Balas Budi

34 3 0
                                    

"Jangan bilang lo telat gara-gara semalem abis dari club?" tanya Erika yang terduduk disalah satu bangku yang berada di taman seraya menatap sahabatnya yang berdiri tepat di hadapannya.

Bel istirahat sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu, kini Erika dan Amora menggunakan sisa waktu istirahatnya di sebuah taman yang berada di Zervard High School.

"Kalau soal itu udah pasti jelas, tapi ada hal lain yang lebih penting dan harus gue ceritain sama lo sekarang" ucap Amora seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Tentang apa? Tentang Bastian? Kenapa dia? Ah, dia udah mau balikin kunci motor lo?" tanya Erika, dirinya merasa sahabatnya itu akan membicarakan soal Bastian.

"Bukan soal itu" jawab Amora dengan cepat membuat kedua alis Erika berkerut. "Gue semalem ada di apartemennya, Bastian" sambungnya.

Kedua mata Erika membulat sempurna, dirinya seperti dipaksa untuk bangun dari duduknya, ia benar-benar tidak mengerti apa yang diucapkan oleh sahabatnya itu. Bagaimana bisa kedua orang yang saling membenci malah berada di satu apartemen?

"Gue beneran nggak ngerti apa yang lo bilang. Lo sama Bastian itu saling benci terus kenapa tiba-tiba lo bisa ada di apartemennya, Bastian?" Erika mulai menginterogasi sahabatnya itu.

Amora menghela napas sebelum menjelaskan apa yang terjadi semalam. "Ini kecerobohan gue, semalem gue minum terlalu banyak dan pas bangun gue udah ada di apartemennya, Bastian"

Erika menggelengkan kepalanya tidak percaya, apa yang dilakukan sahabatnya itu adalah hal sangat berbahaya di mana minum terlalu banyak dengan posisi sendirian. Bagaimana kalau yang membawa Amora adalah orang tidak dikenal lalu melakukan hal yang tidak-tidak padanya, mungkin saat ini Amora tidak akan ada di hadapannya.

"Gimana kalau orang yang nolong lo itu bukan, Bastian? Apa lo yakin masih bisa ada di sini?" cecar Erika pada Amora. "Lo harus pikir seribu kali sebelum ngelakuin hal yang kemungkinan besarnya bisa ngebahayain diri lo, Ra"

"Iya gue terlalu ceroboh dan sekarang mau nggak mau gue berhutang budi sama Bastian" ucap Amora penuh sesal dengan kecerobohan yang sudah dilakukannya.

Hembusan napas terdengar dari bibir Erika, sedari awal sahabatnya masuk ke sekolah ini dirinya sudah memperingati bahwa jangan pernah berurusan dengan Bastian. Tidak ada pilihan lagi, nasi pun sudah menjadi bubur dan mau tidak mau kedepannya sahabatnya itu akan terus-menerus berurusan dengan Bastian.

"Itu udah jadi bagian dari resiko lo, Ra. Sedari awal gue udah selalu ingetin buat jangan berurusan sama Bastian tapi lo sendiri yang milih buat berurusan sama Bastian" jelas Erika seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Seandainya kalian nggak punya masalah, mungkin Bastian akan nolong lo tanpa pamrih"

Amora terdiam, dirinya mencerna baik-baik apa yang diucapkan oleh sahabatnya, tapi semisal dirinya tidak memiliki masalah dengan laki-laki itu pun tetap saja laki-laki itu akan meminta balas budi darinya walaupun tidak terlalu mempersulit seperti sekarang ini, di mana kunci mobilnya dan mobilnya berada di laki-laki itu. 

Pandangan Amora teralih pada kedua laki-laki yang berjalan dari arah berlawanan di mana tempat ia berdiri, panjang umur laki-laki yang dibicarakannya sedari tadi kini menampakkan batang hidungnya. Amora tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk menanyakan kunci mobil dan mobil miliknya.

"Bastian!"

Sang pemilik nama menghentikan langkahnya, melihat Amora berjalan dari arah berlawanan membuat hembusan napas keluar dari bibirnya.

"Balikin kunci mobil dan mobil gue" pinta Amora setelah berhadapan dengan Bastian. "Sama kunci motor, karena luka lo udah sembuh" sambungnya seraya melihat pipi Bastian.

VENOMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang