21. PENJELASAN

1K 109 23
                                    

Waktu menunjukan hampir pukul 12 malam dan seorang pria bertubuh tinggi atletis baru sampai di kediamannya. Pria itu perlahan melangkahkan kaki menuju kamar karena tidak mau menggangu orang rumah yang pasti sedang istirahat.

Klek!

Naje membuka pintu kamar lalu terpampang jelas disana seorang gadis terlelap di tengah ranjang dengan lampu yang telah redup. Kaki panjang Naje membawanya menuju dekat sang istri.

Tangan kanan dengan hiasan sebuah cincin pernikahan di jari manisnya terulur membelai wajah sang istri dengan lembut tanpa mengganggu sang pemilik wajah.

"Good night sayang." Suara berat terdengar menahan sesuatu terucap dari bibir Naje kemudian ia mendekatkan wajahnya pada Jeya hingga bibirnya bertemu dengan kening Jeya, ia mengecup cukup lama.

Setelahnya ia pergi menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan juga berniat menghilangkan segala beban.

Sekitar 30 menit berlalu, Naje keluar dari dalam kamar mandi. Rambut yang masih basah dan wajah yang kembali cerah menghiasi penampilan pria itu.
Ia tidak mengeringkan rambutnya dengan hairdryer   karena tidak mau membuat Jeya terbangun, ia lebih memilih menungu rambutnya hingga kering dengan sendirinya dan sambil menunggu ia sedikit melakukan pekerjaannya menggunakan laptop.

Namun semua yang dilakukan Naje adalah percuma karena sebenarnya Jeya belum benar-benar tertidur. Ia masih sadar 100%, ia hanya berpura-pura karena sedang tak ingin berbicara dengan sang suami.

Malam itu menjadi malam yang cukup berat untuk Jeya namun entah dengan Naje itu sendiri sebagai sumber dari kesedihan Jeya malam ini. Sampai saat ini Jeya belum menemukan jawaban yang jelas mengenai foto itu, ia ingin segera tau tetapi dilain sisi ia juga takut. Takut fakta itu akan merugikan dirinya.

***

Matahari kembali menampakan dirinya, Jeya merasakan cahaya yang mulai mengenai wajahnya pun terbangun dengan sendirinya. Namun saat ingin beranjak ia sedikit kesulitan karena Naje yang menahan tubuhnya.

Mungkin pria itu sangat lelah, jadi saat Jeya sedikit paksa menyingkirkan tangannya pria itu sama sekali tidak terusik. Pria itu hanya berpindah posisi saja tanpa terbangun.

Jeya beranjak dan melakukan aktivitas pagi seperti biasa, bagaimana pun juga ia harus tetapi menjalani hari dengan sebaik mungkin.

Setelahnya Jeya menuju dapur kemudian memulai memasak beberapa hidangan pagi dengan dibantu oleh beberapa ART.

Satu jam berlalu dan sarapan pagi ini telah tertata rapih di meja makan, ada pancake, roti bakar dan juga nasi goreng sebagai makanan berat.

"Bi, aku minta tolong bangunin Mas Naje bisa? Ini aku aja yang beresin."

"Eh Non jangan, Bibi aja yang cuci piringnya nanti sekalian sama beresin dapur." Bukannya ingin membantah namun tidak sopan rasanya jika majikan mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan olehnya.

"Gapapa Bi, Bibi bangunin aja Mas Najenya terus sekalian buka semua gorden kamar. Terus tolong bilang bajunya udah aku siapin di kamar mandi."

Dengan berat hati ART itu pun menuruti perintah dari sang majikan, Jeya.

Selang beberapa menit, Naje pun turun dari kamar setelah dibangunkan oleh ART dengan menggunakan pakaian yang telah disiapkan oleh istrinya.

Pria itu mengerutkan dahinya saat tak menemukan istrinya di ruang makan, "Jeya kemana Bi?"

"Di dapur Tuan."

PERFECT HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang