain hanya karena dirinya.
Ryujin yang hampir mencapai tujuannya untuk bertanding dengan Sohyun tidak akan melepaskannya dengan mudah, mengatakan kepada Xinyu bahwa bukan dia yang berhak memutuskan apakah mereka akan bertanding atau tidak. Tapi Sohyun.
Menarik Sohyun ke tepi lapangan, Xinyu memintanya untuk tidak menanggapi ucapan Ryujin.
"Jangan menciptakan keributan lain, Sohyun. Permintaan maaf itu tidak sebanding dengan masalah yang mungkin terjadi setelah kalian bertanding."
Xinyu bersungguh-sungguh membujuknya.
"Xinyu-ya, apakah kau juga merasa aku hanya menciptakan masalah selama ini? Apa menurut mu aku tidak bisa mengalahkan dia?" Ucapan Sohyun terdengar berbeda, seakan menyimpan rasa kecewa.
"Bukan itu maksudku," Xinyu coba menjelaskan.
"Kau memang bermaksud seperti itu, kau tidak percaya padaku. Seperti orang lain, kau memandangku seperti pembuat onar."
"Pergilah jika kau memang tidak ingin melihatku bertanding dengannya, jangan muncul lagi di depanku dan tolong ingat bahwa aku menerima tantangannya bukan karena mu, aku hanya ingin dia mendapat pelajaran." Suaranya tidak selembut seperti biasa.
Sohyun lalu dengan paksa melepaskan lengannya yang sejak tadi ditahan oleh Xinyu. Melangkah kembali ke arah Ryujin. Siap untuk bertanding basket.
"Jangan menganggap ku curang hanya karena aku anggota klub basket, seperti yang diketahui semua orang, kakiku masih dalam masa pemulihan, jadi aku anggap kita imbang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleS
Fanfiction"Aku tau orang akan datang dan pergi dalam fase hidup kita, tapi bisakah dirimu menetap dan tidak pergi?" - Zhou Xinyu "Maafkan aku, maaf sudah lancang dan berani mencintaimu. Seharusnya aku tidak membuat hubungan ini menjadi rumit." - Park Sohyun ...