24.

130 14 0
                                    

Xinyu menerima uluran tangan Sohyun, tanpa kata gadis di depannya itu menyerahkan pegangan payung untuk digenggam Xinyu.

Xinyu baru menyadari bahwa selain payung, Sohyun juga membawa karangan bunga. Seperti dugaannya, Sohyun segera meletakkan bunga itu di samping bunga lily putih yang sebelumnya diletakkan olehnya.

"Paman Zhou, maaf baru mengunjungi mu." Sohyun berkata dengan sungguh-sungguh kepada Zhou Xinhan. Setelahnya Sohyun bangkit dan menatap Xinyu.

Sohyun mengambil sesuatu yang sejak tadi ada di kantong celananya. Sesuatu berwarna biru, benda yang sangat dikenal Xinyu. Tangan Sohyu terulur melalui bahu Xinyu dan mengumpulkan rambut panjang Xinyu yang tertiup angin dan sedikit basah, kemudian mengikatnya menggunakan benda biru berbentuk lingkaran, ikat rambut itu akhirnya kembali ke pemilik aslinya.

"Aku menang," Sohyun berkata setelah dengan rapi mengikat rambut Xinyu.

Sedikit menaikkan alisnya, Xinyu bertanya kepada Sohyun. "Menang?"

Sohyun mengangguk, mengalungkan kedua tangannya pada leher Xinyu, tersenyum pada gadis yang lebih tinggi dan berkata, "Melawan takdir." Angin sedikit mengaburkan ucapan Sohyun, tapi Xinyu yang berjarak sangat dekat dengan Sohyun mampu mendengarnya dengan jelas.

Xinyu mengingatnya. Saat memberikan ikat rambut itu pada Sohyun, dia pernah berkata bahwa jika takdir berpihak pada Sohyun maka gadis itu bisa memberikan kembali benda itu padanya. Dirinya tidak menyangka semuanya akan terjadi begitu cepat, kurang dari seminggu sejak keduanya terpisah, namun rasanya seakan sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu.

Membalas Sohyun, tangan Xinyu yang bebas terangkat dan menepuk pelan kepala Sohyun, seperti memberi pujian pada anak anjing lucu, "Kerja bagus, Sohyun-ah."

Manusia terkadang tidak menyadari betapa pentingnya sesuatu sampai dia berpisah dengan hal itu dan merasakan bagaimana hari-hari mereka terlalui dengan perasaan rindu yang menyeruak dalam dada karena mereka baru menyadari betapa berharganya sesuatu saat sudah kehilangan. 

Keduanya tenggelam tatapan mata satu sama lain, seolah terhipnotis, hingga akhirnya Sohyun memutuskan pandangannya lebih dahulu, tidak ada yang tahu bahwa semakin lama dia memandang gadis di depannya, detak jantungnya berdetak semakin tak karuan. 

Merebut kembali payung di tangan Xinyu, Sohyun segera berbicara dengan suara yang dibuat senormal mungkin untuk menutupi rasa gugupnya. "Ayo pergi, sepertinya hujan akan semakin besar."

Xinyu mengangguk setuju. Setengah jalan Xinyu merapatkan tubuhnya dengan Sohyun karena sejak awal Xinyu sadar bahwa Sohyun dengan sengaja membiarkan tubuhnya dibasahi oleh hujan, demi membiarkan Xinyu memonopoli seluruh area yang tertutup permukaan payung. 

"Mendekatlah Sohyun, kau akan semakin basah!" Serunya pada gadis yang semakin membuat jarak antara tubuh keduanya, dengan tangan terulur memegang payung. 

Sohyun takut, takut debaran jantungnya terdengar. 

Mendesah pelan, Xinyu segera megulurkan tangannya ke arah pinggang lembut Sohyun. Menarik Sohyun mendekat. Tubuh Sohyun kaku, sentuhan tangan Xinyu pada tubuhnya seolah menghantarkan sengatan listrik, dari tubuh menuju hatinya. 

Perasaan yang luar biasa. 

Hujan membuat tangga yang sepenuhnya terbuat dari tanah padat itu licin, tidak sekali Xinyu tergilincir, kakinya masih sakit karena terlalu lama berjongkok. Jika bukan karena Sohyun yang menahan bahunya, sudah dipastikan dirinya akan berguling di tanah. Ucapan terima kasih beberapa kali terdengar dari bibir Xinyu.

Mendekati tempat parkir, mobil yang dipakai oleh Xinyu sudah dinyalakan oleh Lu Ziyu. Xinyu segera membuka pintu belakang dan masuk ke sana, mengajak Sohyun untuk mengikutinya.

Xinyu mencari handuk bersih yang biasanya diletakkan di bagian belakang mobil, ia tidak ingin dirinya dan Sohyun masuk angin karena hujan. Lu Ziyu yang duduk di kursi kemudi juga melakukan tugasnya dengan menaikkan suhu penghangat mobil. 

