22. BERANTAKAN

1.1K 105 9
                                    

Kejadian pagi ini membuat Naje tidak fokus saat bekerja, bahkan yang biasanya ia selalu cepat menangkap segala materi meeting kali ini ia sering kali gagal fokus.

Tentu ini mengundang tanda tanya pada karyawan-karyawannya karena Naje bukanlah manusia yang seperti itu, biasanya walaupun ia sedang melakukan kegiatan lain ia tetap mampu mencerna segala macam apa yang disampaikan saat meeting.

Haikal dan Jendral mengetuk pintu ruang kerja Naje beberapa kali dan setelah mendapatkan izin mereka pun masuk. Kemudian keduanya duduk disalah satu sofa dalam ruang kerja Naje.

"Ngapain kesini? Ada kerjaan lagi?" Tanya Naje yang masih sibuk mengurusi berkas tanpa mengalihkan pandangannya.

"Na, lo lagi ada masalah?" Tanya Jendral.

Naje melepaskan pandangannya dari tumpukan berkas lalu mengalihkan pandangannya pada kedua temannya.

"Orang-orang kantor pada ngomongin lo, meeting hari ini ancur gara-gara lo yang kurang fokus. Bahkan tadi ada investor yang komplain ke gue sama Jendral." Jelas Haikal.

"Kalo lagi ada masalah di rumah mendingan lo selesain dulu, jangan lo campur aduk kaya gini. Kerjaan orang jadi double gara-gara lo, banyak hal yang harusnya udah bisa selesai hari ini tapi jadi harus ketunda." Balas Jendral.

"Gue kenal lo udah dari lama, gue ngerti lo lagi engga baik-baik aja. Tapi apapun itu lo bisa bagi ke kita, engga semua hal bisa lo pendem sendiri." Ucap Haikal.

Benar, semua yang dikatakan Haikal maupun Jendral adalah benar. Benar adanya kalau hari ini pekerjaannya sangat kacau dan benar soal dirinya yang sedang tidak baik pun juga benar. Naje tidak menyangkal itu.

"Kenapa? Lo bisa cerita ke kita." Jendral kembali bertanya.

Naje menundukan wajahnya, "Singkatnya kemarin nyokap nyuruh gue jemput Kayra dan abis itu kita diajak dinner sama nyokap. Terus ada orang yang foto kita terus dikirim ke Jeya, terus ya gitu dia salah paham dan berakhir kita cekcok tadi pagi." Jelas Naje.

"Intinya kalian salah paham aja kan?" Tanya Jendral.

Naje mengangguk, "Gue udah jelasin semuanya tapi dia masih belum mau maafin gue sebelum gue tau apa kesalahan gue."

Haikal membuang nafasnya kasar, "Lo juga kenapa engga pernah bisa nolak nyokap lo. Disuruh ini mau disuruh itu mau. Untung lo disuruh nikahnya sama Jeya, coba nyokap lo nyuruh lo nikah sama si Kayra Kayra itu, apa engga ancur hidup lo." Balas Haikal kesal.

"Dulu gue hampir marah lo mau-mauan banget disuruh nikah, tapi untung Jeya orang baik jadi gue engga masalah sekarang. Coba dia satu spesies kaya Kayra, mungkin lo udah gue musuhin engga mau gue kerja bareng lo lagi." Lanjut Haikal menggebu-gebu.

"Gue setuju sih sama Haikal, nyokap lo tuh baik tapi dia juga egois karena selalu nyuruh lo ini dan itu. Dulu yang nyuruh lo belajar dari pagi ketemu pagi juga tuntutan nyokap lo kan? Kalo gue inget itu sedih banget gue liat badan lo kurus kaya engga ada gizi sakin seringnya lo skip makan. Kata gue sih lo harus bisa lebih tegas sama nyokap lo sebelum ini berdampak negatif buat pernikahan kalian." Balas Jendral.

Semua benar dan Naje sadar akan itu semua, tapi disini posisi dirinya juga serba salah. Mengikuti permintaan ibunya salah tetapi jika tidak ia akan terkena imbas dari sang ayah.

Hidup seorang Najendra tidak sesimple yang terlihat, ia juga sering mendapatkan tekanan dari kedua orang tuanya karena ia adalah anak satu-satunya. Kelihatannya memang mereka seperti keluarga cemara dan harmonis namun nyatanya rasa sakit selalu menghampiri sang anak semata wayangnya.

Haikal melangkahkan kakinya mendekati Naje dan menepuk punggung Naje pelan, "Jangan takut perusahaan ini diambil bokap lo, lo juga bisa bangun perusahaan lo sendiri. Ngebantah orang tua sekali engga akan bikin lo mati."

"Jangan kemaleman pulangnya, ini udah malem. Gue sama Jendral balik duluan." Keduanya pun pergi meninggalkan Naje sendiri didalam ruangannya.

Setelah kepergian kedua temannya, Naje pun beranjak lalu menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Ia membuka dasinya kasar lalu ia lempar kesembarang arah. Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak karena hari ini ia melalui hari yang berat.

***

Di lain tempat seorang gadis makan dengan lahap seluruh makanan yang ia beli. Hari ini ia sudah makan lebih dari 5 kali, dan semua itu adalah makanan berat.

"Je, udah stop ya? Lo udah kebanyakan makan sumpah deh." Nindy mencoba menghentikan Jeya.

Jeya menggeleng, "Gue masih laper." Jeya kembali mekan makanan di hadapannya

"Biarin aja Nin, dia engga akan berenti. Bentar lagi juga dia tidur." Balas Kania.

Dan benar saja sekitar 15 menit kemudian gadis itu beehenti makan lalu naik keatas tempat tidur dan membaringkan tubuhnya.

"Gue masukin obat tidur ke makanannya tadi, dia kalo engga gitu ngga akan berenti." Balas Kania.

Nindy menghela nafasnya, "Lagian itu cowok juga brengsek banget sih sampe selingkuh kaya gitu. Lo juga Gis, kenapa langsung kasih tau Jeya coba?"

"Maaf, gue cuma gamau nanti mereka engga makin salah paham. Gimana kalo Jeya taunya dari orang lain? Masalah ini bisa lebih ribet." Balas Gistara.

"Gistara bener Nin, lagi pula ini cuma salah paham. Kita engga bisa salahin Kak Naje sepenuhnya." Balas Kania.

"Gue engga suka setiap Jeya harus ngalamin kaya gini, kalian lupa waktu si mokondo itu selingkuhin Jeya gimana? Bahkan Jeya sampe masuk rumah sakit." Air mata yang sebelumnya ditahan kini mulai turun satu persatu, Nindy menangis.

Gistara dan Kania memeluk Nindy, mereka juga sedih melihat temannya harus mengalami ini lagi. Mereka cukup paham kalau Jeya sudah mulai kurang percaya dengan laki-laki akibat ia pernah diselingkuhi 2 kali bahkan dulu saat usia 12 tahun ia juga pernah memergoki ayahnya sendiri bercumbu dengan wanita lain. Bagaimana ia tidak trauma dan stres berlebihan?

Jeya hampir tak ingin berhubungan dengan laki-laki manapun lagi namun Naje datang membawakan segala cinta dan kehangatan yang membuatnya nyaman, tetapi lagi-lagi ia harus merasakan pengkhianatan.

"Udah yuk pulang, sebelum Kak Naje pulang mendingan kita duluan pergi." Ajak Gistara.

Nindy menggeleng, "Gue engga mau ninggalin Jeya disini sendiri, dia pasti kesepian disini."

"Engga Nin, Jeya gapapa dia itu perempuan kuat. Lagi pula dia engga akan bangun sampe besok pagi. Kita bisa kesini lagi besok buat temenin Jeya." Ucap Kania.

Akhirnya setelah memberikan pengertian, mereka pun beranjak kemudian pergi meninggalkan Jeya. Namun sebelumnya mereka memastikan terlebih dahulu posisi tidur Jeya yang sudah nyaman atau belum.

Mereka memang datang ke rumah Jeya setelah mendapatkan kabar dari Gistara tentang foto itu karena mereka tau kebiasaan buruk Jeya saat sedang mendapatkan tekanan.

Menjadi Naje memang sakit tatapi menjadi Jeya juga sakit. Mereka adalah korban dari keegoisan kedua orang tuanya. Orang tua memang akan memberikan yang terbaik untuk anaknya tetapi mereka tidak memikirkan cara yang mereka berikan adalah baik atau tidak.

Begitulah kehidupan manusia, tidak ada yang sempurna. Sesempurna apapun kehidupan manusia yang terlihat pasti ada satu sisi cacat yang tak terlihat.

─── ⋆ ˚ ˚⋆ ───

the real you don't know fuck about my family ini mah. bahagia depan kamera aslinya mah ancur semua awokwowkwok.

jangan lupa vote + komen!!

terima kasih.
— bee ʚɞ

PERFECT HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang