Matahari telah menampakan dirinya, bahkan cahaya dari sinar matahari telah masuk ke sela-sela jendela, namun hal ini tak membuat kedua insan suami istri ini terbangun dari tidur lelapnya.
Sepasang suami istri yang baru saja resmi menikah kemarin berpelukan mesra dibalik selimut putih yang membalut tubuh keduanya. Itukan yang kalian pikirkan? Nyatanya keduanya tidak melakukan adegan romantis itu. Jeya dan Naje tidur dalam kondisi guling membatasi keduanya.
Awalnya Jeya menolak keras akan keputusan Naje untuk mereka yang sekamar, tetapi pria itu juga dengan keras kepalanya tidak mau pisah kamar katanya akan menjadi boomerang untuk mereka jika orang tua mereka tiba-tiba datang dan melihat mereka pisah ranjang. Perkataan Naje ada benarnya namun Jeya masih kurang setuju.
Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, akhirnya keduanya mengambil jalan tengah dengan memutuskan untuk memakai pembatas.
"Eughh" Jeya melenguh dan juga menggerakan kaki dan tangan sebagai peregangan ototnya.
Setelah merasa cukup Jeya bangkit dari tidurnya lalu pergi menuju kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.
Ini adalah hari pertamanya menjadi seorang istri harusnya ia memberikan kesan yang baik bukan? Ia tidak mau dicap sebagai istri yang jahat.
Dengan segala kemampuan minimnya, ia memutuskan untuk membuatkan suaminya sarapan. Jeya pergi menuju dapur dan melihat-lihat makanan apa yang sekiranya bisa ia olah.
Jeya terpesona dengan isi kulkas yang terisi beraneka ragam makanan mentah, "Ini dia yang isi apa gimana deh, banyak banget. Tapi ngga mungkin dia sih, emang cowok ngerti belanja ginian? Hm pasti Mama yang beli."
"Duh bikin apa yaa, gue biasa dimasakin sekarang malah ngide masakin orang. Semoga aja tuh orang ngga keracunan deh."
Setelah berpikir panjang, pada akhirnya Jeya memilih memasak spaghetti. Dipikirannya hanya itu yang mudah di buat dan tentunya enak. Walaupun tidak memiliki skill memasak tetapi kalau memasak makanan simple seperti ini, ia masih mampu.
Pria berbadan tegap datang dengan pakaian yang masih memakai pakaian semalam. Dengan wajah yang masih muka bantal.
Jeya tersentak kaget, "Eh, Mas udah bangun." Tak ada jawaban dari Naje, pria itu mendudukan dirinya di salah satu kursi meja makan yang kosong.
"Mas ini aku bikinin spaghetti. Dimakan ya, maaf buat ini aja soalnya aku ngga pandai masak. Tapi nanti aku akan coba belajan masak kok." Jeya memberikan sepiring spaghetti pada Naje.
"Hm terima kasih."
Naje memakan masakan Jeya tanpa suara, karena kesunyian yang menghampiri Jeya pun mencoba untuk membuka topik.
"Mas, hari ini kerja?"
"Ngga."
"Ohh, sampe kapan Mas?"
"Besok masuk."
"Oh iya..."
"Rumah ini Mas yang beli ya? Atau pemberian keluarga"
"Saya yang beli."
"Kalau yang design siapa? Mas juga?"
"Iya."
"Wah seleranya bagus! Design rumahnya keren kaya istana-istana gitu."
Setelahnya suasana kembali hening, Jeya bingung harus membuka pembicaraan apa lagi karena respon pria itu sangat amat pasif jika diajak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HUSBAND [END]
FanfictionGadis yang baru saja menginjak umur 21 tahun itu harus bergelut dengan permintaan orang tuanya yang sudah diluar angkasa. Bagaimana bisa seorang gadis yang masih memiliki hasrat bermain menggebu gebu harus terjebak di suatu hubungan sakral? Apa ia...