"Pakai ini," ucap Xinyu pada Sohyun yang ternyata masih berkutat dengan payung yang sebelumnya mereka gunakan, sepertinya itu adalah payung tua yang susah tertutup. Takut Sohyun sakit jika terlalu lama menggunakan pakaian setengah basah, Xinyu meminta Lu Ziyu untuk segera mengemudi pulang.

Hujan menyebabkan kemacetan lalu lintas, menyebabkan mobil mereka sedikit lebih lama sampai di rumah, Xinyu dengan cekatan mengusap rambut basah Sohyun, menggosoknya untuk mengeringkannya, sebelum beralih ke arah pakaian basah milik Sohyun. 

"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri." Sohyun dengan cepat mencegah Xinyu menyentuh dirinya lebih jauh. Xinyu mengangguk dan menyerahkan handuk itu pada Sohyun. Setelah tubuh keduanya sudah tidak terlalu basah, Xinyu membuka percakapan dengan Sohyun yang sejak tadi hanya memandang hujan di luar kaca mobil.

Sohyun tidak memandang Xinyu, debaran itu selalu muncul saat mereka tidak sengaja membuat kontak mata. Sohyun dibuat agak gila dengan jantungnya sendiri.

"Park Sohyun, kau mendengarku?" Seru Xinyu saat menyadari bahwa Sohyun tidak memperhatikan dirinya.

Sohyun hanya mengalihkan padangan dari Xinyu, bukan pendengarannya, dia tentunya tau bahwa Xinyu bertanya bagaimana dirinya bisa sampai ke makam Zhou Xinhan hari ini. "Seorang kerabat membawaku bersamanya karena dia memiliki urusan pekerjaan di Cina. Ibumu yang memberitahu bunda bahwa hari ini kau akan mengunjungi paman, jadi aku menyusul." Jelas Sohyun pada Xinyu. 

"Tapi sepertinya terlambat, hujan lebih dulu datang." Tambahnya sambil memutar tubuhnya ke arah Xinyu.

"Tidak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan, ku tau kau berniat baik dengan mengunjungi ayahku." Balas Xinyu sambil tersenyum ke arah Sohyun. 

Mobil melaju cepat saat sudah mencapai wilayah perumahan tempat Xinyu tinggal. Sohyun yang dibawa pergi ke sini juga menerima saat dirinya diberitahu bahwa mereka akan kembali ke rumah keluarga Zhou. 

"Melihat rumah mu, kau sepertinya menjalani kehidupan dengan baik." Komentar Sohyun saat dituntun ke arah kamar oleh Xinyu. 

"Aku harus berterima kasih kepada ayahku untuk hal itu." Jawab Xinyu saat sudah sampai di kamar tidurnya. Membuka lemari untuk mencari baju yang setidaknya muat di tubuh Sohyun, Xinyu berkata kepada Sohyun yang masih menatap sekeliling, "Mandilah, aku akan menyiapkan handuk dan pakaian untuk mu."

Sohyun menurut dan pergi ke arah yang ditunjukkan Xinyu. Melepas seluruh pakaiannya dan mandi dengan nyaman. Di pertengahan, Sohyun mendegar Xinyu berkata di balik pintu kamar mandi, "Aku menaruh handuk dan pakaian mu di sini, pintu di depan akan ku tutup."

"Okee," Jawab Sohyun sambil sedikit berteriak, takut Xinyu tidak mendengar.

Masih ada sekat yang menghubungkan ruang kamar dan kamar mandi, di sana diletakkan cermin, wastafel dan ada rak yang menyimpan produk-produk kebersihan dan produk wanita. Sehingga aman jika Xinyu meletakkan pakaian dan handuk di sana.

Keluar dari kamar mandi, Sohyun sudah berganti pakaian dan sedang mengeringkan rambut. Dia tidak menemukan Xinyu di sana. Sohyun memilih menelusuri kamar Xinyu.

Selain lemari pakaian, di sana ada lemari kaca besar, sepertinya digunakan menyimpan koleksi tas dan sepatu Xinyu, banyak merk ternama yang mampu dikenali Sohyun karena dia tau tante Jiyeonnya juga mempunyai yang seperti itu di rumahnya. Ada juga beberapa merk yang tidak dapat dikenali Sohyun. 

'Orang tuanya sangat murah hati,' adalah hal pertama yang terlintas di benak Sohyun.

Bergeser ke samping ada rak buku dan meja belajar. Sebagian besar meja itu kosong, hanya ada beberapa buku yang ditumpuk, sepertinya sudah agak lama tidak disentuh. Hal itu berlaku untuk rak buku juga, hanya sedikit buku di sana.

Mata Sohyun tertarik saat melihat sesuatu yang sangat familiar ada di rak buku itu, album dan photobook Jiyeon. Sohyun tau karena ruang kerja eommanya juga mempunyai yang sama persis seperti yang ada di sini. Tapi ada yang berbeda, ada beberapa album di rak buku ini yang tidak memiliki tanda tangan Jiyeon, sedangkan di rumah, semua album yang dipajang hanyalah album dengan tanda sang penyanyi. 

Satu fakta baru tentang Xinyu terungkap hari ini, Xinyu adalah fangirl Kim Jiyeon.

The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang