DUA PULUH TUJUH

2 0 0
                                    

 Keesokan paginya, Alex berpamit kepada kedua orangtuanya untuk pergi ke rumah Brilian. Sesampainya di depan rumah Brilian, Pagar tinggi terpampang di depan mata mereka. Alex melihat seorang satpam keluar dari dalam pos dan membuka sedikit pagarnya, ia berlari kecil menghampiri mobil mereka. Andre menurunkan kaca mobilnya.

"Mas An"

"Pak, boleh kami masuk?" potong Andre

"Iya mas tunggu sebentar saya bukakan pintunya" ucap Pak Satpam lalu pergi meninggalkan mereka

"Kak kayaknya satpamnya kenal kakak"

"Perasaan kamu aja kali, saya aja tidak pernah ke sini" ucap Andre

"Iya mungkin ya"

Gerbang rumah Brilian terbuka, Andre melajukan mobilnya masuk kedalam hingga tiba di depan teras rumah. Alex dan Andre turun dari mobil, Alex hari ini hanya mengenakan Kaos Hitam polos dan celana pendek. Sedangkan Andre memakai kaos hitam yang menutupi lehernya dan celana jins biru, Andre membuka pintu rumah itu dengan kunci yang diberikan Resepsionis.

"Bisa Kak.."

"Bisa Lex" kata Andre sambil memutar kunci rumah itu

Saat sampai di dalam rumah, ia dan Kak Andre melihat sekeliling rumah itu, masih sama dengan terakhir Alex meninggalkan rumah itu, Cuma bedanya ada debu yang menempel di semua perabot rumahnya. Karena setelah Brilian meninggal, rumah itu dibiarkan begitu saja tanpa ada penghuni, keluarganya pun sudah tak peduli oleh rumah itu, sebab mereka sudah mendapatkan warisan yang ada pada keluarga Brilian. Rasanya sungguh pahit mendengar kenyataan itu, kenyataan bahwa Brilian memang tidak dibutuhkan keluarganya, tak ada yang menyayangi Brilian lagi. Alex menjadi tahu kenapa Brilian merasa kesepian? Dan tak ada gairah hidup lagi!

"Kasihan Brilian!" batin Alex pahit

Mata Alex berkaca-kaca, air mulai jatuh dari matanya, ia merasa kasihan atas hidup Brilian, kenapa dia tidak menyadari itu semua? Dan kenapa dia hanya memikirkan keegoisannya sendiri? Sesal Alex terhadap dirinya. Kak Andre berusaha menenangkan dirinya, setelah Alex tenang, mereka menelusuri kembali rumah itu hingga sampai disebuah kamar, di pintu itu tertulis "BRILIAN".

"Kamar Brilian!"batin Alex

"Kak, aku boleh masuk sendiri ga? Aku pingin menyendiri dulu! Tolong Kak..." pinta Alex

Kak Andre mengangguk dan meninggalkan tempat Alex berada, ia memutuskan berkeliling mengitari rumah itu.

Sementara itu, Alex memasuki kamar itu, ia mengamati kamar itu begitu rapi, warna hijau muda menghiasi dinding kamar itu yang menandakan kesejukan hanya saja ada sedikit debu dimana – mana karena ditinggalkan oleh penghuninya. Tapi menurut Alex kamar itu nyaman bagi penghuninya. Alex pun duduk di pinggir tempat tidur, ia sekali lagi mengamati kamar itu, sampai ia menatap satu tempat, Alex melihat lemari kecil yang berada di pojok ruangan, ia berjalan ke tempat lemari itu, saat ingin membuka lemari itu, ternyata lemarinya terkunci.

"Dikunci!" gumam Alex

Alex diam beberapa saat di depan lemari itu, hingga ia teringat kunci keduanya, apakah ini kunci lemari? Apa aku harus membukanya? Pikir Alex. Dia akhirnya membuka lemari itu, di lemari itu ada berbagai macam barang yang sama sekali Alex tak ketahui, ia membuka satu per satu barang itu, hingga ada sebuah buku berwarna coklat tua, ia membawa buku itu dan kembali duduk di pinggiran kasur, ia mulai membuka buku itu.

Tanggal : 07 Juli 2013

Hari ini ada kejadian yang mengejutkan, saat awal masuk sekolah, aku datang pagi – pagi ke sekolahan karena menurutku udara pagi hari itu menyegarkan. Saat di kelas suasana masih sepi aku pun memutuskan untuk jalan – jalan sebentar, tapi saat tiba di belokkan dekat kelas, aku menabrak seorang wanita, wanita itu begitu manis, sehingga membuat hatiku berdebar, namun terlintas di benakku tentang rasa kehilangan, dan aku takut untuk itu semua. Akhirnya tanpa basa basi aku pergi meninggalkan wanita itu yang masih sibuk mengomel, tapi tak disangka wanita itu berlari mengejarku dan terjadilah pertengkaran yang sebetulnya tak ku inginkan.

ALEXSANDRA [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang