Merasa muak hanya dengan berada di kamar dan mendengar suara-suara dari lantai bawah. Sohyun akhirnya menghubungi sahabatnya.
Nakyoung
"Jemput aku."
"Kabjagi?"
"Segeralah, aku tidak tahan berada di sini."
"Kirimkan alamatnya."
"Send location"
"Beri aku 5 menit."
Dirinya lalu berganti pakaian menjadi celana jeans dan kaos hitam. Mengendap-endap melalui pintu belakang, dirinya disambut Nakyoung yang sudah menunggu. "Kau cepat sekali."
"Sebelumnya kau yang menyuruh ku cepat, saat sudah sampai kau bilang aku terlalu cepat?" Ucap Nakyoung tidak terima.
"Beri aku kunci motor mu, dan kau pulanglah." Sohyun menyodorkan tangannya pada Nakyoung.
"Setidaknya antar kan aku pulang dulu okay, aku seperti pelayanmu saja." Gerutunya kesal tapi tetap memberikan kunci motor kepada Sohyun.
"Kim Nakyoung!" Teriak Sohyun pada Nakyoung yang terlihat mulai berjalan menjauh.
"Gomawo." Tambahnya yang dihadiahi jempol.
——————————
Sejak keluar dari kamar hotel, Xinyu berulang kali mencoba menelpon sang ibu, tapi sepertinya handphone sang ibu dimatikan.
Dirinya kini berada di pusat perbelanjaan yang ia yakini bahwa ibunya ada di sini. Berjalan ke bagian buah dan sayur, dirinya mengedarkan pandangan ke segala arah.
Zhou Xinyu terlihat sangat berantakan sekarang, hanya dengan handphone di genggaman dan penampilan yang sedikit acak-acakan dirinya terlihat seperti orang hilang tidak tau arah.
Mencoba untuk menghubungi sang ibu sekali lagi, ia masih disambut oleh suara pip pip tanda bahwa ponsel yang ibu masih mati. "Eomma kemana?"
Berjalan gontai, Xinyu memutuskan untuk kembali ke hotel, berharap sang eomma sudah ada di sana. Xinyu tidak punya uang tunai lagi, maka dia memutuskan untuk berjalan kaki sekaligus menenangkan diri walaupun pikirannya sepertinya masih berkecamuk memikirkan sang papa di negeri yang jauh disana.
Melihat jalanan yang sudah lenggang Xinyu memutuskan untuk menyebrang, tapi siapa sangka, sebuah motor hitam dengan kecepatan di atas rata-rata tiba-tiba melaju cepat ke arahnya. Tubuhnya seperti dipaku di tanah sebelum badan motor itu mengenai dirinya. Tubuh tingginya terlempar sejauh tiga meter.
"Uhukk!" Sakit, tubuhnya seakan remuk, inilah yang Xinyu rasakan sebelum sebuah batuk darah merenggut kesadarannya.
Sohyun merasa tubuhnya melayang sesaat sebelum tubuhnya beradu dengan aspal. Kedua matanya melihat dia, gadis bergaun pendek dengan motif bunga yang sedang sekarat di depannya, bercak darah menodai pakaiannya, terutama di bagian atas. "Mianhe." Ucapnya lirih sebelum dirinya pingsan.
"Cepat, seseorang hubungi polisi dan ambulans." Seseorang yang melihat semua kejadian segera berteriak meminta tolong.
—————————
"Dua korban kecelakaan, perempuan dengan kisaran umur tujuh belas hingga delapan belas tahun."
"Bagaimana dengan tanda-tanda vital?"
Selanjutnya terdengar petugas ambulance melaporkan tanda vital kedua gadis yang tengah tidak sadarkan diri di atas brangkar rumah sakit.
"Salah satu pasien mengalami luka yang cukup parah sehingga membutuhkan operasi sesegera mungkin. Segera hubungi anggota keluarga dan siapkan ruang operasi." Ucap dokter emergency kepada salah satu perawat. Para perawat segera menyiapkan ruang operasi, sedangkan salah satu pasien sudah dipindahkan ke ruang perawatan umum karena cedera yang dialami tidak terlalu parah.
Perawat segera menyampaikan pesan dokter kepada petugas polisi yang menangani kasus kecelakaan tersebut. "Pihak keluarga sudah dihubungi, sebentar lagi akan sampai."
Tidak disangka oleh Seola dan Soobin, bahwa putri mereka yang seharusnya berada di lantai atas rumah Eunseo justru berada di rumah sakit karena sebuah kecelakaan laka lantas.
Keduanya masih ada di pesta dan berbincang dengan teman-teman mereka ketika sebuah panggilan telepon didapatkan oleh Seola. Eunseo bahkan akan mengakhiri pesta lebih awal ketika mendengar dari Seola bahwa keponakannya mengalami kecelakaan, tetapi ditahan oleh Seola dengan alasan tidak ingin mengacaukan pesta sang adik.
Kini, Seola, Soobin, dan Nam Dawon berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Ya, Nam Dawon, salah satu dokter di First Medical Seoul sekaligus teman mereka juga ikut menemani. Mereka segera diarahkan ke arah ruang operasi.
Disana terlihat seorang petugas polisi dan Park Sohyun yang duduk di ruang tunggu operasi. Setelah sadar dari pingsannya beberapa menit yang lalu, Sohyun memaksa untuk melihat keadaan gadis yang sebelumnya ia celakai.
Soobin segera menghampiri sang putri, sedangkan Seola berbicara dengan petugas yang sebelumnya menghubunginya. Adapun Dawon, dokter tersebut meminta ijin untuk masuk ke dalam ruang operasi dan membantu.
"Petugas Chu Sojung, salam, saya Kim Hyunjung, orang tua dari Park Sohyun, salah satu korban kecelakaan." Seola segera memberikan kartu identitasnya kepada petugas polisi di depannya.
"Terima kasih Nyonya Kim, kami akan memanggil anda dan anak anda untuk melakukan interogasi terkait kecelakaan hari ini setelah Nona Park pulih." Ucap petugas perempuan bername tag Chu Sojung kepada Seola sambil memberikan kembali kartu identitasnya, dan menepuk pundak orang di depannya kemudian berlalu meninggalkan keluarga itu. "Saya permisi."
Keadaan Sohyun juga tidak baik-baik saja walaupun sudah terbebas dari keadaan mengancam nyawa. "Bunda, gadis itu, gadis itu berdarah sangat banyak. Aku, aku melihatnya dirinya pingsan di depanku."
Soobin yang melihat keadaan sang anak segera membawa Sohyun dalam dekapannya. "Dia berdarah karena aku." Dalam pelukan itu, Sohyun menumpahkan air mata yang sejak tadi ditahannya.
"Park Sohyun! Bukankah eomma meminta mu untuk merenungkan perilaku mu? Mengapa justru kau keluar dan menyebabkan kecelakaan ini? Jawab eomma, Park Sohyun!" Kejadian yang silih berganti terjadi hari ini sepertinya membuat Seola berada di ambang batasnya, amarah yang menumpuk segera meluap di hadapan sang putri.
"Kim Hyunjung! Jangan membantak anakku!"
Soobin yang melihat bahwa bentakan Seola semakin membuat Sohyun bergetar segera menyela tak kalah sengit."Berhenti memanjakan dia Soobin, dia sudah dewasa untuk berpikir mana yang baik dan tidak untuknya." Ucap Seola pada sang istri.
"Dan juga, jangan pernah lagi berteriak seperti itu kepadaku." Tambah Seola sebelum meninggalkan keduanya.
Soobin menyadari kesalahannya, sejak mengenal Seola dirinya memang tidak pernah kehilangan kendali seperti tadi, itu adalah pertama kalinya dirinya menaikkan nada bicaranya kepada sang istri.
"Sohyun-ah, ayo kembali ke kamar mu, dirimu harus beristirahat."
"Aniyo, aku harus menunggunya di sini." Gelengan diberikan Sohyun.
"Baiklah, tapi setelah operasi selesai, kau harus kembali ke kamarmu." Final Soobin yang dibalas anggukan oleh Sohyun.
.
.
.
.Notes
Triple updates karena Soxinz satu unit lagi di Visionary Vision.
![](https://img.wattpad.com/cover/370659790-288-k307636.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleS
Fanfiction"Aku tau orang akan datang dan pergi dalam fase hidup kita, tapi bisakah dirimu menetap dan tidak pergi?" - Zhou Xinyu "Maafkan aku, maaf sudah lancang dan berani mencintaimu. Seharusnya aku tidak membuat hubungan ini menjadi rumit." - Park Sohyun ...