25.

130 19 0
                                    

"Apa yang sedang kau lihat?" Suara Xinyu menghentikan aktivitas Sohyun. Xinyu mendekat ke arah Sohyun, penasaran dengan apa yang sedang dilihat Sohyun.

"Kau menyukai Kim Jiyeon?" Sohyun balik bertaya kepada Xinyu, sambil menunjukkan salah satu photobook dari drama yang dibintangi Jiyeon. Xinyu tidak marah melihat Sohyun menyentuh barang-barangnya, "Hmm, aku sangat menyukainya."

Xinyu bercerita tentang bagaimana dia menjadi penggemar Kim Jiyeon, dirinya tidak sengaja melihat drama korea yang dibintangi oleh Jiyeon muda, saat itu direkam Jiyeon bahkan belum menikah dengan Son Eunseo. Xinyu tertarik dan mencari nama Jiyeon di Weibo, dan tau bahwa selain aktris Jiyeon juga seorang penyanyi solo, maka mulai dari situlah Xinyu mulai mendengar lagu-lagu Jiyeon dari awal debut hingga yang terbaru, banyak drama Jiyeon juga ditonton oleh Xinyu.

Pernah ada suatu waktu, dirinya yang sering berkomunikasi dengan Jiyeon melalui fansign ingin menjadi seperti idolnya, menapaki tangga industri, entah sebagai penyanyi ataupun bermain peran. Dia bahkan pernah mengungkapkan hal itu kepada ayahnya, yang sangat medukung apapun keputusannya.

"Kau juga suka dengannya?" Setelah bercerita, Xinyu menanyakan pertanyaan yang ingin ia ajukan sejak tadi. Sohyun bingung harus menjawab apa, ya, sebagai keponakan tentu ia menyukai tantenya, tapi menyukai Jiyeon sebagai penggemar? Dirinya belum sampai di tahap itu. Dalam hati terdalamnya, idola nomor satu Sohyun adalah eommanya, Kim Hyunjung, orang yang bekerja di balik album-album hits Jiyeon.

Tapi Sohyun memilih mengiyakan pertanyaan Xinyu, karena secara keseluruhan dirinya memang menyukai Jiyeon. Xinyu seperti menemukan harta karun, dirinya langsung bersemangat dan melakukan sesi tanya jawab dengan Sohyun. Seperti ini,

"Lagu mana yang menjadi favoritmu?"

"Apa drama Jiyeon yang pertama kali kamu tonton?"

"Berapa kali kau pergi ke konser Jiyeon?"

Keduanya sudah duduk di atas kasur, saat Sohyun menjawab pertanyaan itu satu persatu.

"Aku paling menyukai Bird Cages dari album Freedom."

"Marriage Concerto, ya, benar, aku menonton drama itu bersama bundaku."

"Dua atau tiga kali? Entah aku sendiri lupa."

Semakin Sohyun menjawab, wajah tersenyum Xinyu semakin digantikan dengan ekspresi datar. Pada dasarnya, lagu Bird Cages dan Marriage Concerto adalah karya yang dihasilkan sewaktu Jiyeon masih baru berada di industri hiburan. Marriage Concerto bahkan diproduksi saat mereka berdua masih duduk di bangku sekolah dasar, apakah Sohyun mengartikan bahwa dia dulu menyukai Jiyeon dan sekarang tidak?

"Yang kau sebutkan bahkan bukan karya baru Kim Jiyeon, kau penggemar asli dia atau apa, hmm?" Sergah Xinyu pada Sohyun.

Sohyun sendiri tidak sadar bahwa yang dia sebutkan semuanya adalah lagu dan drama belasan tahun yang lalu. "Jjinja yo?" Bahkan tanpa sadar menggunakan bahasa korea dengan Xinyu.

"Dan apa itu hanya dua hingga tiga kali, Jiyeon bahkan menggelar puluhan konser di Korea ataupun luar Korea. Kau sangat mengecewakan." Rajuk Xinyu.

"Arasseo arasseo, mianhe, aku tidak sefanatik dirimu, kau tau."

"Hahahahahah, wajahmu lucu sekali." Xinyu tertawa melihat Sohyun, dirinya tidak sepicik itu hanya karena hal kecil seperti meributkan idola dan bersikap tidak masuk akal dengan merajuk seperti anak kecil.

Era dirinya sebagai penggemar Jiyeon juga sudah usai, berhenti setahun lalu saat dia masuk sekolah menengah, tidak sepenuhnya berakhir memang, namun hanya mengurangi intensitasnya.

Sohyun sendiri merasa kesal, berpura-pura ingin memukul Xinyu dan menggelengkan kepalanya. Dirinya memang tidak pernah menghadiri konser Jiyeon, karena ia dan keluarganya berada di backstage, bukan di bangku penonton, dia berada di bangku penonton dapat dihitung dengan jari berapa kalinya.

Sohyun yang ingin mengungkapkan bahwa ia mengenal Jiyeon dan bahkan mempunyai hubugan darah dengannya, langsung mengurungkan niatnya karena kesal kepada Xinyu.

Biarlah Xinyu tau fakta itu nanti.

-------

Sementara itu di ruang kerja Zhou Xinhan.

"Setelah kami menemui perwakilan karyawan dan memberikan pesangon terakhir, maka semuanya selesai." Lu Ziyu melaporkan perkembangan pekerjaan yang akhir-akhir ini sedang mereka kerjakan kepada Lee Ji-Ah.

"Ziyu, bantu aku mendapatkan uang dengan ini." Lee Ji-Ah berbicara sambil menyodorkan kotak besar kepada orang di depannya. Lu Ziyu segera maju dan membuka isi kotak tersebut.

Perhiasan. Lu Ziyu terkejut dengan isi di dalamnya.

"Nyonya, ini-" Belum selesai berbicara, Lee Ji-Ah segera menyela. "Surat-surat untuk semuanya ada di dalam berkas ini. Kau tau Ziyu? Seorang wanita yang kehilangan suaminya tidak lagi pantas memakai perhiasan di tubuhnya. Seperti yang kita tahu, kita sangat kekuarangan uang sekarang. Aku tidak bisa menjual rumah ini karena ini adalah rumah tua keluarga Zhou, jadi ini adalah jalan satu-satunya. Aku sudah menyimpan perhiasan yang diberikan oleh suamiku, aku hanya menjual sisanya yang ku beli sendiri." Jelasnya panjang kepada Lu Ziyu.

"Baiklah, aku mengerti." Dia segera pergi setelah mendengar arahan lanjutan dari Lee Ji-Ah.

Lee Ji-Ah yang ditinggalkan seorang diri di sana, merenung sebentar dan memandang bingkai potret keluarga kecil mereka yang memang diletakkan di atas meja. "Ku harap apa yang kulakukan adalah hal yang benar." Gumamnya.

Lee Ji-Ah keluar dari sana dan menutup pintu, melangkah ke dapur untuk membuatkan kedua gadis itu makanan untuk menghangatkan badan. Lee Ji-Ah pertama membuatkan keduanya teh selagi menunggu makanan selesai. Memanggil keduanya turun dan menyuruh menunggu di ruang keluarga. Selain teh ada juga camilan yang disiapkan.

"Terima kasih bibi, aku jadi merepotkan mu." Ucap Sohyun tidak enak.

"Tidak, bibi sudah berjanji pada bunda mu untuk menjaga dirimu selagi kau di sini. Hangatkan tubuh kalian dengan teh ini." Balasnya lalu kembali ke arah dapur. Sohyun dan Xinyu menikmati teh mereka dengan tenang, sesekali berbincang tentang apa yang terjadi selama keduanya berada di negara masing-masing. Tapi kedunya sama sekali tidak membahas tentang fakta di mana mereka berdua sama-sama harus dirawat di rumah sakit beberapa hari yang lalu.

Melihat betapa semangatnya mereka sekarang, tidak akan ada yang percaya bahwa kedunya sempat terbaring tak sadarkan diri hampir selama beberapa hari, kecuali melihatnya sendiri.

Suara Lee Ji-Ah terdengar memanggil keduanya untuk bergegas ke arah ruang makan. Di atas meja sudah terjadi ayam gongbao, mapo soup, sayuran tumis, dan nasi. Ketiganya makan dengan senang, beberapa kali bahkan tertawa kalian candaan, sangat harmonis dan menghangatkan hati.

Sohyun merasakan bagaimana perbedaan makan bersama keluarga Xinyu dan keluarganya sendiri. Keluarga Xinyu menghapus semua aturan meja makan jika bersama anggota keluarga, lalu aturan berbeda akan diberlakukan jika makan malam bersifat formal. Sedangkan di keluarga Sohyun, mereka terbiasa melakukan hal-hal dengan cara kaku dan cenderung diam di meja makan.

Setelah selesai, Sohyun menawarkan untuk membantu membereskan meja, tapi langsung di tahan oleh Lee Ji-Ah, menyuruh keduanya pergi ke kamar. "Kalian mau es krim untuk penutup makan malam?" Tanyanya pada kedua gadis itu sambil membersihkan meja makan.

"Tida-"

"Ya eomma." Ucapan Sohyun dipotong oleh Xinyu, padahal Sohyun merasa tidak enak karena merepotkan Lee Ji-Ah terlalu banyak. Xinyu lalu menarik Sohyun ke atas, karena ibunya berkata bahwa dia akan mengantar es krim untuk mereka setelah membereskan meja.

.
.
.
.
.

NOTES

Ayam gongbao (宫保鸡丁) adalah masakan khas Sichuan, Cina. Terbuat dari daging ayam yang ditumis dengan cabai dan diberi potongan kacang mete goreng di atasnya.

Mapo soup adalah hidangan yang terbuat dari tahu sutra sebagai bahan dasar utama, dimasak bersama daging cincang dan bumbu khusus seperti doubanjiang (pasta cabai fermentasi) dan douchi (kacang hitam yang difermentasi)

The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang