Berita tersebut telah sampai di telinga keluarga Dirgantara. Para orang suruhan telah dikerahkan untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai kabar tersebut.
Dan setelah berbagai macam pencarian, pihak berwajib pun menkonfrimasi bahwa Ibu dan Ayah Jeya berada di pesawat tersebut dan benar adanya bahwa Ibu dan Ayah Jeya mengalami kecelakaan pesawat dan jasad telah dialihkan ke rumah sakit.
Mendengar berita itu Jeya jatuh pingsan akibat shock berat, Naje terburu-buru membawa istrinya ke rumah sakit terdekat. Rasa khawatir menguasai dirinya saat ini.
"Permisi apa kalian keluarga pasien?" Tanya dokter yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan.
"Saya suaminya dok, istri saya baik-baik saja kan?" Balas Naje penuh khawatir.
Dokter mengangguk, "Pasien baik-baik saja, tapi sepertinya tidak dengan kandungannya."
Naje sedikit tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, "Kandungan? Maksudnya apa ya dok?"
"Apa kalian belum tau? Pasien tengah mengandung saat ini dan saya tidak bisa memberikan informasi lebih selain itu karena ini bukan keahlian saya, lebih baik kalian bawa pasien pada dokter obgyn."
Antara senang dan sedih tercampur menjadi satu. Naje menjatuhkan dirinya ke lantai. Entah rencana apa yang sedang Tuhan limpahkan pada rumah tangganya saat ini. Disaat mereka sedang dalam masa kehilangan tetapi diberikan pengganti kehidupan yang lainnya. Naje bingung ekspresi apa yang harus ia keluarkan saat ini.
Ibu Naje mendekati putranya yang kini telah tak berdaya, "Mas kamu harus bisa kuatkan Istrimu, Jeya sedang butuh kamu."
"Ma... kenapa harus sekarang? Kenapa disaat kabar baik ini ada tetapi kabar buruk lainnya datang secara bersamaan. Gimana istri aku nanti Ma?" Lirih Naje tak bisa membayangkan seterpuruk apa wanitanya nantinya.
Tak kuat melihat ketidakberdayaan putra sematawayangnya, Ibu Naje membawa putranya kedalam dekapannya memberikan pelukan hangat untuk menyalurkan ketenangan.
***
Setelah melalui berbagai pemeriksaan, Jeya benar-benar dinyatakan hamil. Usia kandungannya telah menginjak 2 minggu. Kandungannya sedikit melemah akibat dari shock yang sebelumnya ia alami. Maka dari itu janinnya butuh sedikit perhatian lebih agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Mas..."
"Iya sayang? Kamu butuh sesuatu?" Naje mengusap area kepala Jeya lembut bergerak abstrak.
"Kamu senang?" Tanya Jeya tanpa menatap sang suami.
Bingung, Naje bingung harus menjawab apa. Jika boleh jujur ia senang mendapatkan kabar bahwa ia akan menjadi seorang ayah tetapi dilain sisi ia juga sedih mendengar bahwa mertuanya sudah tiada dan ditambah kondisi sang istri yang melemah.
"Kenapa diam aja? Jawab aku Mas." Desak Jeya meminta jawaban.
Naje meraih telapak tangan yang tak lagi hangat, "Aku seneng, siapa bilang aku engga seneng? Aku seneng kita akan dapat Jenaya mini tapi aku juga sedih ngeliat kamu kaya gini."
"Sayang, kamu boleh sedih tapi tolong ingat kalo kamu sekarang sedang membawa nyawa lain. Aku takut pas liat kamu pingsan tadi, tolong jangan begitu lagi..." Naje menunduk takut air matanya kembali jatuh.
Seketika air mata yang sebelumnya mengering kini kembali jatuh, tangis Jeya semakin kencang saat Naje merengkuh tubuh kecil istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HUSBAND [END]
FanfictionGadis yang baru saja menginjak umur 21 tahun itu harus bergelut dengan permintaan orang tuanya yang sudah diluar angkasa. Bagaimana bisa seorang gadis yang masih memiliki hasrat bermain menggebu gebu harus terjebak di suatu hubungan sakral? Apa ia...