13. BALI

1.4K 140 4
                                    

Tepat hari ini Jeya dan Naje akan pergi ke Bali bersama teman-teman mereka. Kini Jeya dan Naje sudah sampai di bandara, menunggu teman-teman yang lain.

Tak lama dari itu Gistara dan Haikal datang, "Udah lama kalian disini?" Tanya Haikal.

Naje menggeleng, "Baru sampe, Jendral sama Rajata udah dimana?"

"Rajata tadi bilangnya udah di jalan, kalo Jendral gatau."

Naje menghela nafasnya, Jendral memang suka sekali terlambat. Manusia satu itu memang kelewat santai dan Naje benci akan hal itu.

Sedangkan Gistara dan Jeya sudah bersantai di ruang tunggu dengan ditemani segelas kopi dan juga sandwich.

"Je, ini serius gapapa kita ikut? Kanapa kalian ngga liburan berdua aja sih." Gistara merasa tidak enak pada Naje sejujurnya, bagaimana pun juga mereka ini pengantin baru.

"Gapapa Gistara, lo udah nanyain ini beribu-ribu kali. Udah tenang aja Naje ngga masalah kok kalian ikut."

Gistara tipe orang yang tidak enakan, ia paling tidak suka menjadi beban untuk orang lain. Pribadi Gistara memang dewasa, bukan hanya secara fisik namun pemikiran pun juga.

"Hai guysss!!" Suara melengking terdengar dari mulut seorang Nindy.

Nindy dan Kania datang bersama dengan koper kopernya yang banyak itu. Jeya dan Gistara sudah tidak heran dengan ini, dua manusia itu memang sangat ajaib tingkahnya.

"Ayo kapan kita berangkat?" Tanya Kania memainkan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya.

"Jam 10 berangkat." Jeya menghampiri Naje lalu duduk di samping pria itu, "Mas, Ini Jendral belom sampe-sampe. Temenmu itu udah dimana sih? Lama benget!"

Naje membawa satu tangannya yang menganggur pada puncuk kepala Jeya dan mengelusnya lembut memberikan ketenangan, "Sabar ya? Aku tadi udah telfon dia, katanya sebentar lagi dia sampe."

"Ish lama!" Jeya merenggut kesal.

"Kemarin yang minta ajak-ajak kan kamu loh, jadi sekarang sabar ya." Ucap Naje lembut.

Jeya mengangkat kepalanya lalu menatap mata suaminya tajam, "Kamu engga ikhlas ya ajak mereka? Kok kamu kaya perhitungan gitu sama aku!"

Naje menghela nafasnya, ia masih mencoba belajar untuk memahami bahasa perempuan tetapi ia tidak mengira akan sesulit ini.

"Tuh Jendral udah dateng, udah yuk kita masuk. Udah ya marah-marahnya, masa mau liburan marah-marah." Naje menarik tangan Jeya bangkit dari duduknya kemudian keduanya berjalan bergandengan.

Sedangkan yang lainnya hanya tersenyum melihat drama rumah tangga itu, sebetulnya mereka lebih tidak menyangka kalau sahabat mereka sudah ada di tahap ini.

***

Perdebatan kembali hadir, Kania ingin bersama dengan Jendral begitu juga Nindy yang ingin bersama Rajata. Tetapi hal itu tidak bisa terjadi karena kursi yang terbatas, mau tidak mau harus ada yang mengalah untuk terpisah.

"Kalian jangan banyak mau, ini kursinya ngga cukup buat kalian." Gistara mencoba melerai keempatnya.

"Gue mau sama kak Rajata pokoknya! Iya kan, kamu mau kan duduk sama aku." Nindy meminta persetujuan pada Rajata.

"Apasih! Udah sana lo pisah aja Nin." Kania tidak mau mengalah.

"Jen, Ja. Kalian tenangin itu cewek-cewek kalian, ini udah mau berangkat." Haikal memberikan perintah pada Jendral dan Rajata.

PERFECT HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang