"Pulanglah"
Davema menatap istrinya yang sibuk melipat pakaian.
"Kenapa saya harus pulang?"
Dinda menatap Davema sekilas lalu memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Ia akan kembali meninggalkan kota ini.
"Tempat kamu bukan disini".
Davema mengernyit, "terus dimana??"
Dinda diam, menghela nafas, mendadak hatinya berdenyut nyeri, "pulang Davema, saya juga akan pulang,"
"Ke rumah kita kan???"
Dinda tersenyum kecut, rumah kita yang mana maksud Davema? Rumah yang sudah hancur itu bukan??
"Saya akan kembali ke tempat dimana saya tinggal, terimakasih sudah membantu saya merawat putra saya semalam".
Davema terkekeh, berbanding terbalik dengan dadanya yang berdebar kencang, raut wajahnya mendadak pias dan matanya memerah. Ia baru saja melihat istrinya setelah dua tahun pergi menjauh darinya, dan istrinya akan pergi lagi?
Apa ia pikir, ia akan diam saja? Begitu?
"Saya tidak mengizinkan kamu kembali, kamu istri saya, dan saya berhak mengatur kamu".
Dinda tahu, Davema tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.
"Maaf Davema, saya akan tetap pergi".
"Sulit sekali ya, sulit sekali membuat kamu tinggal disisi saya?"
Dinda terdiam, lalu tersenyum singkat, "ada Maria, beliau akan selalu disisi kamu," ujarnya pelan.
Davema terkekeh, "kamu cemburu sayang? Hmmm???" Davema mendekat, menyingkirkan pakaian yang berada di tangan sang istri. Davema menarik lengan Dinda menuju kamar mandi.
"Davema, kamu jangan aneh-aneh".
Davema tersenyum tipis, menutup pintu kamar mandi dan menguncinya, "kenapa kalau saya aneh-aneh?? Sah-sah aja kan? Kamu lupa?? Kamu masih istri saya sayang, kamu punya kewajiban melayani saya, suami kamu".
Dinda memekik kaget saat Davema memeluknya, lalu mengangkat tubuhnya, membawanya masuk ke dalam bath up.
"Mas, kamu jangan gila".
"Dari dulu saya sudah gila, harusnya kamu tahu itu, kamu yang bikin saya gila".
Dinda berusaha menjauh saat Davema ikut masuk ke dalam bath up, memeluk dirinya dari belakang. Ia tahu apa yang Davema mau, dan ia tidak ingin hal itu terjadi.
"Mas, jangan begini".
"Kenapa??"
Dinda diam, menepis tangan Davema yang mulai nakal, "saya mau pulang".
"Iya, nanti kita pulang, ke rumah kita".
"Nggak, awww...." Sarah memekik kaget saat dressnnya dirobek oleh Davema, "lepas mas".
"Iya, tapi setelah saya berhasil bikin kamu nggak bisa jalan" ujar Davema yang mulai melancarkan aksinya, sekuat apapun Dinda menolak, tenaga Davem begitu kuat. Semuanya terjadi begitu saja.
*****
Davema mendekap erat tubuh polos istrinya, ia tidak tahu sudah berapa kali ia mencapai pelepasannya, dua tahun berpuasa benar-benar membuatnya menggila dan menggempur istrinya habis-habisan.
"Lama tidak dipakai, milik kamu sempit" bisik Davema ditelinga istrinya yang sudah lemas.
Dinda ingin sekali memukul suaminyang berkata vulgar, tapi, ia benar-benar tidak punya tenaga. Davema benar-benar gila, bahkan, ia tidak tahu berapa kali Davema menyemburkan benihnya di dalam rahimnya. Untung, sekarang bukan masa suburnya.
"Shhhh" Dinda melenguh saat Davema membersihkan tubuhnya, setelah itu, memakaikannya handuk dan memawanya keluar dari kamar mandi, meletakkannya di ranjang.
Davema tersenyum tipis melihat tubuh mulus istrinya sudah dipenuhi banyak tanda kepemilikan, "seksi, saya suka dengan karya saya di tubuh kamu".
Dinda memilih memejamkan mata, enggan merespon ucapan Davema. Tubuhnya benar-benar lelah, bahkan intinya sangat perih dan kebas. Ia yakin, ia akan kesulitan berjalan dengan baik. Davema benar-benar tidak main-main dengan ucapannya.
Untung saja, Raja-putranya berada di kamar sebelah dengan baby siternya. Demam putrnya sudah reda dan bisa tidur nyenyak. Ia bersyukur akan hal itu.
Davema menelan ludah, melihat istrinya yang terbaring pasrah dengan mata terpejam dan handuk yang melilit tubuhnya dengan tidak sempurna membuatnya kembali melalukan hal itu, mengabaikan rengekan istrinya yang sudah tidak berdaya.
"Saya puasa selama dua tahun, jangan heran kalau saya nggak pernah puas sama kamu sayang".
*****
Dinda meringis saat seluruh tubuhnya pegal dan ngilu di beberapa bagian. Ia mengedarkan pamdangannya, mengamati kamar yang sangat ia kenali. Kamar ia dan Davema dulu.
Dinda berusaha bangun, berjalan tertatih tatih ke luar kamar, mencari keberadaan Davema dan Raja. Ia tidak menyangka, Davema akan bertindak licik seperti ini. Membawanya ke rumah ini tanda persetujuannya.
Davema tersenyum tipis saat melihat Dinda berjalan tertatih tatih dengan wajah bantalnya, ia yakin wanita itu belum cuci muka. Tapi, nggak masalah, Dinda tetap cantik dan selalu menarik dimatanya.
"Kenapa sayang?"
Kenapa katanya? Sungguh, ia benar-benar ingin menganiaya Davema. Setelah laki-laki itu membuatnya kesulitan berjalan dan membawanya ke rumah ini tanpa izin, masih bertanya kenapa?
"Raja dimana??"
"Tidur, Raja ada di kamar tamu, sama bibi Mery, baby siternya".
Dinda menghela nafas lega, berbeda dengan Davema yang merasa sekarang, Dinda lebih mencintai Raja dibanding dirinya. Padahal, dulu, saat Dinda terbangun dari tidurnya dan ia tidak ada disisinya, Dinda akan mencarinya. Tapi, sekarang, nampaknya Raja sudah menduduki posisi itu.
Dinda kembali melangkah, ia harus membersihkan diri, tubuhnya lengket.
"Mau mandi?? Saya mandiin mau??" Tanya Davema yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya.
"Nggak".
"Mandi bersama yuk?!".
"Nggak".
"Kamu marah??"
"Menurut kamu??"
"Iya, i love you too".
Dinda mendengus, dasar Davema nggak jelas. Dinda melotot saat Davema ikut masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya.
"Keluar mas".
"Nggak mau, kita mandi bareng aja, nggak akan ngapa-ngapain kok, beneran, serius". Davema mengangkat dua jarinya, menyakinkan istrinya yang memandangnya dengan tatapan sebal.
Akhirnya, Dinda memilih diam, percuma saja, Davema itu selalu seenaknya. Mereka mandi bersama, hanya mandi, tidak lebih.
______________
Jangan lupa vote dan komennya yaa. Makasiii.❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Possesif Dema (Davema)
Roman d'amourDavema memandangi wanita cantik yang selama dua tahun ini pergi darinya, tidak ada yang berubah, wanita itu tetap cantik ah malah semakin cantik, anggun dan semakin luar biasa dalam karirnya. Sungguh! ia tidak akan pernah melepaskan, Adinda-wanita...