Keterpaksaan

14 1 0
                                    

Seorang laki-laki baru saja keluar dari kamarnya, bukan memakai seragam sekolah seperti biasanya tetapi laki-laki itu memakai baju polo berwarna hitam dilengkapi dengan celana bahan berwarna putih.

Seorang laki-laki baru saja keluar dari kamarnya, bukan memakai seragam sekolah seperti biasanya tetapi laki-laki itu memakai baju polo berwarna hitam dilengkapi dengan celana bahan berwarna putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak hanya itu, laki-laki itu membawa sebuah koper yang dibawakan oleh pelayannya yang saat ini berjalan tepat di belakangnya. Langkah demi langkah membawa dirinya menuruni anak tangga, interior di setiap sudut ruangan yang begitu indah dan mewah tidak akan membuat bosan bagi siapapun yang sedang menuruni anak tangga di rumahnya.

Laki-laki itu Garva, hari ini ia akan pergi ke kota Bogor untuk berlatih polo beberapa hari kedepan sebelum perlombaan yang sudah di depan mata dan hanya tinggal menghitung hari. Garva dan ketiga temannya selalu terpilih untuk mewakili Revord High School dalam perlombaan polo yang diadakan setiap tahun oleh Zervard High School.

Selesai menuruni anak tangga, Garva berjalan menuju ruang makan untuk mengisi perutnya yang terasa kosong sebelum nantinya menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Melihat tidak ada siapa pun di meja makan membuat Garva akan menyantap sarapannya dengan tenang pada pagi ini.

Sepiring scramble egg avocado toast with sausage and potatoes tertata cantik di atas meja makan, membuat perut Garva seakan memanggil-manggil untuk segera diisi. Tak lama Garva pun memasukkan potongan pertama ke dalam mulutnya, sensasi telur dengan potongan alpukat di atas roti memanjakan lidah Garva untuk terus menyantapnya.

Suapan demi suapan mulai memenuhi isi perut Garva yang sebelumnya kosong, makanan yang berada di atas piring pun mulai berkurang dan ia sangat menikmati menu sarapan di pagi hari ini namun semua itu tak berlangsung lama ketika kehadiran sosok pria pada ruang makan serta mendudukkan tubuhnya di meja makan.

"Papa dengar kamu akan mengikuti lomba polo nanti, lalu bagaimana persiapannya? Apa sudah dipersiapkan dengan baik?" pria itu Papanya Garva, Dewangga namanya.

"Baru akan mulai berlatih hari ini" jawab Garva seraya meletakkan pisau dan garpu yang berada di kedua tangannya, sarapannya belum habis namun dengan kedatangan Papanya membuat selera sarapannya hilang seketika.

"Tunjukkan ke Papa kalau kamu bisa memenangkan perlombaan kali ini" pinta Dewangga kepada putranya itu.

Garva yang mengeraskan rahangnya begitu jelas terlihat, ia meneguk segelas air putih untuk menghilangkan dahaga serta mengubur kembali amarahnya yang mulai muncul, ia tidak mau merusak suasa hatinya yang sudah tertata dengan baik.

"Garva berangkat" pamit Garva seraya bangun dari duduknya, namun saat Garva hendak melangkahkan kedua kakinya, Dewangga kembali angkat bicara dengan rantaian kata yang menurut Garva sangat sensitif.

"Tunjukkan ke Papa kalau kamu bisa mengalahkan Bastian" ucap Dewangga sebelum putranya itu pergi meninggalkan meja makan. "Walaupun hanya sekali" sambungnya mengingat putranya itu selalu kalah dari Bastian.

VENOMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang