DUA BELAS

115 28 16
                                        

TING TONG...TING TONG...

"Den Brili, udah pulang?" tanya Mbok Inem saat membuka pintu

"Iya Mbok" jawab Brilian sambil memeluk Mbok Inem "Mbok saya ke kamar dulu"

"Njeh Den"

Brilian pun berjalan menuju kamar. Di kamar, ia melemparkan tubuhnya ke kasur. Tubuh Brilian merasakan nyeri luarbiasa. Brilian mengingat kejadian dimana dirinya menolong Alex, Arus Aliran Sungai begitu kencang hingga batu besar menghantam keras di tubuh Brilian dan itu tidak hanya sekali, berulang kali, parahnya lagi bahu kanannya terkena hantaman paling keras.

"Aisshhh..." Brilian meringis kesakitan di bahunya

Brilian kemudian memilih untuk duduk, ia menaruh bantalnya di sandaran kasur dan meletakkan bahunya perlahan di bantal tersebut.

TOK...TOK...

"Bentar"

Brilian berdiri dari duduknya dan membuka pintu.

"Lo bang, masuk"

"Iya brili" jawab Zidan "Saya mau melaporkan perkembangan Kantor"

"Oke masuk aja bang"

"Kamu kenapa?" tanya Zidan, ia melihat wajah Brilian yang menahan sakit

"Ga pa-pa"

"Jangan sok kuat kamu, saya kenal kamu bukan satu atau dua hari, kamu selalu menyimpan sakit kamu seorang diri" omel Zidan "Kamu tidak perlu sungkan untuk menunjukkan rasa sakitmu ke saya"

"Ehem" Brilian berdeham

"Maaf" sesal Zidan sambil menundukan kepalanya

"Hahahaha, jarang-jarang lo ngomong panjang" ucap Brilian "Gue suka lo ngomong informal ke gue"

"Bahu kamu ga pa-pa?"

"Gue habis nyelamatin seseorang"

"Pasti penting buat kamu"

"Entahlah"

"Kotak P3K kamu dimana?"

Brilian menunjuk di pojok ruangan, Zidan berjalan mengambil kotak P3K dan duduk di samping Brilian.

"Sini bahu kamu"

"Lo mau ngapain bang? jangan macem-macem bang"

"Udah percaya sama saya, lagian saya masih normal" ujar Zidan "Bahu kamu memar, tahan dikit, sakitnya cuma bentar"

Zidan memegang bahu Brilian, ia mengurut dan membenarkan beberapa sendi pada bahu Brilian yang menurut lelaki itu bergeser. Brilian hanya meringis menahan sakit pada bahunya.

"Selesai" ucap Zidan

"Serius bang, bohongkan lo?"

Zidan mengangguk "Coba kamu gerakin"

Brilian memutar mutar bahunya ke depan dan belakang.

"Ajaib, bahu gue mendingan"

"Ada beberapa sendi kamu yang bergeser" ucap Zidan

"Makasih bang"

"Sama-sama" kata Zidan "Ini berkas yang harus kamu tanda tangani"

Brilian melihat isi berkas yang diberikan oleh Zidan, setelah itu ia menandatangani berkas tersebut.

"Satu lagi, besok kamu harus ke Bali, ada rapat penting membahas proyek hotel di bali"

"Oke"

"Ya udah saya pamit dulu, saya tahu kamu lelah dan butuh istirahat" pamit Zidan

ALEXSANDRA [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang