BAB 7 : Let's break up

1.6K 140 14
                                    

F O L L O W & V O T E

aku suka main tantang-tantangan. Ayok, aku tantang kalian buat vote sampai 50 doang, kalo bisa aku bakal triple up besok!

***

Gista membuka kedua mata nya yang terasa berat. Mengeliat sekeliling nya, pertama objek yang ia dapat adalah ke tiga sahabat nya yang sedang menatap nya cemas.

"Sta, lo udah sadar?" Tanya serly pada sahabat nya itu. Keringat di pelipis serly yang menderas menandakan gadis itu sangat cemas.

Gista mencoba merubah posisi nya menjadi duduk. "Gue ga papa. Tadi gue pingsan,ya?"

Mereka bertiga mengangguk. "Iya. Tadi lo pingsan. Kayak nya lo kecapean deh, sta," ujar cantika yang di angguki shofia.

"Nih, lo minum dulu." Shofia menyodorkan air mineral pada gista.

"Makasih," balas gista setelah menerima air tersebut dan menegak nya.

"Yang bawa gue kesini siapa? Kalian,ya?" Tanya gista menatap ke tiga sahabat nya bergantian.

Mereka bertiga saling tatap, mengingat kejadian tadi membuat mereka ragu untuk mengatakan hal yang sebenar nya.

"Iya. Tadi di bantu sama anggota OSIS. Udah, ga usah di pikirin. Mending lo istirahat dulu sampe pulih, nanti bel istirahat bunyi kita ke sini lagi, atau perlu kita temenin?" Balas cantika berobot.

Gista menggeleng dengan tatapan kosong. "Ga usah. Kalian ke kelas aja, jangan bolos cuman buat nemenin gue. Gue gapapa sendiri di sini." Gista tersenyum hambar.

Diri nya berifkir sejenak. Dalam keadaan seperti ini saja rakha masih tidak perduli pada nya? Kenapa sikap cowok itu selalu saja berubah pada nya. Memang nya dia di anggap seperti apa?

"Yaudah. Kita ke kelas dulu, ya, sta." Ujar serly lalu melenggang pergi meninggalkan UKS bersama kedua sahabat nya.

Setelah melihat ketiga sahabat nya sudah menutup pintu UKS. Gista menghembuskan nafas nya gausar.

"Dia emang ga perduli ya? Sama gue," gumam nya menatap pintu UKS sendu.

"Terus, buat apa gue bertahan?" Lanjut nya lalu menutup kedua mata nya menggunakan telapak tangan nya.

Benar, dia menangis tak bersuara sekarang. Dan ini tangisan pertama nya perihal seorang laki laki. Gista bahkan tak pernah menangisi lekaki manapun selama ia hidup. Ayah nya pun tak pernah memperilakukan nya yang membuat diri nya sakit hati. Ia sangat di ratukan. Lalu kenapa dengan rakha semua nya berbeda?

Ceklek

Gista mendengar suara decitan pintu langsung menghapus air mata nya kasar. Pintu UKS terbuka lebar, menampilkan sosok lelaki berhidung mancung berjalan ke arah nya. Lelaki itu membawa sebungkus roti rasa vanilla dengan sebotol air mineral di tangan nya.

"Kha?" Panggil gista saat rakha meletakkan roti dan air mineral di nakas samping brankar gista.

"Kamu masih perduli sama aku?" Tanya gista seraya tersenyum manis.

"Ga usah kepedean. Gue cuman ngasih lo makanan biar gue ga di cap sebagai cowok yang ga becus jagain cewek nya." Balas rakha acuh lalu menatap gista dengan tatapan yang sulit di artikan dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana abu abu nya.

POSESIVE RAKHA [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang