06. MATI LAMPU

1.7K 158 10
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore, itu artinya sebentar lagi waktunya makan malam. Niat Jeya adalah hari ini akan mencoba memasak makan malam untuknya dan juga Naje.

Jeya membuka kulkas yang berisikan surga dunia bagi pencinta masak, "Duh tapi masak apa ya anjir, ini teh bahannya banyak banget."

"Ayam aja apa yang gampang? Atau daging, ini daging juga banyak banget. Dia beli ini buat di jual apa gimana sih."

Karena bingung akhirnya Jeya pun memutuskan untuk mencari refrensi dari tutorial-tutorial memasak yang bertebaran di sosial media.

"Wahh enak nih, bikin ini ajalah terus tinggal pake soup juga udah enak ini mah." Ucap Jeya bangga seperti mendapatkan harta karun.

Jeya pun mulai bertempur dengan alat masaknya dan juga bahan-bahan yang telah ia kumpulkan. Sekitar 1 jam lebih Jeya memasak dan masakannya pun telah jadi dan tertata rapih di meja makan.

Jeya menatap hasil masakannya, yaitu beef black paper sauce, chicken popcorn dan soup sebagai pelengkap.

"Masak gini aja capek yaa, gue mandi dulu lah udah keringetan banget ini." Jeya meninggalkan ruang makan lalu pergi ke kamar untuk membersihkan diri.

***

Gerbang rumah terbuka lebar dan masuklah mobil hitam mewah, mobil tersebut terparkir dengan baik di garasi besar pemilik rumah.

Naje masuk kedalam rumah dengan keadaan setelan pakaian yang sudah berantakan, jas dan dasi sudah berada ditangannya bahkan kemeja yang ia pakai sudah tidak berbentuk.

Awalnya kakinya melangkah menuju lantai atas namun aroma semerbak dari masakan membuatnya berbalik menuju ruang makan.

"Wow." Ia menatap hidangan yang sudah tertata dengan rapih di meja makan.

"Mas baru pulang?" Jeya datang dengan handuk yang masih melilit di kepalanya.

Naje mengangguk kemudian mendekati Jeya yang berdiri tak jauh darinya, "Jangan biasain rambut dibiarin basah kaya gini nanti masuk angin."

Naje menarik pergelangan tangan Jeya membuat gadis itu bingung, "Mau kemana Mas?" Tanyanya namun tak dihiraukan oleh Naje.

Ternyata oh ternyata, Naje membawanya ke kamar dan membawa Jeya duduk di kursi meja rias. Naje mengambil hairdryer lalu menyalakannya kemudian diarahkan ke rambut Jeya yang masih sangat basah.

"Kenapa ngga langsung dikeringkan?" Tanya Naje namun ia tak mendapatkan jawaban dari Jeya sampai akhirnya ia menepuk pungggung Jeya pelan.

Jeya pun yang tersentak kaget jadi linglung harus menjawab apa, "Eh, iya. Kenapa?"

"Kenapa ngga langsung dikeringkan rambutmu, ini bisa bikin kamu sakit kalo dibiarkan."

"Oh ini, aku tadi mau keringin kok cuma aku mau ambil handphone di bawah dulu yang ketinggalan soalnya takut ada yang hubungin." Jelasnya.

"Kamu bersih-bersih aja Mas, ini biar aku aja sendiri. Nanti makan malamnya jadi kelamaan kalo gini." Jeya ingin mengambil alih hairdryernya dari tangan Naje namun pria itu menolaknya.

"Tanggung ini dikit lagi."

"Dikit lagi dari mana sih Mas, ini masih basah banget loh."

"Udah kamu diem aja."

Jeya yang malas untuk berdebat pun akhirnya mengalah saja, tapi dibalik itu ia juga sedang menahan degup jantungnya yang kian berdetak dengan cepat. Ini bukan pertama kalinya ia mendapatkan perlakuan manis dari suaminya, tetapi kenapa rasa manisnya selalu sama.

PERFECT HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang