22

1.9K 66 1
                                    

Dinda terdiam kaku saat ia mendapat pelukan erat dari Davema. Ia bisa merasakan deru nafas Davema yang memburu dengan jantung  berdebar. Dinda mengusap punggung Davema pelan, mencoba memberikan ketenangan.

Gio bernafas lega saat melihat istri bosnya datang. Tidak tahukah bosnya jika dirinya bru saja bangun tidur setelah mengerjaka  pekerjaan segunung yang Davema berikan  padanya. Lalu, pagi-pagi sekali, bosnya itu menghubunginya bak rentenir, lalu memintanya ke rumahnya dan menyuruhnya untuk mencari istrinya.

Demi Tuhan, nyawanya belum sepenuhnya berkumpul. Ia hanya cuci muka, gosok gigi  lalu pergi begitu saja dari apartemennya menuju rumah sang bos.

"Kamu ngapain  masih disini? Pulang sana, segera selesaikan pekerjaan kamu".

What?
Ya Tuhan, apakah nasib kacung selalu seperti ini? Tidak tahukah bosnya itu jika untuk menuju kesini dia butuh effort luar biasa? Astaga, jika bukan karena gaji dan bonus luar biasa, sudah dari dulu ia minggat.

"Baik pak" ujarnya pasrah lalu pergi meninggalkan sang bos yang sedang mode manja kepada istrinya yang kelewat cantik. Ia jadi heran, kenapa istri bosnya itu mau-mau saja kepada bosnya yang aduh, kalian tahu sendiri lah.

Ah sudahlah, yang penting ia harus pulang, membersihkan diri dan bersiap-siap ke kantor. Mengingat bosnya itu sedang tidak ingin masuk kantor, maka sudah dipastikan kerjaannya berkali-kali lipat lebih banyak. Begitulah enaknya jadi bos.

"Jangan gitu mas, kasihan Gio, dia kenapa bisa ada disini? Kamu yang nyuruh dia kesini?"

"Iya, aku panik karena kamu tiba-tiba nggak ada".

Dinda melepas pelukan mereka, lalu memilih duduk di sofa diikuti Davema yang duduk di sebelahnya.

"Belum cuci muka?"

Davema nyegir kuda, "masih ganteng kan tapi?"

"Jelek".

"Masa sih? Perasaan dulu kamu suka muji-muji aku ganteng banget".

"Itu kan dulu. Mas, kamu tahu kan? hidup itu akan terus tetap berjalan dengan ada atau tidak adanya orang yang kita cintai. Sama seperti aku yang kehilangan Radja, maka aku harus tegar untuk itu. Semua yang ada di dunia ini hanya titipan, begitu pun Radja, termasuk juga aku."

Davema memicing, menatap Dinda penuh selidik. Kenapa kedengarannya, apa yang dikatakan Dinda sangat-sangat mengusik ketenagannya?

"Maksudnya?"

Dinda menatap Davema sekilas, "kamu pasti tahu apa yang aku maksud".

"Kamu nggak berencana meninggalkan aku lagi kan Din?"

Dinda mengernyit, lalu tertawa sumbang setelahnya. "Sudah sarapan?"

Davema merengut tak suka, "jangan mengalihkan pembicaraan Din".

"Aku masih disini kan? Lalu, apa yang kamu khawatirkan, ayo kita sarapan, sepertinya bibi sudah memasak masakan enak."

Davema melihat istrinya berlalu, menuju ke dapur dengan riang. Kenapa perasaannya mendadak tidak enak? Ada perasaan takut jika Dindanya kembali pergi.

*****

Dinda tersenyum tipis melihat informasi di sosial media terkait skandal terfenomenal kali ini.
'istri Davema, anak Bupati, terlihat bermesraan di dalam mobil bersama Vincent (Sepupu Davema'.

'Menantu keluarga Subagyo selingkuh'.

'Maria dan Vincent berci*man di mobil'.

Dan masih banyak lagi berita-berita tentang perselingkuhan istri kedua suaminya. Ternyata, tanpa ia turun tangan sendiri, agaknya kebusukan Maria akhirnya terlihat juga.

"Lagi lihat apa? Hemm?"

Dinda sedikit kaget saat Davema memeluknya dari belakang dengan telanjang dada, mengecupi leher jenjangnya hingga ia kegelian.

Davema melirik handfhone istrinya yang menampilkan berita informasi perselingkuhan Maria. Davema tersenyum tipis menelusupkan tangan kekarnya kedalam kaos kebesaran yang digunakan Dinda, mengelus perut rata istrinya dengan asbtrak.

"Kamu baik-baik aja?" Tanya Dinda sembari menghentikan tangan nakal Davema yang semakin kemana-mana.

"Seperti yang kamu lihat sayang" ujar Davema serak.

Dinda mengernyit, sedikit heran dengan tingkah suaminya yang tidak terkejut. Apa mungkin?

Davema meraih gelas berisi air minum yang ia bawa dari dapur lalu menyerahkannya kepada Dinda, "minum dulu, aku tau kamu haus."

Dinda menerima air minum itu lalu meminumnya hingga tandas. Cuaca hari ini sangat terik, ia memang haus.

Davema menerima gelas kosong dari istrinya, lalu meletakkannya di atas meja.

"Apa pertanyaan yang ingin kamu ajukan sama aku? Hemm?"

Dinda mengerjap, kenapa Davema bisa tahu kalau ia memiliki banyak pertanyaan di kepalanya?

"Soal perselingkuhan Maria dan Vincent? Benar sayang?"

Davema tersenyum tipis, dan dari situ Dinda tahu, Davema ternyata memang sudah mengetahui hubungan Maria dengan sepupunya itu. Tentu saja, ia tidak sebodoh itu untuk mencari tahu semuanya, cara main Maria kurang rapi.

Davema mulai curiga saat ia menemukan gelagat aneh dari Maria dan Vincent yang saat itu ia tidak sengaja melihatnya masuk ke dalam hotel. Kesempatan emas yang tidak akan pernah ia sia-siakan, ia segera mengabadikan momen itu.

Dan, lebih dari itu, ia mulai mengawasi gerak gerik Maria dan Vincent. Al-hasil, terkuak sudah, rupanya Maria dan Vincent memiliki hubungan yang sangat jauh namun bisa dikatakan tidak sehat.

"Kamu baik-baik saja mas?" Tanya Dinda basa basi.

Davema tersenyum lebar, "tentu, aku baik-baik aja sayang. Memangnya kenapa? Hmm?"

"Maria dan..."

Davema tertawa renyah membuat Dinda menghentikan ucapannya, apakah Dinda berpikir dirinya cemburu perihal Maria dan Vincent-sepupunya itu? Oh astaga.

"Kamu berpikir aku cemburu? Tentu saja tidak sayang, aku lebih cemburu kepada kamu dan Angga. Aku nggak suka Angga liat-liat kamu, kamu punya aku!"

"Really?"

"Really! Kamu nggak percaya? Hmm?"

Dinda memilih diam, otaknya berpikir keras, "apa, kamu sudah tahu soal perselingkuhan mereka?"

Davema tersenyum hangat, "menurut kamu?"

Dinda mengerjap, cukup terkejut, jadi, Davema sudah tahu soal perselingkuhan Maria dan Vincent. Lalu, kenapa Davema diam saja??

"Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi soal itu, Maria terlalu ceroboh."

Dinda merasakan tubuhnya panas, dan rasanya aneh sekali. "Boleh minta tolong suhunya dinaikkan? Aku kepanasan".

Davema mengusap pucuk kepala Dinda dan mengambil remot, menaikkan suhu ruangan menjadi lebih dingin.

"Masih panas?"

Dinda bergumam.

Davema memeluk istrinya dari belakang, sesekali mengecupi leher jenjang istrinya, menghirup aroma tubuh Dinda yang membuatnya candu.

"I'm sory Adinda, aku sangat sayang kamu". Bisiknya lirih, dan cukup membuat Dinda meremang.

Dinda juga merasakan tubuhnya aneh, seperti, menginginkan sentuhan Davema. Astaga, apa yang terjadi?

Dinda tidak mampu berpikir jernih saat Davema membalik tubuhnya menghadap Davema dan menciumnya rakus, penuh emosi dan agresif. Dinda kewalahan, dan Davema benar-benar sinting.

Kali ini, Davema tidak akan membiarkan istrinya lepas, selamanya, Dinda akan selalu berada dalam genggamannya, dibawah dirinya, dan menjadi miliknya.

Semuanya terjadi begitu saja, kegiatan panas yang penuh dengan perasaan tak menentu, cemburu, takut, cinta dan sayang melebur. Keduanya melebur, menyatu, dan saling menikmati.

____________
Jangan lupa vote dan komennya. Makasiii

Possesif Dema (Davema)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang