Dua insan dalam keadaan polos, tubuh yang sebelumnya terbalut dengan pakaian kini berganti dengan selimut putih besar yang melilit tubuh keduanya.
Jeya menggeliat merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Hal ini membuat Naje terganggu karena posisinya yang memeluk sang istri.
Pelukan yang awalnya mulai melonggar kini kembali mengerat, "Good morning sayangku cintaku manisku duniaku..." Naje memberikan senyum manisnya pada sang istri.
Jeya terkekeh, "Good morning Mas." Balasnya dan disusul oleh senyum manis miliknya.
Cup!
Naje mengecup bibir Jeya cepat, "Itu morning kiss buat pagi ini. Pokoknya kamu harus ciuman sama aku setiap hari."
Jeya memutar bola matanya malas, "Bibir aku bisa bengkak kalo ciuman sama kamu terus."
"Tapi kamu suka kan? Orang semalem aja kamu yang paling nafsu tuh ciumannya. Terus gini sambil gini 'ah mas terus mas' goyanganku mantep banget ya sayang?" Ucap Naje frontal tanpa memikirkan keadaan Jeya yang menahan malu.
Jeya menenggelamkan wajahnya pada dada polos milik sang suami, "Engga tau!"
Naje terkekeh, "Kamu lupa ya? Atau mau aku ingetin lagi rasanya gimana? Morning sex juga engga kalah enak loh."
Plak!
"Stop ngga bahas-bahas kaya gitu! Kamu mah ih engga tau malu banget ya, jorok banget sih." Jeya merengut kesal.
Naje menarik Jeya ke dalam dekapannya, begitu dengan Jeya yang mencari posisi ternyamannya, pelukan suaminya adalah pelukan ternyaman yang pernah ia temui.
"Sayang, kamu cinta banget ya sama aku?"
"Kenapa emangnya?"
"Aku suka cara kamu ngadapin Kayra kemarin dan aku juga seneng karena secara engga langsung kamu engga mau aku di rebut orang lain. Aku suka liat kamu cemburu, lucu soalnya."
Jeya mengerutkan bibirnya, "Kamu jangan kepedean! Aku itu cuma mau melindungi pernikahan ini dari serangan monster jahat tau!"
Naje terkekeh gemas bahkan ia memberikan banyak kecupan pada puncuk kepala Jeya hingga Wanita kesal.
"Ih awas! Jangan cium-cium terus Mas." Jeya mendorong tubuh Naje.
"Kamu sih gemesin."
Jeya memutar bola matanya malas, "Awas ah aku mau mandi. Badan aku lengket semua gara-gara kamu tau engga, main kok engga kira-kira." Ucap Jeya dengan akhiran sebuah cibiran kesal.
"Emangnya kamu udah bisa jalan apa? Mau aku gendong engga." Tawar Naje.
"Engga usah makasih, aku bisa sendiri. Kamu pikir aku lumpuh apa hah." Balas Jeya ketus.
Naje tidak kembali membalas, ia hanya menatap gerak gerik wanita yang baru saja melepaskan kegadisannya itu yang bisa disebut lamban.
"Bisa engga sayang? Emangnya kamu bisa jalan sambil pegang selimut besar kaya gitu." Tawar Naje kembali.
Jeya memalingkan wajahnya dari Naje yang sudah tidak tertutup kain apapun karena selimut yang ia tarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HUSBAND [END]
FanfictionGadis yang baru saja menginjak umur 21 tahun itu harus bergelut dengan permintaan orang tuanya yang sudah diluar angkasa. Bagaimana bisa seorang gadis yang masih memiliki hasrat bermain menggebu gebu harus terjebak di suatu hubungan sakral? Apa ia...