03.

170 25 1
                                    

Setelah makan siang bersama, Sohyun diperintahkan untuk menemui sang Eomma di ruang kerjanya yang berada di lantai dua. Dirinya tak tau hal penting apa yang membuat Eommanya sampai memanggil dirinya ke ruang kerja karena seingatnya tidak ada yang diperbolehkan untuk masuk ke ruangan itu kecuali sang empunya. Bahkan sang bunda, Soobin tidak pernah terlihat memasuki ruangan itu. Seingat Sohyun, hanya satu orang yang pernah masuk ke sana, yakni Kakek Park, ayah sang bunda.

Sohyun masuk ke dalam ruangan setelah mengetuk pintu dan mendengar suara yang mengizinkan dirinya untuk masuk. Pandangannya sekilas memindai isi ruangan.

Dominasi warna hitam putih membentuk kesan dingin bagi Sohyun. Di dekat jendela yang mengarah ke halaman depan, ditempatkan sebuah meja kayu hitam dengan laptop, sebuah figura, dan beberapa tumpukan kertas di atasnya. Di seberangnya ada satu set sofa dengan meja, pada dinding tengah ada lemari putih dengan buku dan album-album musik tertata rapi, album itu merupakan pemberian penyanyi yang menyanyikan lagu ciptaan sang Eomma.

Ya, Kim Seola adalah producer musik terkenal di industri musik Korea. Lagu-lagu karyanya sering menduduki 10 besar tangga lagu platform musik. Sejak SMA Seola memang sudah aktif menulis lagu. Banyak agensi dan penyanyi terkenal yang terkadang memintanya untuk membuatkan lagu untuk mereka.

Kembali ke ruang kerja Seola. Sohyun melihat sang punya ruangan berdiri di depan jendela yang mengarah ke taman depan rumah mereka. Saat berjalan menuju Seola, Sohyun terhenti saat sebuah suara menginterupsi dirinya. "Bukalah amplop di meja."

Membalikkan tubuh untuk berjalan ke meja sofa, Sohyun lantas membuka amplop putih yang sejak tadi berada di sana. Dirinya hanya menatap datar pada beberapa lembar foto di tangannya, foto-foto saat dirinya dan teman-temannya balapan liar bahkan mengonsumsi alkohol hingga mabuk.

"Ada yang perlu kau ceritakan padaku, Sohyun?" Entah sejak kapan Seola sudah berada di dekat sang anak. Sohyun hanya diam menatap lembar foto tersebut. "Mabuk dan balapan? Siapa yang mengajarkan hal itu padamu?" Melihat Sohyun bergeming, Seola kembali membuka suara. "Jawab eomma, Park Sohyun!"

Tangan Sohyun sedikit meremas foto-foto itu, bibirnya sedikit tersenyum saat sebuah pertanyaan terlontar. "Wae? Sejak kapan eomma peduli pada apa yang ku lakukan?" Kepalanya sedikit mendongak menatap sang eomma.

"Aku dan bunda mu tidak pernah mengajari mu untuk mabuk-mabukan dan balapan, tidak pernah." Seola menjawab sang putri.

"Benar, kau terlalu sibuk dengan dunia mu sendiri Nyonya Kim Seola. Kau bahkan tidak pernah sadar saat-saat aku membutuhkanmu. Teman-temanku lah yang selalu bersamaku saat kau, yang harusnya ada di sampingku malah bersikap seolah tidak ada! Jadi tolong jangan campuri urusa—"

Plakk

"urusan ku," sisa kalimat itu terdengar lirih saat sebuah tamparan tak terduga diterima Sohyun dari seseorang di depannya. "Jaga ucapan dan nada bicaramu saat sedang berbicara dengan orang tua. Eomma tidak pernah mengajari dirimu untuk bersikap tidak sopan." Ucap seseorang yang telah menorehkan bekas kemerahan pada pipi Sohyun.

Masih tidak percaya akan tamparan dari Seola, Sohyun perlahan mengangkat kepalanya, dengan mata berkaca-kaca dirinya keluar dari ruang kerja tersebut sambil berucap, "Kau memang tidak pernah mengajari aku apa-apa selama ini."

Sambil memegang pipi kirinya, Sohyun bergegas kembali ke kamarnya. Dirinya tidak memperdulikan penampilan dan sekitarnya, dirinya bahkan tidak sadar sudah menabrak saudaranya. "Sohyun-ah, ayo ke kedai ice cream yang kau sebutkan saat makan tadi, bukan kah kau ingin kesana?" Ucapan itu hanya diabaikan oleh Sohyun.

Dengan suara keras, pintu tak bersalah itu dibanting cukup keras oleh Sohyun. Dirinya menangis, kecewa dengan sang eomma yang tidak pernah memberikan perhatian padanya. Dipendamnya suara tangisannya pada bantal dan guling di atas kasur, tak ingin orang lain mendengarnya, cukup pilu dan menyayat hati jika ada yang bisa mendengar.

Cukup lama menangis ternyata melelahkan, Sohyun kini mengantuk. Hampir memasuki alam mimpi, telinganya mendengar suara ketukan pada pintu kamar. "Kau mau ikut menjemput Bunda? Sekalian kita jalan-jalan." Ternyata Sunghoon.

"Pergilah sendiri, aku mengantuk."

The Words Didn't I Say - SOXIN's TripleSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang