29. BERULAH

1K 88 6
                                    

Sepasang suami istri berenang bersama yang memang rumah ini memiliki fasilitas yang cukup beragam. Kolam renang, gym, bahkan mini bioskop pun sebenarnya ada tetapi jarang sekali mereka gunakan karena lebih nyaman menonton di kamar katanya.

"Mas jangan tarik-tarik!" Jeya terus mencoba melepaskan tangan Naje yang hendak membawanya menuju kolam yang lebih dalam.

"Kamu kalo mau belajar renang ya di kolam yang lebih dalam dong sayang, kalo disini mana bisa."

"Ih engga mau, nanti kalo aku tenggelem gimana."

Naje terkekeh, "Ya enggalah sayang. Ada aku, aku pegangin ayo sini."

"Jangan lepasin aku ya!" Ucap Jeya dengan raut wajah dibuat sok galak padahal aslinya sama sekali tidak ada seram-seramnya.

"Iya sayang, ayo sini."

Perlahan Naje membawa Jeya menuju kolam yang lebih dalam dan Naje pun mulai mengajarkan beberapa teknik renang yang mudah dipahami untuk pemula.

Sekitar hampir 1 jam mereka menghabiskan waktu di dalam kolam dan Jeya pun sudah mulai bisa mengambang di permukaan kolam renang.

"Mas! Mas ih aku bisa berenang! Besok aku udah bisa ikut lomba renang." Pekik Jeya senang.

"Iya, sayangku hebat sekali. Sekarang ayo mulai kepakin kakinya, sini badannya tungkurep ke arah sana." Naje memberikan arahan salah satu gaya renang.

Drtt drtt.

Ponsel Naje berdering tanda ada seseorang yang menelfon namun terus diabaikan oleh pria itu karena tidak mau diganggu. Ponselnya berdering sudah 3 kali berturut-turut.

"Itu ada telfon Mas, diangkat dulu siapa tau penting."

Naje menggeleng, "Palingan itu Jendral Haikal, udah biarin aja. Ayo lanjut lagi.

Jeya menolak saat Naje kembali ingin memposisikannya pada gaya renang yang sedang ia pelajari, "Angkat dulu Mas. Udah berkali-kali gitu berarti penting."

"Engga sayang, mereka tuh suka iseng telpon-telpon engga jelas."

"Terus kalo ternyata lagi ada masalah kantor gimana? Kamu jangan gitulah, sana angkat dulu."

Dengan gontai Naje membawa Jeya ke pinggir kolam lalu setelahnya ia naik kemudian mengambil ponselnya di atas meja dan handuk yang telah disediakan oleh Jeya.

"Apa lagi sekarang..." Gumam Naje kesal saat melihat nama kontak ibunya disana.

"Halo Ma."

"Kamu di rumah Mas? Kenapa engga ke kantor."

"Kepala aku lagi pusing jadi mau istirahat dulu sebentar."

"Kamu udah bolos banyak banget loh Najendra, kamu niat engga sih urus perusahaan Papa. Kalo gini terus bisa bangkrut Papa kamu bikin."

Naje memberikan sinyal pada Jeya bahwa ia akan ke dalam rumah lebih dulu, Jeya yang mengerti pun mengangguk.

"Maaf, aku beneran lagi pusing tadi pagi jadi engga masuk kantor dulu Ma."

"Iya, pusing gara-gara minum kan kamu. Kemarin lusa Kayra liat kamu abis dari bar. Kamu udah nikah masih aja suka kesana-sana ya Mas, sumpah Mama udah engga ngerti banget sama kamu."

"Ma engga gitu, kemarin—"

"Apa? Mau bilang ketemu clien disana? Basi Mas, kamu selalu pake alesan itu dari dulu. Mama engga mau tau ya, besok kamu harus masuk dan engga ada bolos-bolos lagi kaya gini."

"Iya Ma..."

Naje hanya bisa pasrah sebab mau melawan pun ia juga tidak bisa, powernya belum sebesar itu untuk melawan orang tuanya.

PERFECT HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang