Perayaan?

174 14 0
                                    

Jam yang menempel pada dinding kamar menunjukkan pukul tujuh malam, Bastian sudah rapih dengan pakaian serba berwara hitam ditambah jaket kulitnya yang sengaja ia tenteng untuk dipakai nanti. Bastian mempunyai cara untuk menghentikan pergerakan dari pembuat artikel tersebut dan ia akan mencobanya malam ini bersama dengan Amora.

Tak lama Bastian melangkahkan kedua kakinya meninggalkan kamar, menuruni anak tangga untuk segera tiba di lantai dasar, namun melihat keadaan rumah yang tak seperti biasanya membuat rasa penasaran menyelimuti dirinya dengan apa yang terjadi di bawah sana. Entah mengapa hatinya di dalam sana seakan menyuruhnya untuk menghampiri keramaian yang bersumber dari ruang makan.

Keadaan di ruang makan cukup ramai, Bastian langsung berpikir apakah akan ada tamu yang datang ke rumahnya? Pasalnya beberapa pelayan yang bekerja di dapur tengah sibuk meletakkan berbagai jenis hidangan makanan yang lumayan banyak dan tak seperti biasanya. Namun Bastian sedikit terkejut ketika menyadari ada seorang wanita yang sangat dikenalinya itu tengah membantu para pelayan.

"Bastian? Kok, kamu udah turun aja? Makanannya masih Tante siapin, apa Papa kamu menyuruh kamu ke sini lebih dulu?" ucap Eliza ketika menyadari kehadiran Bastian, ia pun menghampiri Bastian dengan sepiring makanan yang belum sempat ia letakkan di meja makan.

"Apa yang Tante lakuin di sini?" tanya Bastian dengan wajah datarnya, ia tidak tahu sama sekali mengenai kedatang Eliza ke rumahnya dan apa Papanya itu melupakan suatu hal? Di mana wanita itu tidak boleh dibawa ke rumah ini.

"Loh? Papa kamu nggak bilang apa-apa sama kamu, Bastian? Padahal semua ini ide Papa kamu dengan mengadakan makan malam secara sederhana atas perayaan kemenangan lomba polo kamu waktu itu" jelas Eliza.

"Terlepas dari apapun rencana Papa dan Tante itu, Bastian mohon Tante pergi dari sini juga, sekarang." pinta Bastian dengan amarah yang masih bisa ditahan, pasalnya ia sedang tidak mau menciptakan keributan.

"Tante udah hargain keputusan kamu yang mana kamu meminta pernikahan Tante dan Papa kamu diadakan setelah kamu lulus dari sekolah, tapi apa kamu nggak bisa hargain juga keberadaan Tante walaupun untuk malam ini saja, Bastian?" ucap Eliza seraya menatap Bastian dalam-dalam.

"Kalau Tante ngelakuin hal itu karena mau balas budi dari Bastian, lebih baik Tante nggak perlu ngelakuin hal itu sedari awal. Apa dengan Bastian merestui Papa untuk menikah lagi dengan Tante nggak cukup menghargai yang Tante maksud?" timpal Bastian tidak terima dengan apa yang diucapkan oleh Eliza. "Tante yang nggak hargain keputusan Bastian yang mana Papa nggak boleh bawa masuk Tante ke rumah ini dalam alasan apapun."

Eliza dibuat terdiam dengan apa yang dilontarkan oleh Bastian, amarah yang sedari tadi Bastian tahan kini mulai naik dengan apa yang diucapkan oleh Eliza tadi. "Pergi dari sini" ucap Bastian seraya menarik tangan Eliza.

"Bastian, Tante nggak ada–"

PRANGGG

Tarikan tangan Bastian yang cukup kuat membuat sepiring makanan yang berada di tangan Eliza terjatuh, pecahan piring beserta isinya berserakan di lantai. Hal itu tidak membuat Bastian menghentikan langkahnya dan tetap menarik Eliza untuk menjauh dari ruang makan.

"Bastian, kamu salah paham. Tante bisa jelasin semuanya, tolong lepasin tangan Tante" Eliza memohon pada Bastian dengan langkah kaki yang sedikit lebih lambat karena tergores pecahan piring saat terjatuh tadi.

Bastian tidak mempedulikan apa yang diucapkan oleh Eliza, ia terus membawa Eliza menjauh dari ruang makan dan menuju pintu utama di rumahnya. Para pelayan yang sedari tadi bekerja di dapur pun menghentikan aktivitasnya, namun mereka hanya bisa memperhatikan dengan apa yang terjadi pada majikannya itu.

VENOMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang