27.

101 19 0
                                    

Malam hari.

"Semua uang hasil penjualan perhiasan ada di sini." Ucap Lu Ziyu sambil memberikan amplop berisi kartu bank kepada Lee Ji-Ah. Lee Ji-Ah tidak langsung mengambil amplop itu, dia hanya memandangi amplop itu sebelum mengembalikan kepada Lu Ziyu.

"Ini adalah hak mu, terima kasih sudah bersama kami dalam suka maupun duka. Aku dan suamiku selalu menganggap mu sebagai adik kami, tapi aku tidak bisa terus menerus bergantung padamu. Pergi dan carilah pekerjaan, hanya ini hal terakhir yang bisa kami berikan padamu."

"Sudah saatnya bagimu untuk berkeluarga. Kau tau, salah satu keinginan suamiku adalah menjadi wali nikah mu, tapi sayangnya tidak bisa. Aku dan Xinyu akan pergi ke Korea dan menetap di sana, jadi lebih baik bagi mu untuk mencari pekerjaan baru. Dengan uang ini setidaknya kau tidak akan kesulitan untuk beberapa tahun ke depan." Pungkas Lee Ji-Ah.

"Kalian akan pindah?" Ucap Lu Ziyu dengan kaget. Dirinya adalah asisten pribadi Zhou Xinhan, tetapi selama ini tugasnya tidak hanya sekadar membantu urusan perusahaan, tak jarang dirinya lah yang mempersiapkan segala sesuatu terkait perjalanan keluarga Zhou. Jadi dirinya sedikit terkejut karena kali ini Lee Ji-Ah tidak memintanya untuk mempersiapkan tiket perjalanan ke Korea. Dirinya bahkan tidak diberi tahu kabar pindahnya mereka.

"Ya, seseorang sudah mengatur jadwal keberangkatan kami." Jelas Lee Ji-Ah pada Lu Ziyu.

Lu Ziyu sudah mengikuti Zhou Xinhan sejak awal karir suaminya dibangun, hingga menjadi perusahaan besar di daratan Cina dirinya masih setia bersama suaminya. Lu Ziyu pula yang membantu Lee Ji-Ah dengan pemakaman Zhou Xinhan saat dirinya harus menemani Xinyu di Korea saat itu. 

Lu Ziyu sangat berjasa bagi keluarga Zhou.

Zhou Xinhan dan seluruh keluarganya bahkan sudah menganggap Lu Ziyu sebagai anggota keluarga mereka sendiri, hanya saja sifat Lu Ziyu adalah sangat menghormati seseorang yang dianggap sebagai atasannya sehingga Lu Ziyu selalu bersikap hormat dan formal kepada seluruh anggota keluarga Zhou.

Lee Ji-Ah berpikir bahwa tidak baik untuk selalu menahan Lu Ziyu di sisinya, apalagi dengan fakta bahwa sudah tidak ada lagi pekerjaan yang membutuhkan bantuan Lu Ziyu. Lu Ziyu adalah pemuda yang menjanjikan, jadi lebih baik jika dirinya tidak terikat lagi dengan keluarga Zhou. Mencari pekerjaan baru atau bahkan mendirikan perusahaa sendiri lebih dari mampu dilakukan olehnya. 

Agar tidak membuat Lu Ziyu khawatir, Lee Ji-Ah menyebutkan kepada Lu Ziyu bahwa nantinya di tempat tinggal barunya, Lee Ji-Ah berniat membuka sebuah usaha agar tetap bisa membiayai kehidupan Xinyu. Uang yang dia punya sekarang haruslah terus diputar agar menghasilkan uang lain.

Setelah berbicara beberapa kata lagi kepada Lee Ji-Ah, Lu Ziyu pergi dari kediaman Zhou.

----------

Cahaya bulan bersinar terang menggantikan tugas matahari. Seorang gadis cantik duduk dengan tenang di atas ayunan yang sedang berayun pelan. Gaun putihnya memantulkan cahaya bulan dengan sangat baik. Menciptakan lingkaran cahaya di sekelilingnya.

Setidaknya itu adalah pemandangan yang Sohyun lihat saat dia melangkah ke arah taman yang ada di halaman rumah keluarga Zhou. Xinyu terlihat sangat cantik, seperti peri. Xinyu tidak menyadari kehadiran Sohyun karena dirinya sedang mendengarkan musik dari benda persegi berwarna biru perak di pangkuannya. Telinganya dipenuhi alunan musik dan lagu dari earphone kabel yang terhubung dengan benda itu, cassette player.

Kaset bergaya lama lama itu memutar lagu 學著爱, setiap penggalan lirik yang Xinyu dengar seakan mempresentasikan emosinya saat ini. Xinyu merindukan ayahnya, merindukan saat mereka tertawa bersama, bermain bersama, saat ayahnya menceritakan lelucon, saat ayahnya mengantarnya berangkat ke sekolah. Merindukan pelukan ayahnya. 

"Jangan menangis, ku mohon." Sohyun akhirnya mencapai Xinyu. Sohyun tidak tau bagaimana rasanya kehilangan anggota keluarga, tapi dia memahami rasa sakit Xinyu, setiap kali Xinyu sedih, hati Sohyun tidak akan tenang.

Kelopak mata Xinyu yang sejak awal lagu terpejam perlahan terbuka saat merasakan bahunya dipegang oleh seseorang. Menoleh ke belakang, mata merahnya bertemu dengan tatapan teduh Sohyun. Cepat-cepat Xinyu mematikan pemutar kasetnya, melepas earphone yang menutup telinganya dan menghapus air mata yang sudah terkumpul di pelupuk mata. 

"Kau belum tidur?" Tanya pada Sohyun, karena seingatnya gadis itu sudah berbaring di kasur dengan tenang, jadi dia mengira Sohyun sudah tidur dan pergi ke taman untuk menenangkan diri. 

Menggelengkan kepalanya pelan, Sohyun mengambil tempat duduk di samping Xinyu, ayunan itu cukup besar untuk mereka berdua tempati. "Aku mencari mu, tapi kau tidak ada."

"Ya, aku hanya tidak bisa tidur."

"Lagu apa yang kau dengarkan?" Sohyun menimpali Xinyu setelah hening sejenak.

Xinyu mengambil salah satu earphone bagian kiri dan memasangkan langsung di telinga Sohyun, lalu memasang bagian satunya pada telinga kanannya. Lagu yang sebelumnya berhenti kembali berputar. Melihat Xinyu sangat tenggelam dalam lagu tersebut membuat Sohyun ikut memejamkan matanya.

Sohyun tidak tau apa arti lirik yang dinyanyikan dalam bahasa cina, tapi dia mengerti lirik dalam bahasa inggris, alunan musiknya memang sanggup membuat seseorang sedih, bahkan Sohyun juga terbawa suasana. 

"Ini adalah pemberian ayahku, hadiah ulang tahunku yang ke-10 tahun. Aku merengek padanya untuk membelikan ini saat dia membawaku pergi ke toko musik, dan ini adalah lagu yang selalu kami putar bersama." Di tengah lagu, Xinyu menjelaskan kepada Sohyun. 

Mengambil tangan Xinyu, Sohyun membawa mereka ke dalam genggamannya. 

Xinyu bercerita banyak hal kepada Sohyun, tentang bagaimana selama ini ayahnya selalu menemaninya. Sambil mendengarkan lagu yang diputar secara gelung tunggal, Sohyun mengarahkan kepala Xinyu untuk bersandar di bahunya, kedunya larut dalam obrolan malam. Bahkan tidak sekali, tangan kiri Sohyun memeluk bahu Xinyu. 

"Waktu kecil, ayahku suka sekali menggendongku dan membawaku memutari taman." Ucap Xinyu bersemengat, mengangkat kepalanya sambil melihat sekeliling, seolah dapat melihat bayangan saat dirinya digendong oleh ayahnya. 

Sohyun melepas earphone yang dipakai olehnya dan Xinyu. Menyimpan pemutar kaset itu di tempat duduknya, dan berlutut di depan Xinyu. Xinyu yang terkejut karena pergerakan Sohyun segera bertanya mengapa dia berlutut. "Naiklah, aku yang akan membawa mu." Sohyun menoleh ke belakang dan tersenyum pada Xinyu.

--------

Malam itu, dua orang berdiri di bawah bulan yang bersinar terang. Satu mengenakan warna putih, sedangkan lainnya menggunakan warna hitam. Saling tertawa dan menikmati keindahan taman kecil yang disinari bulan. Gadis bergaun putih itu tertawa begitu lepas di balik punggung gadis berpakaian hitam yang membawanya mengelilingi taman. 

Sesuatu yang tidak diketahui keduanya bersemi di hati masing-masing, membuat keduanya lebih terikat daripada sebelumnya. 

"Gomawo, Sohyun-ah." Bisiknya. 

--------

Sabtu pagi datang dengan cepat, Xinyu dan ibunya sudah selesai mengemasi barang-barang yang akan mereka bawa, beberapa barang yang tidak terlalu diperlukan ditinggalkan di rumah mereka. 

Sehari sebelumnya, Xinyu kembali untuk mengunjungi ayahnya bersama sang ibu, berpamitan kepada Zhou Xinhan. Sohyun sendiri kembali ke hotel tempat Eunseo menginap, mengambil barang-barangnya. Jika saat berangkat ke Cina, Sohyun ditemani oleh Eunseo, maka dalam perjalanan ke Korea kali ini, dia akan pergi bersama Xinyu dan Lee Ji-Ah. Eunseo masih memiliki pekerjaan di sini yang membuatnya harus tinggal lebih lama.

Ya, Eunseo lah yang mengatur perjalanan Xinyu dan Lee Ji-Ah. Sesuai janjinya kepada Sohyun saat di rumah sakit kala itu.

.
.
.
.
.

NOTES

學著爱 (Xue Zhu Ai) atau dalam bahasa Inggris adalah My Way to Love adalah salah satu lagu populer milik Eric Chou, penyanyi terkenal Taiwan yang dirilis 10 tahun yang lalu.

The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang