Saat ini, Rion dan Caine tengah berada di dalam mobil. Mobil itu terparkir di sisi jalanan yang sepi dan di kedua sisi terdapat hutan gelap. Hanya cahaya lampu jalanan yang menyinari jalanan raya yang cukup sepi.
Didalamnya, keadaan Caine sudah berantakan. Pakaiannya terangkat keatas hingga batas dada, memperlihatkan nipple pink nya yang sudah tegang daritadi.
Rion terus menggoda Caine, menahan pergerakan Caine dengan cara kedua tangan Caine di genggam oleh tangan kanan Rion. Tangan kirinya memainkan nipple kiri Caine, sedangkan yang kanan dimainkan oleh lidah Rion.
Membuat wajah Caine merah padam dan menjadi rentan di bawah pengaruh Rion. Erangan kecil dan suara nafas yang berdesakan terus terdengar dari mulut kecil Caine.
"Jangan di tahan Caine..." Suara deep Rion yang rendah malah membuat Caine semakin memerah dan menahan erangan nya.
"Stopp, Rion... " Lirih Caine dengan suara kecil dan terdengar seperti rengekan di telinga Rion.
"Keluarin Caine.. " Caine malah menggeleng dan mencoba memberontak, namun kekuatannya kalah lebih kuat dari pada Rion.
Rion menatap wajah Caine yang sudah merah padam, tangannya kini beralih menyentuh pipi Caine dengan lembut. Menatap wajahnya dengan senyuman tipis yang tercetak jelas di wajahnya.
Wajahnya mulai mendekati wajah Caine menautkan kedua bibir mereka, tanpa mengucapkan sepatah kata. Ciuman terus berlanjut bahkan semakin dalam dan berperang lidah di dalamnya.
Deruan nafas dari keduanya, membuat ciuman mereka terputus dan menciptakan benang tipis karena saliva terbentang menyatu dari kedua bibir mereka.
"Hahh... Gue gamau... Udah... " Rengek Caine mencoba meraup oksigen sebanyak yang dia bisa.
"Hm?" Rion kembali mencium bibir Caine, menggigit bibir Bawah Caine agar mempermudah akses nya memasuki lebih dalam ciumannya di bibir Caine.
"Eungg...rion... " Erang Caine mencoba mendorong bahu Rion untuk menjauh, namun tidak ada hasil dan Rion semakin memperdalam ciumannya.
Satu jam sebelumnya
Saat Rion menjilat sudut bibir Caine yang terdapat serpihan Eskrim disudut bibirnya. tanpa sadar, Rion malah melumat bibir Caine.
Abang cilok yang melihat hal tak terduga pun, seketika wajahnya memerah menahan malu dan salah tingkah. 'Amonali macam apa ini?' ucap abang ciloknya dalam hati.
Rion segera menggendong Caine di depannya, membawanya masuk kedalam mobil. Tak lupa, Rion memberikan beberapa lembar uang kepada Abang cilok agar tutup mulut dengan apa yang di lihatnya.
Kira kira, begitulah kejadian awalnya, dimana posisi Caine saat ini menjadi berantakan karena ulah Rion. Entahlah, apa yang dipikirkan Rion, sampai membuat Caine rentan di bawah pengaruhnya.
Kembali ke kejadian selanjutnya, kini tangan Rion tampak menelusuri paha Caine yang masih terbalut celana. Setiap sentuhan dan godaan Rion membuat Caine menjadi sangat rentan setiap saatnya.
Rion menarik dan mengangkat tubuh Caine hingga duduk di pangkuannya, menghadap langsung kearah Rion. Caine tampak menunduk karena malu dan menyembunyikan wajahnya yang masih memerah.
"Mau lagi?" Tanya Rion menggoda Caine, tangannya dengan menyentuh pipi Caine yang memerah. Caine tak berani menatap kearah Rion sedikitpun.
"Gue mau pulang" Ucap Caine dengan suara pelan. Rion pun tersenyum tipis dan mengecup singkat kening Caine, lalu membawanya ke dalam pelukannya.
Digigitnya pelan daun telinga Caine, membuat Caine merintih pelan dan meremas kerah kemeja Rion. Kepalanya yang ditaruh di bahu Rion, tampak meringis pelan karena sentuhan dan nafas hangat Rion yang mengenai telinga sensitif Caine.
"Aku mau lebih... "
(Note: Hi gengs! Aku kembali up, anggap aja sebagai permintaan maaf aku karena udah ga up minggu kemarin, see you♡!)
KAMU SEDANG MEMBACA
troublemaker
Fanfictionkisah seorang siswa yang terkenal nakal dan paling bermasalah disekolah, harus berhadapan dengan seorang mafia muda yang berkedok teman sekelasnya. semenjak mereka saling mengenal, dimana ada caine disitu lah ada rion di sampingnya. entah bagaimana...