Langkah demi langkah membawa Bastian menuju kelasnya berada, ia menyadari orang-orang yang berada di sekitarnya tengah berbisik serta memberikan tatapan yang tak seperti biasa pada dirinya. Seharusnya dirinya sudah terbiasa setiap kali menjadi pusat perhatian, namun kali ini terasa begitu aneh dan membuat suasana hati Bastian menjadi sangat tidak nyaman, di dalam sana pikirannya dipaksa untuk mengetahui hal apa yang membuat dirinya kembali menjadi pusat perhatian.
"Seriusan Bastian ngelakuin hal kaya gitu?"
"Gue nggak nyangka banget Bastian sejahat itu"
"Gue nggak habis pikir dan dia masih bisa hidup tenang setelah bunuh orang"
Deg
Mendengar suatu hal yang begitu sensitif baginya membuat langkah kakinya terhenti, telinganya seakan dipaksa untuk menerima bisikan-bisikan yang semakin terdengar begitu jelas mengenai dirinya, serta pikirannya juga dipaksa untuk mencari tahu bagaimana orang-orang di sekitarnya bisa mengetahui masa lalunya.
Bastian menggeledahkan pandangannya pada orang-orang di sekitarnya, tatapan yang orang-orang itu berikan terlihat begitu sama dengan tatapan orang-orang di sekolahnya dulu kala mengetahui sosok dirinya lah yang menyebabkan seseorang bunuh diri. Tangan kiri Bastian terkepal kuat, bayangan-bayangan di masa lalu memenuhi kepalanya kala di mana orang-orang menghakimi dirinya dan memaksa dirinya berada diposisi yang bersalah.
Keringat mulai bercucuran pada pelipisnya, jantungnya juga berdetak dua kali lipat dari biasanya, bahkan salivanya pun terasa sangat sulit untuk ditelan. Perasaan takut serta kegelisahan kembali menyelimuti dirinya dengan begitu kuat, ia seakan dipaksa untuk menghadapi hal yang sama seperti waktu di sekolahnya dulu.
Tak lama Bastian kembali melanjutkan langkahnya dengan langkah kaki yang terasa begitu berat. Pikirannya di dalam sana bercampur aduk, memikirkan bagaimana masa lalunya bisa tersebar dan siapa yang menyebarkannya serta di satu sisi bayangan-bayangan menyakitkan itu terus berputaran diingatannya hingga kepalanya terasa menjadi lebih berat.
Ceklek
Pintu markas kembali tertutup, Bastian yang hendak menenangkan dirinya di dalam sana harus kembali mengurungkan niatnya kala mendapati teman-temannya serta Amora seakan sedang menunggu dirinya, tentu dengan tatapan yang sama bagaimana orang-orang di sepanjang perjalanan tadi menatapnya.
"Gue beneran nggak nyangka kalau lo itu pembunuh, Bas" Issa angkat bicara dengan memberikan tatapan tak percaya pada Bastian.
"Lo sembunyiin masalah ini bertahun-tahun, jalanin hari-hari lo kaya biasanya seakan nggak pernah terjadi apa-apa, dan lo masih bisa menindas orang-orang di sini kaya yang udah lo lakuin di sekolah dulu?" cecar Amora seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Apa setelah lolos dari dosa-dosa lo itu, lo nggak bisa berbuat lebih baik? Bukannya malah ngelakuin hal yang sama."
Ketakutannya di masa lalu kini kembali menyelimutinya kala teman-teman serta kekasihnya langsung menghakiminya begitu saja tanpa bertanya lebih dulu dengan kejadian yang sebenarnya. Bayangan di mana orang-orang di masa lalu menghakimi dirinya terlintas pada penglihatannya saat ini dan bercampur aduk dengan penglihatannya pada orang-orang di hadapannya yang berjalan ke arahnya, persis dengan situasi waktu itu.
"Kenapa lo tutupin semua ini, Bastian? Nyatanya lo orang paling pengecut yang pernah gue kenal."
"Gue nggak nyangka temenan sama pembunuh kaya lo, Bas"
Keringat semakin bercucuran pada pelipis Bastian, ia memundurkan tubuhnya hingga punggungnya berbenturan dengan tembok saat teman-temannya serta kekasihnya semakin mendekat ke arahnya dengan tatapan kesal, marah dan mungkin sangat membenci dirinya. Kepala Bastian terasa semakin berat, bisingnya suara-suara yang menghakimi dirinya masuk dengan sempurna pada kedua telinganya hingga membuat dirinya menutup kedua telinganya rapat-rapat dengan kedua tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
VENOMOUS
أدب المراهقين[ Cover Design by @jeasy_art ] Renggala Bastian Bratadikara, seorang laki-laki yang sangat berpengaruh pada salah satu sekolah bergengsi di ibu kota Jakarta, Zervard High School. Bastian memanfaatkan posisi dirinya yang berada di kasta pertama untuk...