Salah satu pintu ruangan rumah sakit yang bertuliskan VIP terbuka, Bastian yang sedang terbaring dan ingin memejamkan kedua matanya terpaksa harus kembali mengurungkan niatnya itu. Hembusan napas keluar dari bibir Bastian kala melihat kedatang Eliza, padahal dirinya sudah mencegah Papanya agar tidak mengirimkan Eliza ke rumah sakit untuk menemaninya.
Bastian membangunkan tubuhnya perlahan, seraya mencari remot untuk menaikan posisi hospital bed-nya. Bagaimanapun caranya Bastian harus membuat Eliza pergi dan tidak menemaninya di rumah sakit, baginya, sendiri lebih baik daripada harus ditemani oleh Eliza.
"Kamu nggak perlu bangun Bastian, kamu tiduran lagi aja, mari Tante bantu" ucap Eliza seraya menaruh barang bawaannya di atas sofa lalu mendekat ke arah Bastian.
"Tante nggak perlu dateng ke sini" cetus Bastian seraya membenarkan posisi duduknya.
Eliza yang mendengar ucapan Bastian tentu hanya bisa menampilkan senyum tipisnya untuk menutupi kesedihannya, walaupun sudah biasa diperlakukan oleh Bastian seperti itu tetap saja dirinya tidak bisa berbohong kalau nyatanya kesedihan itu selalu menyelimuti dirinya. Tak lama Eliza kembali melangkahkan kedua kakinya untuk merapikan barang bawaannya, di mana barang-barang tersebut keperluan untuk Bastian.
"Ini tante bawain beberapa pakaian kamu, tablet, makanan dan buah-buahan" ucap Eliza seraya merapikan barang-barang tersebut pada tempatnya masing-masing. "Takut kamu bosen makan makanan rumah sakit jadi Tante masakin makanan buat kamu, sekarang kamu cobain masakan Tante ya?"
"Nggak perlu, lebih baik Bastian makan makanan rumah sakit daripada harus makan masakan Tante" ucapan Bastian menghentikan kedua tangan Eliza yang sedang menata makanan yang dibawanya di atas meja. "Dan tolong berhenti pura-pura baik di depan Bastian."
Eliza menjauhkan kedua tangannya pada makanan-makanan yang sedang ditatanya, menoleh pada Bastian lalu membantah kalau hal yang dilakukannya saat ini bukanlah untuk mendapatkan empat dari Bastian. "Tante ngelakuin semua ini bukan karena Tante pura-pura baik atau sekedar mau dapetin empati kamu, Tante lakuin ini karena udah anggap kamu sebagai anak Tante, Bastian"
Sebelah sudut bibir Bastian terangkat, ucapan yang dilontarkan oleh Eliza adalah hal yang sangat lumrah. "Bastian nggak mau denger pembelaan dari Tante karena semua itu nggak akan ngubah sudut pandang Bastian ke Tante sampe kapapun. Tante cuma orang asing bagi Bastian, jadi tolong jangan berlebihan"
Eliza merasakan hatinya di dalam sana seperti tertubruk sesuatu yang sangat keras, sejauh ini dirinya sudah berusaha menjadi peran yang nantinya akan ia perankan setelah menikah dengan Papanya Bastian, di mana peran sebagai sosok orang tua untuk Bastian.
Sejauh ini Bastian belum membuka celah sedikit pun untuk dirinya bisa lebih dekat dengan Bastian, membuat dirinya berpikir apa sesulit ini untuk menjadi ibu sambung? Dan Eliza selalu merasa gagal tiap kali mendapat perlakuan yang kurang mengenakan dari Bastian.
Eliza berusaha menampilkan senyumnya walaupun dadanya terasa begitu sesak. "Kalau kamu belum bisa menerima Tante sekarang nggak apa-apa, kok. Tapi tolong izinkan Tante nantinya buat ngejalanin peran dan tugas Tante sebagai orang tua kamu, lebih tepatnya sosok ibu buat kamu, Bastian"
"Bastian udah nggak butuh peran itu" ucap Bastian dengan cepat untuk menutup celah harapan dari Eliza. "Tolong pergi dari sini, sekarang" sambungnya ketika tidak mendapat jawaban apapun dari Eliza.
Bastian menoleh pada Eliza, bersamaan dengan itu Eliza juga menoleh pada Bastian setelah sadar dari lamunannya. Bastian melihat senyuman yang Eliza berikan saat ini dengan bibir yang sedikit gemetar, ia berpikir sejenak apakah ucapan yang dilontarkannya pada Eliza begitu menyinggung perasaan Eliza? Entah, seharusnya Bastian tidak mempedulikan hal itu, namun ia merasa aneh dengan dirinya belakang ini di mana beberapa waktu selalu memikirkan perasaan orang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
VENOMOUS
Teen Fiction[ Cover Design by @jeasy_art ] Renggala Bastian Bratadikara, seorang laki-laki yang sangat berpengaruh pada salah satu sekolah bergengsi di ibu kota Jakarta, Zervard High School. Bastian memanfaatkan posisi dirinya yang berada di kasta pertama untuk...