Di hari kedua ini destinasi mereka adalah ke salah satu club. Sebetulnya ini permintaan para perempuan, katanya mereka sudah lama tidak pergi ke dunia malam itu dan juga sayang saja kalau ke Bali tetapi tidak kesana bukan?
"Inget kalian jangan jauh-jauh dari kita dan minum cuma boleh satu botol." Peringat Rajata.
"Heh gue paham banget nih sama kelakuan cewek macam kalian, awas aja sampe lebih dari sebotol kalian minum." Lanjut Jendral.
"Kalian cewek loh ya, jadi jangan macem-macem disana. Kalo ada yang goda-godain bilang aja kalian udah punya suami gitu." Ucap Haikal.
"Je inget ya kamu harus di deket aku, engga boleh lewat dari satu meter." Yang lainnya memberikan peringatan pada keempat perempuan ini tetapi Naje hanya pada Jeya, memang bener-bener om-om satu itu.
Para perempuan sudah bosan mendengar ucapan mereka yang sejak awal mereka meminta untuk kesana, ucapan mereka selalu sama.
"Kalian ngomong gitu udah beribu-ribu juta kali hari ini." Balas Kania kesal.
"kita ngomong ini buat kebaikan kalian loh, kalian parah banget sih." Balas Jendral dramatis.
"Kak Jen jangan drama deh, kita udah bilang iya loh? Kalian ini aja yang dari tadi ribet. Kalian engga percaya ya sama kita?" Ucap Kania lagi.
"Kita percaya sama kalian tapi kita engga percaya sama cowok-cowok yang ada disana." Balas Haikal.
"Kita bakal jaga diri kok, lagian kan nanti ada kalian juga yang jaga kita. Udah yaa ayo kita berangkat aja yuk sekarang." Ajak Nindy.
Setelah drama yang cukup panjang akhirnya mereka pun pergi menuju salah satu Beach Club yang cukup terkenal di daerah sana.
***
Sesampainya disana para perempuan langsung masuk tanpa menunggu para laki-laki yang tertinggal di belakang.
"Tuh kan liat, gini nih yang dibilang bisa di percaya." Gerutu Jendral.
Haikal terkekeh, "Udah ayo ikutin." Haikal dan Rajata menarik Jendral untuk masuk.
Didalam sana para perempuan sudah bertengger di salah satu table yang kebetulan sudah dipesan oleh Naje.
"Gila baru dateng udah pesen kalian? Ini satu botol kalian mana cukup kalo kaya gini." Rajata menatap tak percaya.
Para perempuan tersenyum memperlihatkan gigi mereka, "Kita beneran sebotol kok sumpah." Ucap Nindy menyakinkan.
"Udah biarin aja. Lo pada jangan kebanyakan minum hari ini, nanti mereka ngga ada yang jaga kalo kalian tepar semua." Ucap Haikal pada para laki-laki.
Naje mendudukan dirinya disamping Jeya kemudian ia memberikan satu bungkus rokok pada gadis itu, "Mau ngga? Aku tau kamu udah lama ngga ngerokok."
"Boleh?" Tanya Jeya memastikan.
"Aku pernah bilang kamu boleh ngerokok asal sama aku. Kamu boleh lakuin hal nakal apapun tapi harus ada aku, supaya aku bisa kontrol kamu." Jelas Naje.
Jeya menerima sebungkus rokok tersebut kemudian ia mengambil satu batang rokok dan menyalakannya lalu ia sematkan pada mulutnya.
Kalian jangan membayangkan Naje akan menjadi pria posesif yang akan membatasi segala aktivitas Jeya. Nyatanya, pria itu tidak akan membatasinya karena ia tau manusia semakin dikekang akan menjadi pembangkang. Ia tidak mau itu terjadi, maka dari itu ia memilih berprilaku seperti ini. Apalagi Jeya masih sangat muda, jiwa nakalnya masih membara pada tubuh gadis itu, jadi lebih baik seperti ini.
"Kamu sejak kapan ngerokok." Naje sudah penasaran sejak lama tetapi ia baru sempat menanyakannya sekarang.
"Dari SMA kelas 2, awalnya aku ngepod tapi lama-lama bosen pake pod terus jadi ganti rokok." Balas Jeya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HUSBAND [END]
FanfictionGadis yang baru saja menginjak umur 21 tahun itu harus bergelut dengan permintaan orang tuanya yang sudah diluar angkasa. Bagaimana bisa seorang gadis yang masih memiliki hasrat bermain menggebu gebu harus terjebak di suatu hubungan sakral? Apa ia...