Davema tersenyum miring saat melihat istrinya terlelap setelah kegiatan panas keduanya. Terlihat licik, tapi, ia harus bertindak licik untuk mempertahankan istrinya.
Davema turun dari ranjang, menuju ruang kerjanya, disana sudah ada Gio-asisten pribadi andalannya yang sudah duduk membawa segudang informasi yang ia butuhkan.
Gio tersenyum tipis saat melihat kedatangan bosnya yang acak-acakan, aura kepuasan terlihat amat ketara sekali, belum lagi, kissmark di leher sang bos yang tidak bisa disembunyikan. Aura bosnya juga sangat cerah.
"Sejauh mana informasi yang kamu dapatkan?"
"Saya membaca dokumen-dokumen perusahaan, 40% saham perusahaan milik perusahaan dimiliki oleh ibu Dinda pak, tapi, atas bantuan pak Angga".
Davema mengernyit, "ada lagi?"
"Pak Angga adalah tangan kanan ibu Dinda pak, pak Angga juga yang mengurus perusahaan penerbitan dan kuliner milik bu Dinda, dan bu Dinda lebih fokus ke usaha butik bu Dinda."
"Awasi Angga, pastikan perusahaan milik istri saya dalam keadaan terkendali".
"Sejauh ini, perusahaan bu Dinda aman pak, pak Angga tidak mungkin melakukan hal-hal yang merugikan bu Dinda. Saya rasa, pak Angga tidak mungkin menyakiti wanita yang beliau cintai pak".
Davema menatap Gio tajam. Alamak! Gio mengutuk mulutnya yang berbicara seenaknya. Astaga, tolong, selamatkan dia. Lihat itu, aura bosnya sudah menyeramkan sekali. Sh*t!!
"Dan yang wanita yang dia cintai masih istri saya, itu adalah kesalahan besar. Tetap pantau perusahaan milik istri saya, saya akan urus sisanya. Tolong atur pertemuan saya dengan Angga secepatnya, kalau perlu besok, karena kami harus bicara."
"B-baik pak".
"Bagaimana informasi soal Maria?"
"Maria sudah ditangkap pak, tadi pagi, di apartemennya. Sementara sepupu bapak-pak Vincent, saya menemukan informasi baru".
Xabiru menatap Gio, sedikit penasaran dengan informasi baru yang Gio Maksud. "Apa?" Tanyanya tidak sabar.
Gio menelan ludah, informasi ini mungkin sangat sensitif untuk bosnya, tapi, ia rasa bosnya harus tahu. "Pak Vincent, beliau selama ini mengincar ibu Dinda".
"Maksud kamu?"
"Pak Vincent, beliau suka dengan istri bapak-ibu Dinda". Ujar Vincent dengan jelas.
Davema mengeratkan pegangannya pada kertas di tangannya. "Lanjutkan".
"Saya menemukan, beberapa foto bu Dinda yang diambil secara diam-diam oleh pak Vincent di apartemen yang menjadi saksi bisu kegiatan bu Maria dan pak Vincent. Jadi, bisa dipastikan, pak Vincent sebenarnya menyukai bu Dinda."
"Apa ini ada hubungannya dengan perselingkuhan Vincent dan Maria?"
"Tidak pak, bu Maria dan pak Vincent melakukan perselingkuhan bukan karena itu, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan bu Dinda, atau apapun. Bahkan, pak Vincent berkali-kali menggagalkan tindakan nekat bu Maria untuk menyakiti bu Dinda."
Davema menghela nafas, agaknya Vincent sangat rapi menyimpan semuanya hingga ia tidak mengetahui fakta ini. Tapi, jauh sebelum ini, ia pernah merasa cemburu dengan Vincent lantaran Vincent yang selalu membantu Dinda, bahkan saat acara keluarga, Vincent dan Dinda bisa dengan santai ngobrol membahas hal-hal yang mereka berdua sukai seperti novel terbaru, resep makanan, dan lainnya.
Tapi, Davema sama sekali tidak berpikir sejauh itu. Ternyata, Vincent selalu berusaha menyukai apapun yang Dinda sukai.
"Segera urus soal Maria, saya juga akan melaporkan penggelapan dana perusahaan yang dilakukan wanita itu. Pastikan dia mendapatkan hukuman berat."
Gio mengangguk, "baik pak, saya akan urus semuanya."
"Terimakasih, kamu boleh pulang".
****
Dinda membuka mata, pemandangan utama yang ia lihat adalah dada bidang milik Davema yang tertidur dengan tenang sembari memeluknya.
Dinda dengan pelan melepas pelukan Davema di pinggangnya.
"Mau kemana?" Tanya Davema serak dengan mata sayu.
"Aku lapar".
Davema tersenyum tipis, mengecup kening istrinya lembut. Lalu tatapannya beralih kepada kissmark di leher dan dada istrinya. Ia sangat menyukai karyanya.
"Mau aku ambilkan kesini?"
Dinda nampak ragu, tapi, untuk berjalan ke dapur, rasanya ia tidak punya tenaga. Davema benar-benar menguras habis tenaganya.
"Aku ambilkan, tunggu sebentar sayang. Kamu bisa cuci muka dulu, aku ke dapur".
Dinda memilih menurut, menatap Davema yang bangun dari tidurnya dan melangkah keluar kamar. Dinda merasa aneh dengan tubuhnya yang tadi mendadak panas.
Dinda yang polos soal obat perangsang menimbulkan seringai licik di wajah Davema. Istrinya memang mahir dalam segala hal, kecuali soal itu, istrinya masih benar-benar polos, dan itu sangat menggemaskan.
Davema tidak menyiakan kesempatan itu untuk menjerat Dinda agar tetap di sisinya, tentu saja dengan menumpahkan seluruh benihnya di rahim sang istri. Ia sudah mengeck jadwal kesuburan Dinda dan membuang semua pil kontrasepsi sialan yang diam-diam istrinya rutin minum.
Ia tidak akan pernah melepaskan Dinda-nya, Dinda adalah miliknya, dan akan selalu begitu. Davema tersenyum manis saat kembali ke kamar dengan nampan berisi makanan dan air putih.
Melihat Dinda yang lemas dan tidak berdaya, membuatnya merasa bersalah. Mungkin, ia terlalu bersemangat dan melakukan berkali-kali kepada istrinya.
"Mau aku suapi?"
Dinda menggeleng, "nggak perlu mas, aku bisa sendiri." Ujarnya sembari mencoba duduk bersandar di kepala ranjang.
"Aku suapin," kata Davema mutlak.
Dinda memilih mengalah, malas berdebat. Ia menima suapan demi suapan dari Davema. Tubuhnya telalu lelah, begitupun suasana hatinya yang mendadak kurang baik. Karena sejujurnya, ia masih merindukan putranya, ia masih bersedih akan kehilangan putranya.
Tidak ada seorang ibu yang tidak terluka jika berada di posisi Dinda.
"Bagaimana soal Maria?" Tanya Dinda tanpa basa basi.
_____________________
Jangan lupa vote dan komennya yaaa.. makasii❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesif Dema (Davema)
RomansaDavema memandangi wanita cantik yang selama dua tahun ini pergi darinya, tidak ada yang berubah, wanita itu tetap cantik ah malah semakin cantik, anggun dan semakin luar biasa dalam karirnya. Sungguh! ia tidak akan pernah melepaskan, Adinda-wanita...