22.

109 19 0
                                    

Di sebuah rumah sakit. Pemeriksaan MRI dilakukan pada gadis yang ada di ranjang khusus. Dua hari, dirinya menolak bangun dari tidurnya. Dokter kenamaan bahkan sudah dipanggil tapi tidak ada perubahan.

"Unnie, kumohon makanlah dulu, Sohyun akan marah jika melihat mu sakit saat ia bangun nanti." Jiyeon mencoba membujuk Soobin, secara umur dia memang lebih tua dari Soobin, tapi menurut ikatan keluarga Soobin adalah kakak iparnya.

Orang yang diajak bicara hanya diam sambil terus menatap pintu di seberangnya. Sohyun masih dalam keadaan tidak sadar setelah pingsan di bandara dua hari yang lalu. Soobin menggeleng, dirinya khawatir dengan sang putri yang tak kunjung bangun.

Tidak lama setelahnya, Sohyun sudah diantar kembali ke ruangannya. Dokter yang bertanggung jawab menjelaskan pada semua orang di ruangan itu, ada Seola, Soobin, Jiyeon, dan Eunseo.

"Pada dasarnya tidak ada masalah fisik pada tubuh Sohyun, tapi otaknya dalam keadaan tidur karena faktor psikologis. Aku sarankan memanggil dokter Kim untuk memeriksanya."

Jiyeon yang mendengarkan dengan seksama langsung bertanya, "Kim Jisoo?" Dokter hanya mengangguk membenarkan pertanyaan itu.

Jiyeon langsung menoleh ke arah sang kakak, Hyunjung. Keempat mata itu beradu sebelum salah satunya melepas. Seola hanya tidak menyangka, ternyata hidupnya akan sangat-sangat bergantung pada Jisoo, orang yang telah menyelamatkan sang adik akibat stress karena tekanan pekerjaan. Sekarang giliran Sohyun, sang putri, yang membutuhkan bantuannya.

Mendapat anggukan dari Seola, Jiyeon lalu menelpon Jisoo. Dokter yang juga temannya.

"Jisoo-ya, apakah kau ada jadwal praktik hari ini?"

"Tidak bukan aku, tapi keponakan ku. Dokter yang memeriksanya berkata bahwa kau bisa mengetahui penyebab ia tidak bangun."

"Dain sakit? Apakah tidak bisa ditinggal sebentar? Kumohon Jisoo, bukan sebagai pasien tapi sebagai teman." Di seberang sana dokter Kim berkata bahwa putrinya, Dain sakit saat ini sehingga dia perlu menjaganya.

"Terima kasih, akan aku kirimkan nomor kamarnya." Pungkas Jiyeon sebelum menutup telepon. Lalu diberitahukan kabar itu pada Seola.

Seola memandang keadaan putri dan istrinya. Dua hari ini Sohyun hanya bergantung pada nutrisi yang diberikan melalui infus, sedangkan Soobin sendiri hanya mau makan setelah Seola membujuknya berkali-kali. Dihampirinya Soobin yang sedang duduk di kursi pengunjung. Seola sedikit mengelus kepala Sohyun, dalam hati dia meminta maaf dan berdoa agar dirinya segera bangun. Terlalu banyak orang yang mengkhawatirkannya.

"Ayo makan dulu, Soobin, ku mohon jangan siksa diri mu." Ucapnya pada Soobin yang saat ini tengah mengistirahatkan badannya pada Seola.

Kegiatan itu diinterupsi saat keduanya mendengar Jiyeon yang sedang duduk di sofa ditemani Eunseo meringis kesakitan. Adiknya terlihat memegangi perutnya, alisnya bertaut saat bibirnya meringis.

"Ada apa Eunseo?" Tanya Seola pada Eunseo.

"Tidak apa-apa unnie, kandungan Jiyeon sering mengalami kontraksi karena dirinya terlalu khawatir. Aku akan membawanya pulang lebih dahulu karena obatnya ada di rumah." Balas Eunseo yang langsung menggendong Jiyeon berlalu keluar.

"Berhati-hatilah," seru Seola pada Eunseo.

Dengan bujukan akhirnya Soobin mau makan, dia makan ditemani oleh Seola. Tidak lama setelah itu, seseorang mengetuk pintu. Seola bangkit dan membukakan pintu. Di sama sudah ada dokter Kim yang tersenyum padanya. "Lama tidak bertemu, unnie." Katanya pada Seola.

"Bagaimana kabar putrimu? Ku dengar dari Jiyeon bahwa dia sakit, maaf sudah merepotkan mu." Seola mempersilahkan Kim Jisoo masuk.

"Tidak ada yang serius, dia hanya demam karena terlalu banyak bermain." Balas Jisoo yang kini sedang menyapa Soobin.

The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang