DUA PULUH ENAM

79 21 3
                                    

Sudah tiga bulan berlalu sejak kepergian lelaki yang dicintainya, Gadis itu masih larut dalam kesedihannya. Selama tiga bulan Alex masih setia mengurung dirinya  di dalam kamar, ia merasa sangat bersalah atas kematian Brilian. Kehilangan Brillian membuat separuh jiwanya lenyap menyebabkan Alex lebih sering melamun. Alex sampai sekarang masih menyalahkan dirinya, ia menebus segala kesalahanya dengan berulang kali melakukan percobaan bunuh diri.

       Informasi terkini, sejak kejadian malam yang mengenaskan, Steven masih dengan status DPO. Polisi kehilangan jejak, entah lelaki tersebut menghilang kemana, Steven menghilang tanpa bisa di lacak sedikitpun, tetapi yang pasti lelaki itu masih berada di Indonesia karena sejak kasus yang mengenaskan, akses ke luar negeri sudah di blokir oleh polisi, bahkan polisi bersiaga menjaga bandara yang ada agar dia tidak kembali ke negara asalnya.         

Tokkk....Tokk...               

"Saya boleh masuk?" ucap Andre sambil mengetok pintu

       Andre perlahan masuk ke dalam kamar Alex dan ia duduk di sisi ranjang Alex. Andre melihat gadis di depannya begitu kacau balau, hatinya merasa sedih bahkan merasakan sakit yang luarbiasa. Andre tidak tega melihat Alex seperti ini, ia memegang wajah Alex perlahan.

"Masih sakit ya?" tanya Andre pelan

Alex mengangguk, air matanya menetes membasahi pipinya dan tangan Andre. Andre tanpa sadar ikut menangis bersamanya. Andre menarik tubuh gadis itu kedalam pelukannya, suara tangis Alex semakin keras.

"Huaaaaa, Kak, gue rindu ian" ucap Alex ditengah tangisnya

"Iya lex"

"Kak, bawa ian kembali"

Andre bingung untuk menjawab, ia memilih untuk diam dan semakin erat memeluk Alex hingga Alex tenang. Setengah jam kemudian, suara tangis mulai tak terdengar kembali.

"Lex, kamu ga mau keluar? Atau ke suatu tempat? Kamu butuh menghirup udara segar, ini udah tiga bulan lex, please kamu ikut saya keluar kali ini aja!!" Tanya Andre hati-hati

Hening tak ada jawaban. Andre mulai khawatir, ia menunduk melihat Alex

"Gue ingin ke Batu!" ucap Alex sambil mengangkat kepalanya

Mereka saling menatap satu sama lain, "Seandainya cowok itu gue" batin Andre

"Oke, kita ke batu" balas Andre

 Andre meminta ijin ke kedua orangtua Alex untuk pergi ke Batu, orangtua Alex menyetujuinya dengan harapan Alex bisa tersenyum lagi. Andre melajukan mobilnya, tujuan Alex dan Andre yaitu hotel didaerah batu. Andre tahu tempat yang Alex tuju.

"Kenapa kamu mau ke sana?" tanya Andre

"Ga pa-pa kak, gue kangen aja ke situ" jawab Alex singkat

"Oke, bentar lagi kita sampai"

Hotel yang mereka tuju adalah tempat rahasia antara Alex dengan Brilian, tempat itu berharga bagi Alex karena tempat itu menjadi saksi dimana Alex menyadari tentang perasaannya, ia telah jatuh hati terhadap Brilian.

"Ian, maafin gue, lo pergi jauh karena gue, seharusnya gue yang meninggal bukan lo!!" sesal Alex lirih

Saat tiba di sana, Alex dan Andre turun dari mobilnya. Andre menyerahkan kunci mobilnya kepada salah satu pegawai. Pegawai tersebut mengangguk dan menerima kunci Andre. Andre dan Alex berjalan melewati lobby, Andre berhenti sejenak.

"Kenapa kak?"

"Ga pa-pa Lex, kamu duluan aja, nanti aku nyusul"

"Oke kak"

Alex melanjutkan perjalanannya menuju kolam renang, sedangkan Andre berjalan ke arah resepsionis.

"Kosongkan kolam renang sekarang juga" tegas Andre

"Siap pak" jawab resepsionis, resepsionis itu menghubungi seseorang melalui HT

Andre pun berpamitan kepada resepsionis tersebut dan berjalan menuju kolam renang. Di kolam renang, ia melihat punggung Alex dari kejauhan.

"Kamu tahu lex, kalau kamu sakit, saya juga ikut sakit" gumam Andre sambil berjalan mendekat

"Lo tau Ian, gue suka lo itu udah sejak pertama lo nabrak gue, kita berantem pertama kali, gue ga bisa lepas dari mata lo, mata lo jujur udah buat hati gue luluh, dari kesedihan lo pancar, entah kenapa gue ingin buat lo tersenyum" papar Alex "mungkin gue terlambat bilang ke lo, tapi gue cinta sama lo, Ian!" lanjutnya

Alex menahan sakit didadanya dan ia menangis dalam diam. Hanya terdengar semilir angin, dan percikan air. Andre sudah berada di samping Alex, ia hanya bisa diam membisu tanpa mau menganggu.

"Maafin gue lex, lo harus sabar, semua indah pada waktunya!"

       Saat larut dalam kesedihan, Resepsionis datang menghampiri Alex dan menyerahkan beberapa kunci kepada Alex.

"Dari Tuan Brilian" kata Resepsionis itu dan meninggalkan Alex

"Tunggu mas"

Repsionis itu berhenti

"Dimana Brilian?" Tanya Alex berharap itu benar-benar Brilian

"Mohon maaf kak, barang itu sudah di titipkan sejak lama kak" jelas Resepsionis tersebut "Pesannya tolong kasihkan ke orang yang pernah saya ajak kemari dan yang pernah diajak Tuan Brilian hanya anda"

Alex termenung, "Makasih mas"

"Iya kak, ada yang ingin ditanyakan lagi"

Alex menggeleng

"Baik kak, kalau begitu saya pamit undur diri"

Alex hanya mengangguk, "Terimakasih mas"

"Sama-sama kak" 

Resepsionis itu berjalan menjauh meninggalkan mereka berdua.

"Kak, ini kunci apa? Apa maksudnya kak?" tanya Alex menoleh ke Andre

Andre menggeleng tidak tahu

"Terus ngapain aku dikasih ini?"

"Coba saya lihat"

Alex menyerahkan kunci itu ke Andre, Andre merasa familiar dengan kunci itu.

"Bukannya ini kunci rumah Brilian" batin Andre

"may be kunci rumah Brilian Dek?" pendapat Andre 

"Masa iya kak?"

"Kamu lihat ini tuch kayak kunci rumah" ucap Andre sambil menyerahkan kunci itu kembali ke Alex

"Iya kak, betul, kayak kunci rumah" 

Alex mengamati kunci yang ada dalam genggamannya, wajahnya tampak masih ragu.

"Gini dek, daripada kita tebak-tebak gimana kalau besok kita ke rumah Brilian"

"Yakin kak?"

Andre hanya mengangguk

"Thanks ya kak" ucap Alex sambil memeluk Andre

"Sama-sama" jawab Andre sambil membalas pelukan Alex

***

      

ALEXSANDRA [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang