Kembalinya Rumor

16 3 0
                                    

Bastian melangkahkan kedua kakinya menuju markasnya yang berada di sekolah, selama perjalanan menuju markas banyak sekali pasang mata yang melihat ke arahnya, tentu hal itu bukan karena tanpa alasan. Artikel mengenai dirinya dengan Amora kembali muncul, benar saja dugaannya di mana dirinya akan kembali menjadi perbincangan kala keluarganya bersama keluarga Amora berjalan bersamaan waktu di acara perlombaan polo.

Pintu markas terbuka, sosok yang dicarinya tengah terbaring di atas sofa seorang diri membuat Bastian yang melihatnya merasa semakin jengkel. Bastian kembali menghidupkan handphone yang berada di tangan kanannya untuk membuka artikel yang baru saja diunggah tadi pagi lalu melemparkan handpone miliknya dan terjatuh tepat di atas perut Aghas.

"Lo ngapain aja sampe udah berhari-hari belum bisa nemuin siapa dalang dibalik artikel itu? Lo sengaja nggak mau cari orang itu supaya orang-orang percaya kalau gue sama perempuan itu emang ada hubungan, hah?" cecar Bastian seraya memberikan tatapan tajam pada Aghas di bawah sana.

Aghas membangunkan tubuhnya, mengambil handphone milik Bastian lalu menaruhnya di atas meja. "Lo pikir gampang buat cari orang yang kita semua nggak tau asal-usulnya? Lo tau sendiri kemarin-kemarin kita juga sibuk buat nyiapin perlombaan dan waktu gue nggak sebanyak itu buat ngurusin masalah lo."

Sebelah sudut bibir Bastian terangkat seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Itu udah tugas lo dan gue nggak mau denger alasan apapun dari lo, Aghas." ucap Bastian penuh dengan penekanan.

Aghas bangun dari duduknya, dirinya sedang tidak baik-baik saja tetapi sudah dihadapi dengan masalah lain, membuat amarah yang berada di dalam dirinya mulai naik. "Lo bisa cari tau sendiri kalau lo nggak mau nunggu. Hidup gue nggak selalu ngurusin masalah lo, gue sendiri juga punya masalah bahkan lebih berat dari masalah lo itu."

"Lo udah berani ngebantah gue kaya gini? Dan nggak sekedar cuma itu, lo juga berani nyepelein masalah gue kaya gini?" tanya Bastian tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh temannya itu.

"Lo yang lebih dulu nyepelein gue, Bastian. Lo nggak mikirin waktu yang gue punya, lo nggak mikirin masalah apa aja yang nimpa gue, dan lo seenaknya nuduh gue gitu aja tanpa tau yang sebenernya terjadi." jawab Aghas seraya memberikan tatapan tak sukanya pada Bastian.

Baru kali ini Bastian melihat temannya itu tak seperti biasanya, sebelumnya temannya itu tidak pernah sensitif seperti ini bahkan tidak pernah melakukan perlawanan pada dirinya. Apa ucapan yang ia lontarkan berlebihan? Sepertinya ucapan itu biasa dirinya lontarkan pada teman-temannya dan seharusnya Aghas paham akan hal itu.

"Lo nggak biasanya kaya gini, hal apa yang ngebuat lo kaya gini? Capek karena gue suruh terus-terusan? Atau udah muak sama perlakuan gue setiap harinya ke lo? Bilang aja kalau emang lo udah nggak mau ngelakuin hal itu" ucapan yang Bastian lontarkan pada Aghas tak digubris, laki-laki itu malah mendudukkan tubuhnya dan mengusap rambutnya kasar.

Tak lama pintu markas kembali terbuka dengan kedatangan Issa dan Putra, melihat situasi yang tak seperti biasanya membuat Issa dan Putra menatap satu sama lain seakan bertanya dengan apa yang terjadi.

"Lo berdua kenapa?" tanya Issa seraya mendudukkan tubuhnya pada sofa yang berada pada sudut  markas.

Bukan menjawab apa yang ditanyakan oleh Issa, Bastian malah mengambil handphone-nya yang tergeletak di atas meja dan berniat untuk pergi meninggal markas. Namun ia kembali mengurungkan niatnya kala Aghas mengeluarkan sebuah kalimat yang membuat ketiga laki-laki itu terkejut.

"Nyokap gue bakal pindahin Erika ke sekolah lain kalau gue nggak ngejauh dari dia"

♾️♾️♾️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VENOMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang