Dinda meminum minuman ditangannya dengan anggun, sementara matanya menatap Angga yang duduk di depannya memeriksa laporan hasil pemeriksaan Radja dari pihak rumah sakit sambil lalu menghubungi pengacara pribadinya. Pagi-pagi sekali, ia memilih diam-diam meninggalkan Davema yang tertidur lelap dengan meninggalkan secarik kertas bahwa ia akan pergi.
Angga diam-diam melirik wanita di depannya yang pagi-pagi sudah cantik, auranya memikat sekali, dan tampak mengintimidasi. Hal yang ia sukai dari Dinda adalah, ketenangannya dalam menghadapi setiap persoalan dalam hidupnya. Contohnya, saat ini. Ia pikir, Dinda akan menangis, meraung seperti kemarin-kemarin.
Namun lihatlah, sekarang wanita itu nampak tenang, meski matanya sedikit membengkak.
"Aku sudah urus semuanya, pihak kepolisian juga sudah mendapatkan rekaman CCTV di rumah keluarga Davema".
Dinda tersenyum miring, "aku ingin memberikan kejutan menarik untuk keluarga mereka Angga".
Angga bergidik, kenapa aura Dinda sekarang sedikit horor. Angga menelan ludah, "apa??"
"Kejutan kecil, aku rasa, kamu nggak perlu tahu dan ikut andil dalam pemberian kejutan ini".
Angga menatap Dinda dengan tatapan khawatir, "Din, kamu tahu kan, aku nggak mau kamu kenapa-napa".
Dinda terkekeh pelan, "kamu dari dulu selalu gitu, kamu tenang saja Angga".
Angga berdecak, menggigit pipi dalamnya, menatap wanita cantik di depannya gemas. "Aku bakalan selalu lindungin kamu".
Dinda terdiam, memilih melihat mainan di sudut ruangan. Mainan Radja yang tertinggal. Dinda tersenyum pedih, perasaan kehilangan dan rasa sedihnya belum hilang, tapi ia selalu berusaha menutupinya.
Bagaimana mungkin ia bisa merasa baik-baik saja setelah merasa kehilangan? Apalagi, ia kehilangan putranya. Namun, dibanding berlarut-larut dalam kesedihan, ia lebih memilih mencari keadilan atas hukuman untuk manusia biadab yang sudah membuat putranya pergi.
Angga berderhem, "kamu kesini, Davema tahu?"
Dinda menggeleng, "mas Davema masih tidur, sepertinya ia kelelahan".
Angga mengerjap, tersenyum tipis, mendadak suasana hatinya memburuk. Mungkinkah, Davema kelelahan karena..., ah, bukankah itu hal yang wajar? Dinda dan Davema suami istri. Tidak sepatutnya ia begini. Tapi, rasanya kenapa dadanya terasa sakit?
"Aku ada rapat sebentar lagi" ujar Angga beralasan, ia pura-pura melihat tabletnya dengan serius.
Dinda mengerti, ia memilih berdiri, "terimakasih Angga, kalau gitu, aku pulang. Selamat bekerja".
Angga mengangguk namun enggan menatap Dinda, ia mengabaikan Dinda hingga wanita itu keluar dari ruangan. Saat Dinda menghilang, barulah ia mengacak rambutnya kasar, mengetatkan rahangnya.
Shit! Shit! Shit!
Ia benci perasaan ini, ia benci dengan perasaannya yang terlalu mengebu-ngebu untuk Dinda. Tapi, untuk melupakan wanita itu, ia tidak sanggup.Ditho cukup terkejut mendapati sosok Dinda yang keluar dari ruangan bosnya pagi ini. Wanita itu nampak cetar, cantik, membahana, penuh daya pikat yang tinggi. Ditho sungguh nggak heran kalau Davema bucin mampus dan Angga yang bucin tolol kepada sosok Dinda yang memang luar biasa mempesona.
