Di pagi yang indah dan cerah ini, Jeya sudah bergelut dengan alat-alat masaknya. Kebetulan ia sudah libur semester jadinya ada banyak waktu santai.
Namun, dilain tempat pria bertubuh kekar masih tergulung dengan selimutnya, tak lain dan tak bukan pria itu adalah Najendra.
"Bi, ini udah jam berapa ya?" Tanya Jeya yang masih sibuk mengaduk-aduk masakannya.
"Udah jam sembilan Non."
Jeya memberhentikan gerakannya, "Serius Bi?" Tanyanya lagi tak percaya.
"Bener Non."
Untuk memastikan Jeya mengambil ponselnya untuk melihat jam dan benar saja waktu sudah hampir menunjukan pukul sembilan. Jeya menepuk keningnya, terlalu fokus masak ia jadi lupa untuk membangunkan sang suami.
"Aduh si Mas belum bangun ya? Ini tolong aduk-aduk dulu Bi, sebentar lagi mateng ini. Saya tinggal ke kamar dulu ya Bi." Jeya pun berlari menuju lantai atas untuk membangunkan sang suami.
Jeya berdecak melihat kasur yang sudah tak beraturan, Naje ini terlalu nyenyak atau gimana sampai sampai posisi tidurnya berantakan begitu.
"Mas! Bangun!" Jeya menepuk tubuh Naje beberapa kali namun masih tidak ada pergerakan dari pria itu.
"Ish, bangun gak!" Jeya menarik selimut yang melilit tubuh suaminya tetapi tubuh kecilnya tidak mampu melakukannya.
"Mas! Aku siram kamu ya! Bener-bener deh masa jam segini belom bangun, kamu bilang semalem ada meeting loh hari ini."
Naje sedikit mengembulkan wajahnya diantara selimut tebal yang menutuh wajahnya, "Lima menit lagi please?" Ucapnya tanpa rasa berdosa.
"Engga ya Mas, ini udah jam sembilan itu Jendral sama Haikal juga udah telponin kamu mulu dari tadi loh." Jeya menolak sebab memang sedari tadi ponsel Naje terus berdering dan menampakan nama kontak Jendral dan Haikal disana.
Hal ini tidak akan membuat pertahanan Naje runtuh, ia akan tetap membujuk Jeya. "Please lima menit aja... aku masih ngantuk banget serius."
"Aku bilang engga ya engga! Ini kita berdebat begini udah kebuang itu lima menit, sekarang mandi cepetan aku udah masakin sarapan."
"Jenaya...."
"Mandi sekarang atau aku siram kamu sekarang, beneran deh aku ambil air seember terus aku siram kamu." Ancam Jeya yang mampu membuat Naje langsung bangkit dari tidurnya dan berlari menuju kamar mandi.
Jeya menggelengkan kepala melihat tingkah Naje yang baru pertama kali ia lihat, "Ini baru keluar sifat aslinya apa gimana sih, gue udah kaya ibu-ibu ngurus satu anak."
***
Keduanya makan dengan nikmat walaupun sempat ada perdebatan sebelumnya, akibat Naje yang tidak mau memakan salad yang dibuat oleh Jeya.
Flasback on
Naje meneguk air liurnya dengan susah payah melihat seberbagai macam makanan yang istrinya masak. Hampir satu meja full dengan makanan yang masih berasap, artinya baru sekali matang.
Disana ada nasi goreng, pancake, salad sayur dan buah, sandwich, cream soup, dan mac and cheese. Ditambah ada jus buah disana sebagai pelengkap.
"Jenaya... gimana cara kita abisin ini." Protesnya dan disambut tatapan tanpa dosa dari Jeya.
"Aku engga tau kamu suka sarapan apa jadinya aku masak semua, aku masak juga buat para pekerja disini kok jadi ini engga semuanya buat kita."
"Tapi ini terlalu banyak loh, aku engga mau ya sampe buang-buang makanan."
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HUSBAND [END]
FanfictionGadis yang baru saja menginjak umur 21 tahun itu harus bergelut dengan permintaan orang tuanya yang sudah diluar angkasa. Bagaimana bisa seorang gadis yang masih memiliki hasrat bermain menggebu gebu harus terjebak di suatu hubungan sakral? Apa ia...