Nam Dawon kembali setelah membuat panggilan telepon. Dengan tenang, dokter itu berbicara kepada Sohyun, "Ada ruangan di lantai tiga, kau bisa tinggal disana dengan gadis itu."
Sohyun mengangguk senang mendengarnya. Tidak lama, brangkar pasien milik Xinyu didorong keluar dari ruang operasi.
Bibir yang biasanya berwarna merah muda kini terlihat pucat, dengan kedua mata yang masih terpejam, Xinyu dengan nyaman berbaring di ranjang itu, didorong pelan menuju ruangan yang sebelumnya telah disebutkan oleh dokter Nam.
Semua orang segera mengikuti.
"Nyonya Zhou, ada beberapa informasi terkait putri anda yang perlu dilengkapi." Seorang perawat menghentikan langkah Ji-Ah yang sedang mengikuti brangkar Xinyu.
Lee Ji-Ah segera mengikuti perawat ke bagian administrasi yang tidak jauh dari sana.
Setelah semua urusan selesai, Lee Ji-Ah mendudukkan dirinya di kursi tunggu, sedikit menghela napas, dirinya memikirkan rentetan peristiwa hari ini.
Pikirannya terbang memikirkan sang suami yang meninggalkan dirinya dan Xinyu untuk selamanya. Harusnya dia dan sang putri bisa menemani Zhou Xinhan di saat-saat terakhirnya, namun gong takdir berbunyi lebih dahulu.
Satu tetes air mata turun dari matanya, berlanjut hingga tetes-tetes berikutnya. Ditundukan kepalanya dan sedikit menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangan untuk menghentikan isakannya didengar orang lain.
Jika dilihat baik-baik, penampilannya saat ini jauh dari kata baik, rambut dan wajahnya seolah menua dalam semalam, bahunya terlihat ringkih saat menundukkan kepala dan menangis di sana.
"Pakai ini," mendongakkan kepala, dirinya melihat sebuah uluran sapu tangan diarahkan padanya.
"Kamsahamnida." Ucap Ji-Ah tanpa ragu, dan degan cepat mengambil sapu tangan itu untuk digunakan.
Saat menghapus air matanya, terasa orang yang memberikan sapu tangan padanya sudah mendudukan diri di sebelah kanannya.
"Saya Kim Seola, eomma dari seseorang yang telah menabrak putri anda. Atas namanya, saya meminta maaf." Ucap Seola dengan sedikit memiringkan duduknya menghadap Lee Ji-Ah.
"Tidak apa Nyonya Kim, saya dapat dengan jelas merasakan bahwa Sohyun tidak sengaja melakukannya. Aku melihatnya, melihat penyesalan di kedua matanya saat ia dengan keras kepala menunggu operasi Xinyu selesai."
Lee Ji-Ah sebenarnya ingin berbicara sedikit tidak formal dengan Seola, seperti saat dia berbicara dengan Soobin, istrinya. Tapi dirinya merasa tidak nyaman dengan aura Seola yang terkesan dingin dan tidak bersahabat.
"Xinyu? Zhou Xinyu? Nama yang indah. Tidak sengaja aku dengar dari petugas Chu bahwa Xinyu bukanlah warga Korea, apakah kalian sedang berlibur?"
Mendengar pertanyaan Seola, Ji-Ah segera menjawab dengan suara lirih, "Pada awalnya, suami ku meminta untuk membawa Xinyu ke Korea untuk berlibur sebentar karena ada beberapa masalah di Cina, tapi sepertinya kami akan menetap disini setelah mengunjungi suamiku di sana, tentunya setelah Xinyu pulih."
"Mengunjungi?" Tanya Seola sekali lagi saat mendengar jawaban wanita di depannya yang kurang dimengerti.
"Ahh maaf, sepertinya pertanyaan ku terlalu personal." Tambahnya saat menyadari perbuatannya.
"Tidak masalah, aku berharap dengan bercerita sedikit meringankan beban berat di pundak ku."
Dengan senyum di bibir yang seolah dipaksa keluar, suara Lee Ji-Ah kembali terdengar, "Sore tadi, kami mendapat kabar bahwa ayah Xinyu mengalami serangan jantung dan meninggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleS
Fanfiction"Aku tau orang akan datang dan pergi dalam fase hidup kita, tapi bisakah dirimu menetap dan tidak pergi?" - Zhou Xinyu "Maafkan aku, maaf sudah lancang dan berani mencintaimu. Seharusnya aku tidak membuat hubungan ini menjadi rumit." - Park Sohyun ...