Ditho memilih memasuki ruangan Angga, memeriksa bosnya, barang kali, ia takur Angga khilaf. Bisa berabe urusannya, karena Dinda masih istri sah Davema. Tolong, biarpun Angga galak dan memberikan dirinya pekerjaan tanpa batas, Angga sangat royal memberinya bonus yang bisa ia tabung buat modal nikah meski calonnya belum ada.
Ia sangat menyayangi bosnya, sekaligus sahabatnya itu. Karena sedari dulu, Angga benar-benar malaikat penolongnya.
Dhito melotot kaget saat melihat penampilan Angga yang acak-acakan, rambut yang biasanya tertata rapi sudah acak tak beraturan, jas sudah terlempar di lantai, belum lagi dasi yang tergeletak di atas meja kerja, kemeja kusut dengan kancing atas terbuka hingga dada bidangnya terekspose.
Demi Tuhan, pikiran Ditho sudah tidak sesuai jalurnya, ia malah memikirkan yang iya iya. Shit! Apa benar, sohibnya ini sudah tidak mampu menahan diri? Oh sial!
"Istighfar Ga, anjir lo," Ditho mengusap wajahnya kasar, "lo abis ngapain sama Dinda?"
Angga menatap Ditho dengan tatapan penuh tanya, jujur saja ia masih terkejut melihat Ditho yang tiba-tiba masuk saat suasana hatinya sedang buruk. Lebih heran lagi saat Ditho melontarkan pertanyaan aneh pada dirinya.
"Ga, lo nggak habis skidipapap sama istri orang kan? Plis Ga, jangan sampe, jangan ya Ga ya, jangan, nanti kalau lo di golok sama Davema, mati lo Ga, mati!"
Angga melotot, ia mulai mengerti kemana arah pikiran temannya ini. Sialan! Mana mungkin ia melakukan hal seperti itu kepada Dinda.
"Otak kamu perlu diperbaiki Ditho, gue nggak mungkin melakukan hal itu pada Dinda. Dia wanita terhormat, dan gue sangat menghormatinya."
Ditho mengerjap, lalu bernafas lega, bersyukur karena dugaannya salah, lalu, apa yang membuat bosnya ini sudah kusut di pagi hari begini??
"Terus, kenapa lo kusut amat?"
"Bukan masalah besar".
"Halah, ya paling ga jauh-jauh sama Adinda".
Angga menghela nafas, "Davema kecapean".
Ditho mengernyit, ya terus? Apa hubungannya dengan Angga yang sekarang jadi kusut nggak enak dilihat ini? "Apa hubungannya anjirr".
"Kemungkinan, Davema dan Dinda melakukannya".
Ditho menyugar rambutnya ke belakang, pliss, kenapa Angga bermain teka teki begino. Melakukan apa? Davema capek? Dinda dan Davema melakukan....
Ditho mendelik, anjir, jangan bilang kalau Angga sedang cemburu. Shit!
"Lo cemburu?"
"Nggak".
"Anjir Ga, lo cemburu, aduh Ga," Ditho terkekeh geli, "lo aneh-aneh aja, ya wajar lah, cowo mana yang tahan sama pesona Adinda, apalagi Davema yang emang suaminya Dinda, ya udah jelas disikat. Gue juga kalau punya bini kaya Dinda mah, udah pasti gue kurung di kamar sampe gabisa jalan, sampe...."
"Jangan membicarakan hal-hal vulgar soal Dinda Ditho, atau saya akan pecat kamu. Keluar dari sini, jangan ganggu saya satu jam kedepan" ujar Angga memotong ucapan Ditho.
Alamak.
Sepertinya Ditho salah ngomong. Ditho buru-buru meminta maaf dan ngacir keluar dari ruangan Angga. Mendadak ruangan Angga menjadi panas, panas karena api cemburu.____________
Jangan lupa vote dan komennya yaa❤ termakasih sudah membaca ceritaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesif Dema (Davema)
RomanceDavema memandangi wanita cantik yang selama dua tahun ini pergi darinya, tidak ada yang berubah, wanita itu tetap cantik ah malah semakin cantik, anggun dan semakin luar biasa dalam karirnya. Sungguh! ia tidak akan pernah melepaskan, Adinda-wanita...