Seorang pria berparas putih mengeliat diatas tempat tidurnya, dengan keadaan pakaian yang tidak lagi lengkap. Ia pun terkejut saat kemeja yang melekat ditubuhnya sebelumnya telah terlepas.
Naje bangkit kemudian mengecek segala hal yang ada di tubuhnya, tak ada bekas apapun. Namun ia lebih tenang saat ia melihat sekeliling ternyata ini adalah kamarnya.
Tetapi apa yang terjadi semalam? Ia hanya mengingat kalau dirinya minum alkohol di ruang kerjanya setelah tertidur di kantor, namun setelah itu ia sudah tak ingat apapun.
Ting!
Sebuah pesan masuk kedalam ponselnya tertara nama Jendral disana.
Jendral
Semalem gue mau ambil berkas ketinggalan di kantor tapi gue malah nemuin lo udah tepar, jadi gue bawa lo balik.
Yang lepas baju lo juga gue soalnya udah kena muntahan lo.
Lain kali kalo mau minum-minum ajak salah satu dari kita, lo kalo udah ketemu alkohol suka engga inget umur.
Gue udah minta ART lo buat masakin lo sup penggar.Setelah membaca serangkaian pesan dari Jendral ia pun kembali mematikan ponselnya tanpa niat membalas, rasa pusingnya harus segera di obati karena ini sangat mengganggu.
Langsung saja Naje melangkahkan kaki panjangnya menuju ruang makan. Sesampainya disana ia menemukan Jeya yang sedang sarapan, namun saat dirinya duduk Jeya langsung beranjak.
"Kalo mau keluar kamar, dipake bajunya. Gak tau malu banget." Ketus Jeya lalu meninggalkan Naje yang masih terdiam di tempatnya.
Dirinya benar-benar lupa kalau belum memakai pakaian atasan. Tetapi persetan dengan itu, ia lebih merasa sedih pada Jeya karena ia sudah membuat senyum ceria gadis itu menghipang. Kini tidak ada yang berceloteh saat makan, tidak ada cerita random dari Jeya, tak ada segala macam kecerewetan Jeya yang selalu mengundang rasa kesal untuk Naje.
Semua hilang dalam sekejap.
"Gue salah banget ya?" Ucap batin Naje sedih.
***
Saat ini Naje sedang sibuk mencari dasi merah maroon yang biasa ia pakai, ia memiliki banyak dasi model seperti itu tetapi entah kenapa semuanya hilang dalam sekejap.
"Anjir dimana sih? Perasaan biasanya disini semua di taro Jeya." Keluh Naje dengan kedua tangan sudah mengobrak abik lemari pakaian.
Naje mengambil asal dasi yang ada, "Ah udahlah pake yang ada aja, bisa kena semprot dua curut kalo gue telat meeting hari ini."
Setelah drama dasi, kini dilanjut dengan jam tangan. Kenapa semua barang seketika menghilang saat ingin dipakai?
"Bangsat! Dimana sih semua jam tangan gue, kayanya gue punya banyak." Naje membuka semua laci lemari namun semuanya nihil.
"Gak usah pake gue tetep ganteng kan ya?" Naje menatap dirinya dipantulan kaca, "Udahlah ganteng, mau gue pake baju gembel juga tetep ganteng."
Ekor mata Naje tak sengaja bertemu dengan jam dinding, betapa terkejutnya dirinya saat waktu sudah menunjukan pukul 8 lewat 45 menit, ini artinya meetingnya akan dilaksanakan 15 menit lagi.
"Sialan!"
Naje berjalan terburu-buru menuju lantai bawah dalam keadaan kaos kaki beda warna, kemeja kusut, setelan jas yang tidak senada dan terakhir dasi yang belum terpasang. Penampilannya sudah menggambarkan kehidupannya saat ini.
Sedangkan dilain sisi Jeya hanya menggeleng melihat penampilan suaminya yang jauh dari kata rapih, tetapi ia acuh untuk itu. Ia sama sekali tidak peduli dan tidak tertarik untuk membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HUSBAND [END]
FanfictionGadis yang baru saja menginjak umur 21 tahun itu harus bergelut dengan permintaan orang tuanya yang sudah diluar angkasa. Bagaimana bisa seorang gadis yang masih memiliki hasrat bermain menggebu gebu harus terjebak di suatu hubungan sakral? Apa ia...