Pilihan

27 8 0
                                    

Kemenangan kali ini kembali berpihak pada Zervard High School, selama hampir tiga tahun Zervard High School belum bisa dikalahkan oleh Revord High School dalam perlombaan polo. Berkat kerja keras empat laki-laki yang selalu berpartisipasi dalam perlombaan polo setiap tahunnya, kini kembali meraih kemenangan dan mengharumkan nama Zervard High School.

Setelah berfoto-foto bersama para pemain, keluarga serta tamu-tamu penting, Bastian melangkahkan kedua kakinya menjauh dari panggung dan mengikuti langkah kaki Papanya menuju tempat duduk di mana tamu-tamu penting dari Zervard High School terduduk. Dirinya terpaksa harus bersikap layaknya seorang anak yang mempunyai hubungan harmonis dengan orang tuanya ketika di hadapan banyak orang.

Dari sekian banyaknya tamu-tamu penting di sini mengapa Papanya itu membawa dirinya pada keluarga Amora? Dilihatnya keluarga Amora yang sedari tadi duduk langsung bangkit dari duduknya kala Papanya menghampirinya.

"Sebelumnya kita bertemu tanpa bertukar cerita dan sekarang kamu menunjukkan suatu hal yang di mana membuat kita semua kagum, Bastian" ucap Erlangga seraya menepuk-nepuk pundak Bastian.

"Selamat atas kemenangan kamu ya, Bastian. Apa ini bisa dikatakan turunan dari Papanya ya, Pa?" tanya Nerissa seraya tersenyum diikuti juga dengan Erlangga, Sadewa dan Bastian yang tersenyum, sedangkan Amora hanya terdiam.

"Bisa dibilang seperti itu, saya ingin bukan hanya saya saja yang bisa olahraga polo tapi anak saya juga harus bisa bahkan lebih hebat dari saya, bukan begitu Pak Erlangga?" ucap Sadewa.

"Betul, sama halnya dengan anak saya walaupun bukan olahraga polo tapi anak saya juga harus bisa berkuda dan beberapa kali sudah mengikuti lomba jumping equestrian" ucap Erlangga seraya melihat ke arah Amora.

"Hal seperti ini memang harus kita lakukan supaya anak-anak kita menjadi penerus kita kedepannya, apalagi memberi contoh dalam hal-hal baik seperti olahraga ini" ucap Sadewa seraya memasukkan kedua tangannya ke saku celana yang dikenakannya. "Karena Amora bisa berkuda, bagaimana kalau ada waktu luang kita berkuda bersama?"

Ucapan Sadewa membuat Bastian dan Amora secara bersamaan menatap satu sama lain, lagi dan lagi takdir seakan merestui mereka berdua untuk selalu dipertemukan.

"Dengan senang hati, hitung-hitung mempererat jalinan kerja sama yang sedang kita bangun. Semisal ingin olahraga selain berkuda seperti golf atau menembak, saya dan Amora juga bersedia" Erlangga sangat senang ketika bisa mempererat jalinan bisnisnya dengan Sadewa yang bisa dibilang cukup menguntungkan dan tentunya Erlangga tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Amora juga bisa bermain golf dan menembak? Apa ini bisa dikatakan turunan atau tuntutan dari Papanya?" Sadewa tertawa pelan, tertawa yang terlihat elegan, berwibawa dan mungkin sedikit palsu.

"Turunan, Pak Sadewa" Erlangga pun juga tertawa persis dengan tawa Sadewa. "Kalau begitu, kita hanya tinggal mengatur waktunya saja nanti" sambungnya menyetujui ajakan Sadewa.

Melihat keluarga Bastian saling bertegur sapa dengan keluarga Amora membuat perspektif siswa-siswi yang berada di sekitarnya semakin yakin dengan artikel yang tersebar waktu itu. Bahkan keluarganya sudah sedekat yang mereka lihat saat ini, jadi tidak memungkiri artikel itu benar nyatanya.

Bastian yang mulai menyadari banyak pasang mata memperhatikan perbincangan keluarganya dengan keluarga Amora pun langsung memberikan isyarat pada Sadewa menggunakan raut wajahnya, Sadewa yang paham akan hal itu pun langsung berpamitan pada Erlangga.

"Baik, kalau begitu saya pamit duluan karena ada beberapa pekerjaan yang masih harus diurus. Pak Erlangga langsung pulang atau mungkin ingin berkeliling di kota Bogor?" tanya Sadewa seraya melihat ketiga orang di hadapannya itu.

VENOMOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang