Seorang perempuan tengah melihat pantulan dirinya pada sebuah cermin di hadapannya seraya merapikan rambut panjang miliknya yang berwarna merah itu, serta seragam sekolah baru yang dikenakannya terlihat sangat cocok pada tubuhnya. Hari yang sudah ia nantikan sedari lama pun akhirnya tiba, yaitu hari di mana ia masuk ke sekolah barunya, Zervard High School.
Tak mau berlama-lama, Amora pun menjauhkan tubuhnya dari cermin, mengambil tas sekolah miliknya yang merupakan salah satu tas dari brand ternama dan bisa dikatakan cukup mahal, tentunya dengan tas itu siswa-siswi Zervard High School bisa menebak keberadaan kasta dari Amora.
Langkah demi langkah membawa Amora meninggalkan kamarnya, setiap anak tangga ia tapaki untuk membawanya pada lantai dasar. Seluruh interior di rumah Amora terkesan sangat mewah dan memanjakan mata bagi siapa pun yang melihatnya, namun setiap harinya rumah sebesar ini hanya ramai oleh para pekerja dikarenakan kedua orang tua Amora sibuk bekerja dan jarang pulang ke rumah.
Tepat Amora menyelesaikan anak tangga paling terakhir dua orang pelayan yang berada di samping kanan dan samping kiri tangga membungkukkan tubuhnya sebagai penghormatan pada Amora.
"Sarapannya sudah siap di meja makan, Non, Amora" ucap salah satu pelayan pada Amora.
Mengingat hari ini ia bersekolah di sekolah baru, sepertinya mencicipi menu sarapan di sekolah baru merupakan hal menarik baginya. "Saya mau langsung berangkat, tolong siapkan kunci motor dan helm" pinta Amora sebelum melanjutkan langkah kakinya.
"Tapi, Non ...." salah satu pelayan menggantungkan ucapannya dan tentu hal itu membuat Amora mengurungkan niatnya lalu menoleh pada pelayan itu. "Non Amora, belum diperkenankan membawa motor oleh Tuan dan Nyonya" sambung pelayan itu.
Kecelakaan yang dialaminya sudah cukup lama, namun kedua orang tuanya masih tidak mengizinkan dirinya untuk membawa motor dan itu cukup merepotkan baginya jika dirinya bepergian mengharuskan membawa mobil atau diantar oleh supir.
Amora mengambil dompet berwana hitam yang berada di dalam tasnya, mengambil beberapa lembar uang lalu memasukkan uang itu ke dalam saku rok yang dikenakan oleh pelayan itu. "Papa dan Mama nggak akan tau kalau kalian nggak kasih tau, kan?"
Kedua pelayan itu hanya menundukkan wajahnya dan tidak mampu menjawab pertanyaan yang Amora lontarkan. Saat ini mereka berdua benar-benar takut, bukan hanya takut pada Amora tetapi juga takut pada Tuan dan Nyonya-nya jika nantinya mengetahui anak tunggalnya itu membawa motor.
"Saya tunggu di depan, kalian nggak mau saya telat di hari pertama saya sekolah, kan?" sambung Amora lalu melangkah meninggalkan kedua pelayan itu.
Terpaksa kedua pelayan itu hanya bisa menuruti perintah Amora, tidak ada pilihan lain selain menuruti majikannya itu karena mau dicegah bagaimanapun tidak akan bisa mengubah keinginan Amora.
Tak butuh waktu lama kedua pelayan itu pun segera menghampiri Amora yang saat ini terduduk dengan santai pada sebuah sofa di ruang televisi tengah berkutat dengan handphone-nya.
"Ini helm dan kunci motornya, Non"
Sebelah sudut bibir Amora terangkat, ia pun memasukkan handphone pada saku jas almamater yang dikenakannya lalu bangun dari duduknya. "Kerja bagus" ucap Amora lalu mengambil helm dan kunci motor yang disodorkan oleh kedua pelayannya itu.
Amora melangkahkan kedua kakinya untuk menuju motornya yang berada di garasi, tentunya kedua pelayannya itu membuntutinya dari belakang untuk memastikan Amora berangkat dengan selamat. Perasaan senang Amora rasakan saat ini, pasalnya ia bisa membawa motor ninja kesayangan kembali, tetapi di sisi lain perasaan takut dirasakan oleh beberapa pelayan yang mengetahui bahwa Amora akan membawa motor.

KAMU SEDANG MEMBACA
VENOMOUS
Fiksyen Remaja[ Cover Design by @jeasy_art ] Renggala Bastian Bratadikara, seorang laki-laki yang sangat berpengaruh pada salah satu sekolah bergengsi di ibu kota Jakarta, Zervard High School. Bastian memanfaatkan posisi dirinya yang berada di kasta pertama untuk...