Si gadis cantik dan manis terusik dengan cahaya matari yang menyinari wajahnya. Gadis itu pun bangun dari tidurnya lelapnya, lalu bangkit dari tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka.
Setelah rutinitas paginya telah selesai, ia turun ke bawah untuk mencari sang suami yang sejak ia buka mata belum ia lihat batang hidungnya.
Jeya sudah hampir mutar satu rumah tetapi ia tidak menemukan Naje dimana-mana, "Kamana tu om-om."
Ting!
Satu detingan ponsel berbunyi tanpa butuh waktu yang lama Jeya pun membuka halaman ponselnya, dan ternyata itu pesan dari manusia yang sedang Jeya cari-cari.
Najendra (Suami 🤷🏻♀️)
Selamat pagi Jenaya.
Saya ke kantor.
Sarapan sudah saya siapkan, dimakan!
Nanti sekretaris saya datang untuk
antar kamu ke kampus.
Uang saku pake card yang kemarin saya
kasih, disana sudah saya isi cukup untuk
kebutuhan kamu.Lima pesan berturut turut di kirim oleh Naje pada Jeya, "Ternyata dia bawel." Jeya terkekeh sederetan pesan dari sang suami.
Jeya memasukan ponselnya dalam sakunya dan pergi menuju ruang makan, disana sudah tersajikan sepiring makanan yang menggugah selera.
"Ini dia yang masak? Tapi kayanya iya soalnya disini ngga ada pembantu, lagian rumah sebesar ini masa ngga ada pembantu? Dia mau nyuruh gue beresin rumah sebesar ini apa? Dasar ngga punya rasa kemanusiaan masa makhluk sekecil ini harus bersihin rumah segede ini." Jeya terus mengoceh tanpa henti, dan tanpa ia sadari sejak tadi sosok yang ia bicarakan memantaunya dari kamera CCTV.
Dilain tempat Naje memantau istri kecilnya, ia hanya ingin memastikan kalau gadis itu makan dengan baik karena mertuanya bilang Jeya memiliki riwayat lambung.
"Mulutnya ngga bisa diam." Naje menempelkan ponselnya pada telinganya, "Jen cariin 10 ART buat rumah gue, cari yang udah berpengalaman gue gak mau ada kesalahan." Ucapnya pada seorang dari balik ponselnya.
***
Hari ini Jeya ada kelas pukul 10 pagi, karena ini sudah pukul 9 lewat 45 menit maka waktunya ia untuk pergi. Jangan heran Jeya memang langganan mepet waktu, selain malas ia juga tidak mau membuang waktunya untuk menunggu dosen datang.
Saat berada di depan pintu rumah ia bertemu dengan seorang pria tinggi yang sangat asing di penglihatannya.
"Kamu siapa ya?" Tanya Jeya bingung.
Pria tersebut mengulurkan tangannya, "Gue Jendral, sekretaris suami lo." Jeya yang menerima uluran tangan tersebut hanya mengangguk angguk.
"Mau anter ya Mas?"
"Iya ayo gue anter cepet, gue harus balik kantor lagi nih buat ngurusin suami lo. Suami Istri emang suka ngerepotin gitu ya." Gerutu Jendral, pasalnya pagi ini ia sudah dapat 2 perintah dari bosnya itu. Untung bosnya itu adalah temannya, kalau bukan mungkin ia sudah kubur hidup-hidup bosnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HUSBAND [END]
FanfictionGadis yang baru saja menginjak umur 21 tahun itu harus bergelut dengan permintaan orang tuanya yang sudah diluar angkasa. Bagaimana bisa seorang gadis yang masih memiliki hasrat bermain menggebu gebu harus terjebak di suatu hubungan sakral? Apa ia...