Saat ini meja makan telah terisi berbagai macam makanan, mulai dari beef teriyaki, ikan asam manis, ayam kecap dan juga capcay ditambah dengan makanan tambahan seperti tempe dan tahu goreng. Lengkap sudah kenikmatan ini.
"Na kamu mau makan apa? Sini aku ambilin." Kayra menawarkan diri, sedangkan Jeya yang sedang mengambilkan makanan untuk Naje menjadi tidak mood.
Naje menggeleng menolak, "Engga usah makasih. Istri saya sudah ambilkan."
Mendengar ucapan Naje seketika mood Jeya kembali naik karena ia merasa kembali menang saat ini. Berbeda dengan Kayra yang sudah tak kalang kabut kesal.
"Ini Mas makanannya, di habiskan ya." Jeya memberikan sepiring penuh makanan, jangan salah gitu-gitu Naje juga kalau makan banyak.
Naje menerima piring tersebut dan melayangkan senyuman manisnya, "Iya, makasih ya sayang."
"Yang masih pengantin baru emang ya romantis-romantis gitu engga pernah liat tempat." Ucap Mama Naje menyindir.
"Mama kalo iri bilang aja, dari tadi komen mulu. Mentang-mentang Papa lembur jadi gangguin Mas terus." Balas Naje dengan kedua tangan yang telah memegang kedua alat makan, sudah siap untuk menyantap masakan istri tercinta.
"Ini anak emang bener-bener minta di buang ya." Balas Mama Naje yang sudah kesal.
"Marah-marah mulu, cepet tua nanti loh." Naje kembali membalas.
"Udah dimakan ayo, jangan ngomong terus Mas. Sama orang tua kok gitu." Tegur Jeya karena jujur saja ia sudah sedikit muak mendengar perdebatan suami dan mertuanya yang tidak ada habisnya.
Seketika nyali Naje menciut, ia berakhir menyantap makanannya dan tak berani untuk menatap istrinya yang melayangkan tatapan maut.
Mereka pun menyantap makanan masing-masing dengan lahap. Berbeda dengan Kayra yang terlihat tidak nafsu makan, namun tak ada yang sadar. Mereka fokus pada makanan masing-masing dan sesekali mengobrol.
***
Mama Naje dan juga Kayra sudah pulang sekitar 15 menit lalu, kini tersisa hanya Jeya dan Naje saja di ruang tamu yang hanya saling diam dan bergelut dengan pikiran masing-masing.
Jeya merasa ini sangat canggung dan akhirnya ia berniat ingin kembali ke kamar. Namun baru saja beranjak tetapi pergelangan tangannya telah di tahan oleh Naje. Dengan sedikit tarikan, Naje pun berhasil membawa Jeya keatas pangkuannya.
"Sayang, kamu belum maafin aku ya? Kalo aku minta maaf lagi sekarang, kamu bakal kasih maaf kamu ke aku engga?" Mata yang selalu berbinar kini menjadi sendu dan Jeya benci melihat itu, ia tidak suka suaminya menjadi lemah tidak berdaya seperti ini.
Jeya menggeleng lalu mengulurkan telapak tangan rampingnya pada wajah Naje, "Aku udah maafin kamu dari sebelum kamu minta maaf. Aku cuma mau kamu sadar kalau kamu juga salah dan aku engga mau buat kamu mengulang kesalahan yang sama suatu hari nanti."
"Kamu baru aku diemin engga ada seminggu aja udah begini Mas. Kamu se-engga bisa itu ya tanpa aku." Lanjutnya dengan candaan.
Naje mengusap telapak tangan Jeya yang masih berada di wajahnya, "Hm aku engga bisa hidup tanpa kamu. Kamu mungkin engga akan percaya, tapi aku serius kalo aku bener bener engga bisa hidup tanpa kamu. Setiap hari aku selalu mikir kapan kamu datang ke aku lagi, kapan kamu ngasih perhatian kamu lagi, kapan aku bisa dengar segala cerita random kamh lagi, dan kapan aku bisa menerima rasa cinta itu lagi."
"Selama kamu diam aku udah renungin semuanya, aku jadi ngerti kenapa kamu bisa semarah ini dan kenapa kamu bersikap seperti itu ke aku. Aku paham sekarang dan aku sedang usahakan untuk perbaiki semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HUSBAND [END]
FanfictionGadis yang baru saja menginjak umur 21 tahun itu harus bergelut dengan permintaan orang tuanya yang sudah diluar angkasa. Bagaimana bisa seorang gadis yang masih memiliki hasrat bermain menggebu gebu harus terjebak di suatu hubungan sakral? Apa ia...