Satu Sama

48 7 0
                                    

Pagi hari di Zervard High School sudah ramai dengan kedatangan truk pengangkut kendaraan disertai beberapa pekerja Amora serta pekerja dari bengkel. Amora melihat dari kejauhan bagaimana motor kesayangannya dinaikkan pada truk tersebut untuk dibawa ke bengkel.

Mendengar kabar bahwa orang tuanya akan segara pulang, mau tidak mau Amora harus mendapatkan kunci motor miliknya pada Bastian. Ia juga tidak tahu kapan laki-laki itu akan mengembalikan kunci motornya tapi sembari menunggu hal itu, ia harus memperbaiki motornya lebih dulu agar seperti semula.

Amora melihat Bastian baru saja tiba di parkiran dan turun dari motor, sebenarnya Amora tidak mau merusak suasana hatinya di pagi hari karena setiap kali berbicara dengan Bastian hanya rasa emosi yang tercipta, tetapi ini kesempatan baginya untuk bisa berbicara dengan Bastian.

Amora melangkahkan kedua kakinya untuk menghadang Bastian, membuat langkah kaki Bastian mau tidak mau berhenti. "Luka lo udah sembuh, kan?" tanya Amora to the point seraya melihat plaster yang berada di pipi Bastian.

Sebelas alis Bastian terangkat, ia tidak mengerti mengapa perempuan di hadapannya itu menanyakan luka yang dibuat oleh perempuan itu sendiri.

"Balikin kunci motor gue, gue butuh kunci motor itu sekarang juga" perjelas Amora seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

Sebelah sudut bibir Bastian terangkat lalu menunjukkan sebuah plaster yang membalut luka di pipinya dengan menolehkan kepalanya sedikit. "Luka gue belum sembuh, lo nggak liat? Atau pura-pura nggak liat?"

"Gue kasih lo jaminan yang lain dan sebut aja apa yang lo mau, asal jangan kunci motor" Amora benar-benar terpaksa harus menukarkan dengan jaminan yang lain daripada nanti orang tuanya akan mengetahui masalah motornya.

"Jaminan lain? Sayangnya gue nggak tertarik dengan barang-barang yang lo punya dan cuma kunci motor yang gue mau, Amora." ucap Bastian penuh dengan penekanan.

Kedua mata Amora menatap Bastian penuh kesal, jika tidak karena butuh mungkin Amora sudah membuat wajah Bastian babak belur kembali saat ini. Entah kenapa setiap kalimat yang keluar dari bibir laki-laki di hadapannya itu selalu membuat dirinya emosi.

Bastian mendekatkan tubuhnya pada Amora, lalu sedikit menurunkan tubuhnya agar wajahnya dekat dengan wajah Amora hingga membuat kedua mata Amora membulat sempurna. "Ini akibatnya kalau bermain api sama gue, Amora. Di saat lo udah nyalain api itu duluan, tentu gue nggak akan biarin api itu padam gitu aja"

Napas Amora kembali terdengar setelah Bastian menjauhkan wajah serta tubuhnya, sedari tadi ia merasa kesulitan untuk bernapas serta jantungnya berdetak tak seperti biasanya. Tak lama Bastian pun melanjutkan langkah kakinya membuat Amora harus menghentikan Bastian kembali.

"Apapun akan gue lakuin asal kunci motor gue balik sekarang" ucap Amora seraya membalikkan tubuhnya, benar saja laki-laki yang membelakanginya itu kembali menghentikan langkahnya.

Tanpa Amora ketahui sebelah sudut bibir Bastian terangkat, tentu merasa senang atas apa yang diucapkan oleh Amora. Mungkin waktu itu Bastian yang dipermalukan dan menjadi tontonan satu sekolah, saat ini Bastian harus memikirkan cara agar Amora merasakan apa yang dirasakannya waktu itu.

"Temuin gue di kantin setelah makan di jam istirahat" ucap Bastian sebelum benar-benar pergi meninggalkan Amora.

Amora menelan salivanya susah payah, ia tidak tahu keputusan yang diambilnya saat ini akan beresiko seperti apa nantinya. Tak ada pilihan lain, Amora benar-benar membutuhkan kunci motor itu sebelum orang tuanya pulang. Amora benar-benar merasa sial saat ini, seorang Amora bisa tunduk juga pada Bastian?

♾️♾️♾️

"Mau ada penyerangan dari Graventas" ucap Putra memberi tahu teman-temannya setelah mendapati beberapa pesan yang dikirimkan oleh seorang mata-mata di Revord High School.

VENOMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang