"Bilang sama gue kalau semua ini nggak bener dan apa yang gue liat atau orang-orang lain liat tadi pagi cuma sekedar akting lo sama Bastian" ucap Erika di tengah-tengah langkahnya.
"Awalnya gue juga ngira semua ini cuma akting dari bagian rencana kerja sama gue dan Bastian, tapi ternyata gue salah paham" ucap Amora mengingat bagaimana laki-laki itu baru memberitahunya tadi pagi.
"Maksud lo? Jadi semua ini sungguhan dan bukan sekedar akting? Lo beneran pacaran sama Bastian sekarang?" tanya Erika tak percaya hingga menghentikan langkah kakinya.
Amora yang berada di sampingnya pun ikut menghentikan langkah kakinya, hembusan napas keluar dari bibirnya, dirinya seperti sudah tidak ada tenaga untuk menjelaskan kecerobohannya menghadapi Bastian.
Tidak mendapat jawaban dari Amora dan raut wajah Amora menunjukkan begitu pasrah, Erika dapat menyimpulkan bahwa semua yang terjadi saat ini adalah suatu hal sungguhan. "Gue udah kasih lo peringatan sebelumnya dan dugaan gue nggak meleset, kan? Di mana rencana Bastian itu emang bener ngerugiin diri lo"
"Prasangka gue terlalu baik, sampe gue lupa kalau Bastian bisa selicik itu" ucap Amora, ia benar-benar tidak tahu dirinya saat ini harus kesal atau senang.
Di satu sisi dirinya kesal karena Bastian tidak memberi tahu sedari awal jika harus berpacaran sungguhan dan seakan dirinya merasa terjebak, di satu sisi lain dirinya juga senang bisa lebih dekat Bastian karena akan memudahkan dirinya untuk membalaskan semua rasa dendamnya pada laki-laki itu.
Erika menghembuskan napasnya, semua sudah terlanjur dan tidak semudah itu untuk memutuskan perjanjian dengan seorang Bastian. "Gue nggak tau hal apa lagi yang akan terjadi sama lo ke depannya, lo bener-bener semakin jauh berurusan sama Bastian dan gue harap lo selalu hati-hati sekalipun Bastian pacar lo saat ini, Ra"
Amora terdiam mendengar perkataan yang sahabatnya itu lontarkan, dirinya seakan dipaksa untuk selalu waspada dalam setiap langkah yang akan dilakukannya, waspada dengan apa yang dilakukan Bastian ke depannya dan waspada dengan apa yang akan dilakukan dirinya pada Bastian. Perasaan ragu mulai menyelimuti dirinya mengingat bagaimana yang dihadapinya bukanlah laki-laki sembarangan.
"Lo bisa ngomong kaya gitu emang kenal gue sejauh apa, Erika?"
Amora dan Erika menoleh bersamaan ke arah sumber suara, mendapati Bastian bersama dengan teman-temannya berada tidak jauh dari tempat berdirinya saat ini, membuat Amora dan Erika sedikit terkejut, terlebih Erika karena ditodong langsung oleh laki-laki yang sedang dibicarakannya itu.
"Jangan buang waktu istirahat lo buat dengerin omong kosong dia" ucap Bastian seraya melangkah ke arah Amora. "Setiap orang punya sudut pandang masing-masing, lo bisa nilai dengan mata dan telinga lo sendiri tanpa ikut liat atau denger dari sudut pandang orang lain" sambungnya tanpa menoleh pada Erika sedikit pun.
"Gue nggak bermaksud–"
"Gue masih hargain lo karena lo mantan dari Aghas, mungkin kalau bukan, gue akan ngelakuin lo sama kaya yang lainnya" potong Bastian seakan tidak mengizinkan Erika untuk membela diri.
Erika mengatupkan bibirnya rapat-rapat, bahkan ia tidak berani melihat ke arah Bastian serta teman-temannya. Tanpa Erika sadar sebenarnya Aghas tidak terima Erika dipermalukan seperti ini, terlebih dirinya sudah tidak bisa menolong ataupun berbuat apa-apa pada Erika lagi.
"Mulai hari ini, lo akan makan bareng sama gue dan temen-temen gue" ucap Bastian pada Amora mengingat pada tujuan awalnya itu, serta tidak mau berlama-lama membuang waktu istirahatnya saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
VENOMOUS
Ficção Adolescente[ Cover Design by @jeasy_art ] Renggala Bastian Bratadikara, seorang laki-laki yang sangat berpengaruh pada salah satu sekolah bergengsi di ibu kota Jakarta, Zervard High School. Bastian memanfaatkan posisi dirinya yang berada di kasta pertama untuk...