34. HALO, MILAN!!

1K 79 17
                                    

Sebuah rumah tak terlalu besar dengan aksen mewah menjadi pemandangan Jeya dan Naje saat ini. Rumah yang akan menjadi tempatnya tinggal entah sampai kapan, yang pasti sampai mereka siap untuk kembali ke negara asal.

"Kamu bener-bener udah persiapkan semuanya ya Mas?"

Naje menarik pinggang istrinya posesif menuntun untuk masuk ke dalam rumah mereka.

"Aku udah siapin semuanya untuk kalian, kalian engga akan kekurangan kalo sama aku."

Keduanya kini duduk bersantai di ruang keluarga yang tak terlalu besar namun cukup untuk keluarga kecilnya kelak.

Jeya menyender pada dada bidang suaminya, begitu juga dengan Naje yang melingkarkan tangannya pada pinggang sang istri dan sesekali mengusap perut sang istri yang masih belum terlihat menonjol.

"Nanti kalo dedek bayi udah lahir kamu mau dipanggil apa?" Tanya Jeya random tetapi dengan maksud serius.

"Baginda raja."

Plak!

Jeya memukul dada sang suami, "Ish yang bener ah."

Naje terkekeh, "Emang kenapa sih, kan bagus aku jadi baginda rajanya terus kamu yang jadi baginda ratunya. Kita bisa buat keluarga kerajaan sendiri nanti."

"Engga usah aneh-aneh ya. Jangan ajarin anakku yang engga bener!"

"Anak kita."

"Iya anak kita..."

"Engga bener dari mana loh sayang, ini unik loh bisa masuk rekor dunia keluarga kita."

Jeya memutar bola matanya malas, "Terserah kamu lah."

"Sayang." Panggil Naje lembut dan di balas gumam kecil dari Jeya.

"Terima kasih ya, terima kasih udah mau terima dedek bayi disaat kamu yang harusnya sibuk urus kuliah tapi harus terputus karena ini. Aku janji akan kuliahin kamu disini sampai lulus nanti."

"Waktu itu kita buatnya juga sama-sama mau, masa iya aku lari dari tanggung jawab. Walaupun waktu itu aku sempet kesel sama kamu tapi yaudahlah namanya juga keblablasan."

"Kalo soal kuliah aku sama sekali engga terlalu permasalahkan itu, ini emang udah resikonya. Aku juga seneng nanti jadi punya temen baru, jadi yaa gapapa aku sama sekali engga keberatan untuk itu. Anak itu anugrah tau."

"Ternyata goyangan aku jago juga yaa. Sekali buat langsung jadi." Celetuk Naje.

"Iyalah langsung jadi, orang kamu habis-habisan gempur aku waktu itu." Sindir Jeya.

"Kamu juga mau-mau aja, malah minta nambah terus." Balas Naje tak mau kalah.

"Jadi kamu salahin aku gitu?" Ucap Jeya merasa paling tersakiti.

"Engga gitu sayangku, iya disini emang aku yang salah, semua salah aku." Elak Naje sebelum istri kesayangannya benar-benar marah.

Jeya beranjak, "Bagus kalo ngerti. Sekarang tolong cariin nasi padang, aku laper pengen makan nasi padang."

Naje beranjak mengikuti sang istri dan menatap istrinya tak percaya, "Kamu serius minta nasi padang di sini? Sayang kalo kamu lupa, kita ini lagi di Milan."

PERFECT HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang