Sebuah Ancaman

29 1 0
                                    

Langit biru menghiasi langit, semilir angin yang bertiup kencang menerpa rambut panjang milik Amora yang saat ini tengah berjalan bersama kedua orang tuanya. Sebuah kota yang terkenal sebagi kota hujan ini tidak memberikan tanda-tanda akan datangnya hujan melainkan menunjukkan keindahan kotanya pada orang-orang yang saat ini hadir dalam perlombaan polo yang diselenggarakan di Nusantara Polo Club.

"Selamat datang, suatu kehormatan bagi kami dengan Bapak Erlangga bersama Ibu Nerissa yang telah meluangkan waktunya untuk hadir pada acara perlombaan polo kali ini" ucap Shreya seraya menjabat tangan orang tua dari Amora.

"Terima kasih, saya bersama istri sengaja meluangkan waktu untuk datang pada acara lomba ini karena ingin mengetahui dan melihat anak-anak hebat dari Zervard High School dalam bermain polo" ucap Erlangga.

"Saya sangat berterima kasih karena Bapak Erlangga dan Ibu Nerissa sudah sengaja meluangkan waktu padatnya untuk bisa hadir" Shreya menampilkan senyumnya, sepertinya dirinya akan memperlihatkan senyumnya sepanjang hari ini karena harus bertemu banyak orang-orang penting. "Mari saya antar ke tempat duduk"

Amora bersama kedua orang tuanya berjalan bersamaan mengikuti arahan yang diberikan oleh Shreya menuju tempat duduk yang berada di tepi lapangan. Dilihatnya banyaknya bangku tamu undangan sudah mulai penuh mengingat sebentar lagi perlombaan akan segera dimulai.

Setibanya Amora pada bangku di barisan paling depan ditambah sudah dipersilakan duduk juga oleh Shreya, ia pun tak perlu menunggu waktu lama dan segera mendudukkan tubuhnya. Sherya berpamitan dan meninggalkan keluarga Amora setelah mengantarkan keluarga Amora terduduk dengan aman.

Amora menggeledahkan pandangan pada sekitarnya, dilihatnya kumpulan tempat duduk yang berada sedikit jauh dari tempat duduknya berada saat ini merupakan tamu undangan dari Revord High School. Tempat duduk kedua sekolah tersebut bersampingan namun dibatasi dengan tempat duduk juri serta panitia dari acara perlombaan kali ini.

Sepertinya acara perlombaan polo yang diadakan setiap tahun oleh Zervard High School sangat dinantikan oleh kedua sekolah bergengsi tersebut, pasalnya olahraga polo tergolong olahraga yang cukup sulit di mana para pemainnya harus bisa memasukkan bola ke dalam gawang seraya menunggangi kuda ditambah hanya kedua sekolah bergengsi tersebut yang merebutkan kemenangannya.

Tak lama delapan ekor kuda mulai memasuki lapangan dituntun oleh para groom masing-masing pemilik kuda dan dari delapan kuda tersebut tak ada satu pun kuda lokal. Suara sorakan mulai memenuhi lapangan kala empat pemain dari masing-masing kedua sekolah memasuki area lapangan pertandingan.

Sosok pertama kali yang Amora lihat adalah laki-laki dengan nomor punggung tiga, laki-laki itu terlihat sangat cocok dengan pakaian berkudanya di mana menggunakan baju dan celana berwarna putih lalu helm serta sepatu boots berwarna hitam. Iya, laki-laki itu Bastian.

Bastian tengah berjalan memasuki lapangan dengan tangan kanannya memegang stick polo atau biasa dikenal dengan sebutan mallet beserta whip sedangkan tangan kirinya memegang sebuah kacamata, tentu membuat siapapun yang melihat dirinya saat ini akan mengatakan bahwa Bastian sangatlah tampan dan gagah.

Seorang wasit yang menunggangi kuda mulai memasuki area lapangan, membuat para pemain langsung menunggangi kudanya masing lalu mengarahkan kudanya berbaris sejajar untuk foto bersama terlebih dahulu sebelum mengumpul bersama wasit untuk memulai chukka pertama dengan merebutkan bola saat peluit panjang ditiup oleh sang wasit.

Pertandingan polo kali ini terdapat enam chukka di mana setiap sesi chukka berlangsung selama tujuh menit lamanya. Setelah sesi foto selesai, para pemain satu per satu mengarahkan kudanya pada garis tengah di mana bola berada, mereka sudah siap merebutkan bola tersebut dan terfokus untuk mendengar peluit yang akan berbunyi sebentar lagi.

VENOMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang