Sebuah mobil terhenti tepat di depan bangunan yang tidak terlalu kecil namun juga tidak terlalu besar, perempuan yang berada di dalam mobil tersebut menoleh sekilas pada jendela mobil sebelum dirinya turun dan menyuruh supirnya untuk pergi lebih dulu.
"Bapak nggak perlu nunggu, saya akan pulang sendiri nanti" ucap Amora pada sang supir.
"Baik, Non" sang supir pun hanya bisa menuruti perintah, tak lama ia pun turun dari mobil, membukakan pintu untuk majikannya itu.
Amora turun dari mobil, menggeledahkan padangannya pada sekitar markas Zervanos, ia pikir markasnya seperti markas pada umumnya dengan bangunan-bangunan kumuh nan sempit, namun markas Zervarnos terlihat sangat mewah dan termasuk bangunan modern.
"Kalau gitu saya pamit duluan, Non" ucap sang supir lalu masuk ke dalam mobil setelah mendapat anggukkan dari Amora.
Melihat mobil yang dibawa oleh sang supir semakin lama semakin menjauh hingga tak terlihat sedikit pun dari pandangannya, membuat Amora melanjutkan langkah kakinya menuju pintu markas milik Zervanos. Hal pertama kali yang Amora rasakan ketika tiba di depan pintu markas yaitu terasa cukup sepi seperti tidak orang di dalamnya, Amora berpikir apa Bastian melupakan perjanjiannya malam ini?
Amora mengetok pintu markas cukup lama dan tidak ada jawaban dari dalam serta pintu pun tak kunjung terbuka. Hembusan napas keluar dari bibir Amora saat merasa dirinya kembali terperangkap ke dalam permainan Bastian, Apa benar laki-laki itu kembali mempermainkan dirinya?
Diambilnya handphone dari saku rok yang dikenakannya, mencari nomor sang pelaku yang mungkin saat ini mempermainkan dirinya kembali, jika memang benar laki-laki itu kembali mempermainkan dirinya, ia akan membalas perbuatan laki-laki itu lebih kejam dari apa yang dilakukan padanya.
"Gue udah sampe markas, lo di mana? Kali ini lo nggak ngejebak gue lagi, kan?" cerocos Amora saat sambungan teleponnya terhubung.
"Pulang sekarang juga, secepatnya." suara Bastian di seberang telepon jelas terdengar panik.
"Maksud lo apa tiba-tiba nyuruh gue pulang lagi? Lo beneran ngejebak gue lagi kali ini? Lo jangan main-main sama gue Bastian." Amora tak terima merasa di permainkan seperti ini.
"CEPETAN PERGI DARI MARKAS GUE AMORA!" bentak Bastian di seberang telepon, di samping itu terdengar juga suara tancapan dari gas mobil.
Deg
Amora sedikit terkejut, bukan terkejut dari bentakan Bastian namun terkejut dengan kedatangan beberapa mobil pada markas Bastian. Apa itu Bastian dan teman-temannya? Tapi sepertinya Bastian sedang berada dalam perjalanan kala mendengar tancapan gas dari seberang telepon tadi, lalu mereka semua yang saat ini berjalan ke arah dirinya .... siapa?
"Gu-gue kira yang da-dateng lo, Bas"
BUGH
"AMORA LO KENAPA?" Bastian di sebrang telepon pun sangat panik ketika mendengar sebuah pukulan serta suara benda yang terjatuh ke lantai. "HALO? AMORA? JAWAB GUE BANGSAT!"
Tubuh Amora tersandar pada pintu, sebuah pukulan yang sangat kuat mendarat tepat di pipi kirinya hingga membuat dirinya hilang keseimbangan serta handphone-nya yang jatuh entah kemana.
"Ka-kalian semua si-siapa?" bibir Amora bergetar, ketakutan mulai menyelimuti tubuhnya mengingat hanya ia seorang diri di sini.
Laki-laki yang memukulnya tadi kini mencengkram cukup kuat kerah jaket kulit yang Amora kenakan. "Lo pasti tau siapa kita karena Zervanos nggak mungkin ngajak orang asing ke markasnya dan lo udah jelas bagian dari Zervanos yang akan ikut dalam serangan kali ini, kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
VENOMOUS
Teen Fiction[ Cover Design by @jeasy_art ] Renggala Bastian Bratadikara, seorang laki-laki yang sangat berpengaruh pada salah satu sekolah bergengsi di ibu kota Jakarta, Zervard High School. Bastian memanfaatkan posisi dirinya yang berada di kasta pertama untuk...