Hari berikutnya, Jaki sudah sadarkan diri 1 jam yang lalu. Krow yang sepanjang malam menjaga Jaki di ruangannya pun, kini tanpa lebih tenang. Tangannya tidak ingin melepaskan genggaman tangannya dari tangan Jaki.
"Caine? Dimana Caine?" Tanya Jaki menatap Krow dengan bingung. Krow hanya mengelus tangan Jaki dengan lembut sambil menatapnya.
"Caine ada di ruangannya, sekarang lo fokusin diri lo aja buat sembuh, oke?" Ucap Krow sambil tangannya terulur untuk mengelus pipi Jaki.
"Biarin aku liat Caine.." Pinta Jaki dengan ekspresi khawatir tercetak jelas di wajahnya. Matanya mulai berkaca kaca saat mengingat kejadian malam itu.
"Engga, engga... Lo istirahat dulu oke? Gue janji nanti bakalan anterin lo buat liat Caine, janji?" Krow menggeleng pelan, menolak Permintaan Jaki.
"Tapi aku khawatir sama Caine... Hiks! Pisau itu... Hiks! Darah... Caine berdarah... Hiks!" Jaki merasa tidak tenang, pikiran nya terus berpacu pada kejadian malam itu. Suaranya bergetar, bagaimana dirinya menyaksikan Caine yang tersiksa di depan matanya sendiri.
Krow pun sedikit tersentak saat Jaki mulai menangis. Dengan cepat, dirinya memeluk Jaki untuk menenangkan nya, mengelus kepalanya dengan lembut.
"Udah.. Sekarang kalian berdua udah aman di sini, gabakalan ada yang nyakitin Caine sama lo juga. Gue disini.. Gue bakalan temenin lo" Tenang Krow terus mengelus Jaki yang masih terisak di dalam pelukannya.
"Beneran?" Tanya Jaki menatap Krow.
"Anything for you." Jawab Krow sambil mencium kening Jaki dengan lembut. Krow merasa lega saat melihat Jaki mulai tenang didalam pelukannya.
Sebuah berita menyebar di seluruh penjuru kota dan daerah daerah lainnya. Berita tersebut menggemparkan semua orang saat membacanya.
Dalam berita tersebut, terdapat beberapa keluarga yang mati mengenaskan di hutan kota dengan cara di kuliti sampai mati mengenaskan. Tak sampai di situ saja, dikatakan rumah dari keluarga korban tersebut, terdapat mayat seseorang di dalam rumah.
Setelah di telusuri lebih lanjut, mayat mayat tersebut adalah anak dari para korban korban yang mati mengenaskan di hutan kota. Ada sebuah tulisan di setiap mayat tersebut. Hell is more fun than this world, say goodbye to everything.
Kasus ini menjadi ramai di perbincangan di setiap kalangan, banyak yang bertanya tanya siapa dalang dibalik semua ini dan kenapa terdapat beberapa keluarga mati mengenaskan. Dikuliti dan di gantung di hutan kota, serta penemuan mayat didalam rumah.
Dalam sehari, kasus itu langsung menjadi topik hangat di seluruh kota dan daerah lainnya. Tidak ada yang tahu siapa dalang dibalik semua ini, dan apa maksud dari semua para korban yang mati mengenaskan.
Disini lah Rion berada, duduk di samping ranjang rumah sakit tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hanya suara dari mesin monitor yang terdengar. Sunyi.
Ekspresi nya datar dan sulit untuk dibaca. Pandangannya tak berhenti menatap kearah orang yang tengah berbaring dengan nyaman dan tenang di depannya.
Setelah di nyatakan koma, Rion sama sekali tidak beranjak dari ruangan Caine. Bahkan untuk sekedar pergi keluar pun tampak enggan. Rion akan terus menemani dan menjaga Caine, menunggunya dan berharap akan bangun.
"I Miss you Caine.." Gumam Rion saat tangannya menyusuri wajah Caine yang telihat pucat pasi.
"Semua orang harus merasakan kesedihan, bagaimana rasanya melihat seseorang yang sangat kita cintai terluka".
KAMU SEDANG MEMBACA
troublemaker
Fanfictionkisah seorang siswa yang terkenal nakal dan paling bermasalah disekolah, harus berhadapan dengan seorang mafia muda yang berkedok teman sekelasnya. semenjak mereka saling mengenal, dimana ada caine disitu lah ada rion di sampingnya. entah bagaimana...