Suasana rumah, tepatnya di ruang tamu saat ini sedang ramai karena Raja yang sibuk kesana kemari, anak itu memang sangat aktif. Raja yang sudah belajar berjalan tertawa bebas saat ia berhasil melangkah meski setelahnya terjatuh.
Dinda sangat senang akan tumbuh kembang putranya yang cepat. Karena, jujur saja ia sempat kepikiran, karena dulu, ia hanya merawat Raja seorang diri. Namun, untungnya, ada Angga yang selalu membantunya.
Ia benar-benar memiliki banyak hutang budi dengan Angga. Karena sejauh ini, Angga selalu melindunginya. Dan ngomong-ngomong soal Angga, sampai saat ini ia lupa mengabari lelaki itu, belum lagi, kejadian dari kemarin-kemarin benar-benar membuatnya tidak sempat memikirkan apapun.
Namun, sialnya saat ia membuka handphone miliknya, semua kontak mendadak raib, yang tersisa hanya kontak Davema. Bahkan, aplikasi whatsapp dan aplikasi lainnya menjadi hilang, Dinda mengeram kesal. Davema pasti sudah merestart handphone miliknya.
Dinda menghela nafas, al-hasil ia harus kembali mendownload ulang beberapa aplikasi yang ia butuhkan untuk menghubungi Angga. Sialnya lagi, ia melupakan sesuatu, Angga tidak memiliki akun sosial media, lelaki itu hanya memiliki whatsapp.
Dinda benar-benar dibuat pening seketika.
"Non, kayaknya ada tamu di luar". Ujar sang baby siter yang sudah setahun ini bekerja dengannya.
"Biar saya yang ke depan mbak, titip Raja ya".
Mbak Nimas mengangguk, sementara Dinda membuka pintu.
Maria menatap sinis wanita di depannya, ia benar-benar sangat membenci Dinda. Dari dulu, Dinda selalu mendapatkan apa yang wanita itu inginkan, dan ia sangat membenci itu.
"Masih punya muka kembali lagi?" Ujar Maria dengan senyuman miring.
Dinda telihat tenang, dan Maria membenci itu.
"Padahal, keluarga Davema sama sekali nggak menganggap kamu menantunya, tapi, rupanya kamu memang masih nggak punya malu. Dan lagi, kamu yakin, Davema masih mencintai kamu?"
Dinda tersenyum tipis, "saya senang kamu baik-baik saja Maria, mau masuk dulu?"
Maria mengetatkan rahang, ia benar-benar ingin mencekik Dinda yang sialnya sampai saat ini masih menjadi istri pertama Davema. Brengsek!
"Nggak sudi, saya cuma ingin mengingatkan, jangan lupa sadar diri dan ingat posisi kamu di keluarga Davema" ujar Maria dengan raut angkuh dan berlalu meninggalkan Dinda yang mematung menatap kepergian istri kedua suaminya.
Sadar diri ya?
Dinda tersenyum tipis, sejak dulu, ia sudah sadar diri, tanpa Maria ingatkan, ia sudah tau posisi dia dimana. Ia hanya seorang menantu yang tidak diinginkan oleh keluarga suaminya.****
"Mau kemana sih, buru-buru amat, biasanya juga ga pengen cepet-cepet pulang kalo lagi ngumpul gini" ujar Zayn agak heran dengan sikap Davema yang terlihat buru-buru ingin pulang, pasalnya ia tahu, biasanya Davema akan lebih suka dikantor atau ngumpul dengan dirinya dan Rio di cafe miliknya.
Zayn menatap Davema dengan tatapan menyelidik, "jangan-jangan lo udah mulai suka sama Maria, udah kangen pengen cepet-cepet pulang nih?"
Davema menatap Zayn tajam, lemas sekali mulut temannya ini, "nggak usah aneh-aneh, saya mau pulang, mau ketemu istri dan anak saya".
Rio menyemburkan air di mulutnya membuat Zayn dan Davema menghindar.
Zayn mengerutu kesal, "apaan sih bangsat, lu nyembur baju gue, sialan emang, jadi basah ini".
"Sory sory, gue kaget. Istri dan anak mana yang lo maksud, lo nikah lagi? Emang bener-bener ya lo". Ujar Rio menunjuk Davema.
"Dinda sama anak saya".
"APA??" Ujar Zayn dan Rio hampir bersamaan.
Zayn dan Rio tercengang, pasalnya yang ia tahu, Davema dan Dinda sudah bercerai. Berdasarkan informasi di media massa, maklum lah, keluarga Davema berasal dari kalangan politik dan pembisnis yang apa-apa selalu disorot. Belum lagi, keluarga Davema juga memiliki usaha dibeberapa sektor. Nggak heran, kalau soal berita peceraian temannya ini sampai terpublikasi demikian.
Dan apa tadi? Dinda dan anaknya? Zayn tertawa, "lu kalau belum move on, jangan gini juga bre, nggak usah ngehalu,"
Davema menghela nafas, ia memang sangat tertutup soal pernikahannya dengan Dinda. Termasuk kepada kedua temannya ini, "kami memang tidak bercerai, maaf saya menyembunyikan ini".
Zayn berhenti tertawa, ia mematap Rio yang sama terkejutnya akan informasi ini. Ba-bagaimana bisa?
"Anj*ng, sialan lo Dave" Rio berdiri menarik kerah baju Davema lalu menonjok pipi kanan Davema hingga terjatuh ke lantai. "Brengsek" maki Rio kepada Davema.
Zayn masih syok hanya membiarkan Rio yang menghajar Davema, karena ia rasa, Davema pantas mendapatkan ini.
"Lo" Rio menunjuk wajah Davema, "lo waras? Lo sehat? Pengecut sialan! Keluarga lo bilang kalian bercerai gobl*k, dan lo diem seolah-olah mengiyakan. Bahkan, gue sama Zayn aja mikir kalian bener-bener cerai. Set*n lo emang, pantes, pantes Dinda ninggalin elo, kenapa nggak sekalian aja Dinda nggak usah balik, gugat cerai sekalian biar mampus lo". Ujar Rio dengan nafas memburu. Ia tidak habis pikir dengan temannya yang brengsek ini.
Zayn hanya geleng-geleng kepala, "gue, gue syok, nggak nyangka sumpah. Lo brengsek banget sih Dave. Bener kata keluarga elo, Dinda bener-bener nggak cocok sama elo, karena dia terlalu baik buat elo."
Davema mengusap sudut bibirnya yang berdarah, pukulan Rio lumayan juga. Ia tahu, ia memang sebrengsek itu.
Rio kembali duduk, bersadar ke sandaran sofa, mengajak rambutnya frustasi, "gue-gue nggak bisa bayangin sakitnya jadi Dinda Dave," ujar Rio lirih.
"Saya tahu, tapi, saya cinta dia, saya nggak bisa melepaskan Dinda." Ujar Davema lirih dengan perasaan sesak. Ia sama terlukanya, sama sakitnya, tapi ia tahu Dinda jauh lebih sakit.
"Dave, suatu saat, lo akan merasakan sakit seperti yang Dinda rasain" ujar Zayn lalu pergi meninggalkan kedua temannya. Ia malas untuk sekedar melihat wajah Davema yang kelemar kelemer menyikap keluarganya.
_________________
Jangan lupa vote dan komennya❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Possesif Dema (Davema)
RomantikWarning 21+ Davema memandangi wanita cantik yang selama dua tahun ini pergi darinya, tidak ada yang berubah, wanita itu tetap cantik ah malah semakin cantik, anggun dan semakin luar biasa dalam karirnya. Sungguh! ia tidak akan pernah melepaskan, Ad...