Klek!
Naje membuka pintu kamar perlahan- lahan dan sampailah ia menemukan Jeya yang sedang menonton di atas kasur dengan tv sebagai objeknya.
Dengan perlahan Naje mendekati Jeya walaupun sebenarnya dirinya masih dilanda ketakutan jika berdekatan dengan gadis itu.
Baru saja Naje ingin naik ke kasur tetapi Jeya sudah memberikan tatapan maut yang membuat Naje mengurungkan niatnya.
"Minimal mandi baru ke atas kasur! Kamu mau buat kasurnya nanti kena virus-virus yang kamu bawa dari luar itu." Cerca Jeya yang dibalas gelengan kepala dari Naje.
"Yaudah kalo gamau, sana mandi dulu baru ke kasur. Aku udah siapin air hangat sama bajunya itu di dalam kamar mandi." Ucap Jeya lagi.
Dengan gerakan cepat Naje segera menuju kamar mandi sebelum Jeya kembali mengamuk padanya. Ia sampai berfikir apa gadis itu sedang kedatangan tamu? Kenapa hari ini Jeya seperti singa lapar pikirnya.
Setelah sekitar 15 menit Naje bergelut di kamar mandi, pria itu pun keluar dengan keadaan sudah lebih fresh.
"Keringin dulu itu rambutnya ih! Netes-netes gitu ke lantai, nanti lantainya licin Mas." Protes Jeya.
"Iya maaf, ini juga mau aku keringin."
"Keringin tuh di kamar mandi! Itu masih basah banget gitu malah langsung keluar. Kalo kaya gitu bakal lama keringnya walaupun pake hairdryer juga."
"Iya maaf..." Naje pun kembali ke dalam kamar mandi untuk sedikit mengeringkan rambutnya, setidaknya sampai rambutnya tidak meneteskan air lagi.
Sebelum keluar kamar mandi ia memastikan dirinya tidak melakukan kesalahan apapun agar tidak mendapatkan semprot.
"Okay ini udah lah ya, harusnya sih dia ngga marahin lagi." Naje dengan perlahan keluar dari kamar mandi.
Lagi dan lagi Naje dibuat bingung oleh tingkah Jeya, sekarang gadis itu sedang menangis yang entah apa penyebabnya.
Naje segera mendekati Jeya dan membawa gadis itu pada dekapannya, "Kamu kenapa?" Tanyanya.
"Mas... itu hiks... kasian kakeknya... kenapa orang-orang jahat banget" Jeya menunjuk layar tv yang menampilkan sebuah drama sepertinya itu drama korea.
Naje mengelus punggung Jeya untuk menenangkan gadis itu, sebenarnya ia masih terkejut dengan moment ini tapi saat ini menenangkan Jeya lebih penting dari rasa penasarannya.
"Sudah ya? Itu cuma cerita aja, itu engga nyata Jenaya..."
"Tapi... hiks tapi tetep kasian..."
"Kalo gitu aku matiin ya? Kamu kalo nangis gini terus nanti pusinh kepalanya."
Jeya menggeleng, "Belum selesai nontonnya, aku mau selesain hari ini."
Gadis itu menjauhkan tubuhnya dari Naje lalu mencoba menahan air matanya agar tidak jatuh tetapi apalah itu air matanya tetap selalu jatuh dan ia langsung mengelapnya pada tangannya dengan kasar.
Naje terkekeh melihat itu, apa ini gadis yang sama yang baru saja memarahinya perkara hal kecil? Kini gadis itu menangis tanpa henti hanya karena sebuah drama korea.
Naje mengambil tisu dan mengelap sisa sia air mata yang berada di pulupuk mata Jeya, "Jangan kasar-kasar lap nya Jenaya, nanti kulit kamu bisa luka."
"Mas."
"Iya apa? Butuh sesuatu?"
"Mas bisa masakin mie? Aku mau mie." Pintanya dengan mata berbinar.
"Jangan makan mie, ini udah malem loh. Yang lain ya, kamu mau apa?" Naje mengusap kepala Jeya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HUSBAND [END]
FanfictionGadis yang baru saja menginjak umur 21 tahun itu harus bergelut dengan permintaan orang tuanya yang sudah diluar angkasa. Bagaimana bisa seorang gadis yang masih memiliki hasrat bermain menggebu gebu harus terjebak di suatu hubungan sakral? Apa ia...