Angga mengetatkan rahangnya saat mendengar informasi dari Anindito yang biasa ia panggil Dito-sekretaris pribadinya sekaligus teman dekatnya jika Dinda berada di kediaman Davema. Tentu saja ia tahu, jika Davema mengurung Dinda.
Rasanya, Angga benar-benar ingin membunuh Davema. Laki-laki itu sudah banyak menyakiti Dinda. Lalu sekarang, laki-laki itu bersikap seenaknya seolah tidak terjadi apa-apa.
Ia adalah saksi bisu bagaimana Dinda menangis meraung-raung melihat suaminya menikahi wanita lain. Ia bisa merasakan sakit yang Dinda rasakan, bahkan ia ingin membunuh Davema dan keluarganya saat mengatakan jika Davema dan Dinda bercerai, padahal pada faktanya, tidak ada perceraian diantara Davema dan Dinda.
"Apa Dinda baik-baik saja?"
"Secara fisik, Dinda baik-baik aja," jawab Dito kalem.
"Rencanakan sesuatu, Dinda harus keluar dari rumah itu".
Dito menghela nafas, "Bos, sory, Dinda itu lagi sama suaminya, pulang ke rumah suaminya, mana mungkin kita berusaha memisahkan mereka".
Angga terdiam, "Dinda nggak aman disana".
"Gue tahu, tapi, ada Davema yang bakalan ngejagain Dinda". Sahutnya sebagai mode teman.
Angga mengernyit, lalu tersenyum miring, "Sejak laki-laki itu menikah lagi, dia sudah gagal menjaga Dinda".
Dito mengagguk membenarkan, tindakan Davema dan keluarganya memang sangat menyakitkan. Harusnya, Davema melepas Dinda, tapi, sampai detik ini, Davema enggan menceraikan Dinda.
"Davema terlalu banci, tidak memiliki prinsip dan lembek. Bagaimana mungkin dia membiarkan istrinya diperlakukan seperti itu oleh keluarganya. Benar-benar brengsek. Atur semuanya, saya nggak mau tahu, Dinda harus keluar dari rumah itu".
Dito meringis, "kalau Dinda gamau? Gimana?"
Angga menatap Dito dengan tatapan datar, "kita awasi Dinda terus, jangan sampai lengah, bisa saja Maria bertindak hal-hal yang membahayakan".
Dito setuju, wanita ular itu benar-benar sangat menjengkelkan, bagaimana bisa dulu ia berteman dengan wanita siluman seperti Maria yang merebut suami orang. Benar-benar wanita tidak tahu diri.
"Bisa-bisanya dulu gue temenan sama silumab ular".
Angga melempar tisu di tangannya ke arah Dito. Dito berdecak, "apa? Bener kan gue? Jahat banget dia, udah sering ngefitnah Dinda ehhh lakinya juga direbut."
Angga diam enggan menanggapi, tapi apa yang Dito katakan memang benar. Apa yang dilakukan Maria benar-benar kelewatan.
"Kita urus saja semuanya, sekarang gue akan melakukan cara agar bisa berkunjung ke rumah Davema".
Dito membelalak, "lo ga akan culik Dinda kan bro? Bro, istri orang loh ini".
Angga benar-benar ingin mengeplak kepala Dito, "gue nggak akan bertindak seperti apa yang lo pikirin, lo tenang aja".
Dito menghela nafas lega sembari menatap kepergian Angga.
****
"Maria tahu kamu disini?"
Davema yang sedang fokus memainkan handfhonenya sembari mengecek email seketika berhenti. "Kenapa saya harus izin dengan dia?"
"Beliau istri kamu".
Davema meletakkan handfhonenya, menatap Dinda yang melipat pakaian, "di mata saya, istri saya hanya kamu".
"Tapi, di mata semua orang saya hanya mantan istri kamu mas."
Davema menunduk, ia tidak bisa mengelak akan hal ini. Keluarganya dan keluarga Maria memang kejam, mereka memberikan informasi palsu seakan-akan dirinya dan Dinda sudah bercerai.
Ia marah, ia sangat marah kepada keluarganya kala itu. Tapi lagi-lagi, ia tidak mampu melawan saat semua orang menyudutkannya dengan iming-iming untuk citra baik keluarga. Keluarganya dan keluarga Maria sama-sama berasal dari keluarga politik, tentu dimata mereka, citra yang baik sangat dibutuhkan untuk jabatannya.
"Mas, semuanya akan lebih mudah jika mengakhiri, saya tidak ingin Raja kebingungan saat dia besar nanti, akan lebih baik jika saya mengatakan kita bercerai dari pada saya mengatakan dia memiliki dua orang ibu,"
Dinda menyentuh lengan Davema, "setidaknya, lakukan ini untuk Raja mas".
Davema tersenyum masam penuh luka, apa sebegitu inginkah Dinda bercerai darinya? Sial! "Dan kamu akan membiarkan Raja memiliki dua orang papa begitu? Kamu akan menikah dengan lelaki lain, dan setelah itu Raja akan menyebutnya papa, begitu Din?"
Dinda menggeleng, tidak habis pikir dengan pikiran Davema, "saya tidak kepikiran untuk itu, fokus saya, hanya ingin membesarkan Raja dengan baik mas".
"Omong kosong, nanti kamu juga akan menikah dengan lelaki lain. Kita bisa membedarkan Raja sama-sama, saya akan memceraikan Maria, secepatnya. Tolong, berikan saya waktu Din".
Davema meraih tangan Dinda di lengannya, menggenggamnya erat.
"Dinda, saya minta maaf, saya memang brengsek sudah menyakiti kamu, tapi, kejafian dua tahun yang lalu, itu diluar kendali saya, Maria yanh mencium saya, saya tidak mungkin melakukan itu Din, saya hanya mau melakukan itu dengan kamu,"
"Maria melakukan itu karena Maria cinta kamu mas".
"Itu bukan cinta Dinda, itu obsesi, maafkan saya yang selalu mengabaikan kata-kata kamu. Sekarang saya mengerti kenapa kamu bertindak seperti itu."
"Semua sudah berlalu mas, keputusan ada di tangan kamu, saya akan memberikan waktu satu bulan, lakukan apapun yang menurut kamu terbaik, setelah itu biar saya yang memutuskan".
Davema tersenyum tipis, "saya akan melakukannya, tolong bersabar untuk saya".
Dinda mengutuk dirinya sendiri yang selalu mudah terhanyut dengan sosok Davema. Sebesar apapun kesalahan Davema, ia selalu dengan mudah menerimanya. Ia bodoh bukan? Tapi, apakah salah jika ia melakukan ini untuk mempertahankan suami dan rumah tangganya?
Karena sejujurnya, ia pun ingin memiliki pernikahan sekali seumur hidup dan memiliki keluarga bahagia dengan orang yang ia cintai.
____________
Jangan lupa vote dan komennya ya. Doakan aja semoga bisa selalu Up.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesif Dema (Davema)
RomanceDavema memandangi wanita cantik yang selama dua tahun ini pergi darinya, tidak ada yang berubah, wanita itu tetap cantik ah malah semakin cantik, anggun dan semakin luar biasa dalam karirnya. Sungguh! ia tidak akan pernah melepaskan, Adinda-wanita...