HANYA AKU

2 1 0
                                    

"Yuk" 'brukk' Ayska tak sengaja menabrak seseorang ketika membalikkan badannya untuk berjalan. "Maaf" begitu katanya ketika menyadari yang ditabrak membuat bukunya berjatuhan.

"Gak papa kok" suara perempuan dengan nadanya yang lembut, buku yang dibawanya cukup banyak. Ayska meyakini seseorang di depannya sangat gemar membaca, Atha membantu untuk merapihkan buku yang dibawanya.

Setelah berdiri sempurna, matanya berpapasan dengan manik mata yang sayup dengan rambut ikal yang tidak dibiarkan menghalangi dahi, bibirnya yang tebal dengan badannya yang tinggi, kulitnya sawo matang. Tangannya beralih meraup semua buku yang di pegang oleh perempuan disampingnya, tangannya yang besar cukup menampung semua buku dengan satu tangan, sementara tangan satunya lagi merangkul pinggang perempuan yang dirasanya adalah pacar dari laki-laki ikal tersebut.

"Lain kali hati-hati ya Ra" katanya sembari melihat ke arah Ayska, yang dipandangnya hanya mengangguk pelan.

"Ra?" Atha terbelalak mendengar itu, sempat mengira laki-laki dihadapannya salah memanggil nama Ayska, namun perempuan di sampingnya mengangguk mengiyakan.

"Gue panggil dia Sora" katanya sembari menyeringai, "apa kabar Ra?" lanjutnya lagi

"Baik"

"Gue Javier, cuman temen biasa Sora" katanya sembari menekan kata biasa dalam pengucapannya, hal ini sangat menggelitik Atha sebab keanehan setelah penakanan ia bahkan tidak menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

"Gue Atha, pacarnya Ayska" mendengar itu Ayska tiba-tiba saja merasa tenggorokannya gatal, sosok laki-laki dihadapannya mencoba mencari celah bahwa yang dikatakannya tidak benar, tapi nihil. "Kenapa?" Atha menyadari gerak-gerik Javier.

"No" lagi-lagi ia menyeringai, mengalihkan matanya ke arah Ayska "selamat ya, akhirnya lu punya cowok juga" lagi-lagi ia menyeringai menampilkan deretan giginya, sementara Ayska masih memikirkan perkataan Atha.

"Sejauh ini, ini yang paling aneh" gumamnya sembari pura-pura melihat sekitar menarik perhatian ke enam pasang mata, "what?" katanya bergantian melihat ke enam pasang mata.

Ayska melihat ke arah Atha sembari mengkodekan sesuatu, 'apa yang tadi kamu katakan?' begitu kira-kira arti dari kode Ayska.

"Maksud gue, senang bertemu dengan kalian" katanya sembari menyeringai juga menampilkan deretan gigi

"Me too" jawabnya asal, "yuk honey, kita ke kasir" katanya disambut anggukan oleh perempuan disampingnya yang bernama Khanza. Javier hanya menganggukan kepala pertanda untuk pamit meninggalkan Atha dan Ayska, keduanya membalas anggukan tersebut. Terlihat keduanya asyik berbincang, matanya mengisyaratkan sangat menyayangi perempuan yang dirangkulnya itu. Kedua punggung itu hilang ditelan pesimpangan rak buku, tersisa Atha dan Ayska.

"Siapa?" liriknya ke arah Ayska sembari sedikit mendekatkan suaranya ke telinga

"Javier" jawabnya singkat

"Udah kenal lama?" Mendengar pertanyaan itu Ayska hanya mengedikkan bahu seraya meninggalkan Atha seorang diri, sementara yang ditinggalkan terdiam memikirkan sesuatu seperti kebingungan lalu memutuskan untuk berbalik ke arah yang berlawanan.

***

"Tadi siapa beb?" perempuan bekulit putih dengan perawakan sedikit berisi bertanya kepada laki-laki disampingnya, sementara lawan bicara sibuk memberikan buku ke bagian kasir.

"Sora" jawabnya singkat

"Maksudku dia siapa?"

"Sudahku bilang dia hanya teman biasa"

"Itu saja?" pertemuan tadi sangat menggelitik dirinya dan membuat penasaran tentang seorang perempuan tadi

"Tambahannya, dia pernah diam-diam suka padaku. Dan aku membencinya ketika mengingat itu" katanya sembari mengeluarkan kartu debit dari dompet miliknya

"Kok kamu tahu?"

"Temannya tidak sengaja mengatakan itu, sudahlah tidak perlu dibahas honey" katanya sembari mengusap bahu perempuan disampingnya

"Ternyata begitu" kata seseorang yang sedang mengantri untuk mengadopsi buku, hanya terhalang satu orang sehingga Javier dan Khanza tidak menyadari keberadaannya. Keduanya pergi dengan dua kantong buku ditangannya, hilang ditelan pintu toko buku ini. Terus memandangi keduanya sampai benar-benar menghilang ditelan pesimpangan jalanan menggunakan sepeda motor, sebab pintu terbuat dari kaca memudahkan ia untuk memandang dunia luar.

"Mas" yang dipanggil mulai tersadar dengan lamunannya, tanpa ia sadari sekarang gilirannya untuk membayar buku yang akan diadopsinya.

"Oh iya, saya ambil 3 buku ya mba" katanya sembari menyampirkan rambut ikal yang menghalangi dahinya itu.

Setelah membayarnya ia bergegas pergi keluar, karena dari tempatnya ia berdiri dapat melihat Ayska tengah menunggu dirinya.

"Yuk" katanya setelah berada di samping Ayska, ia hanya mengangguk dan berjalan ke arah mobil.

***

"Kenapa?" pertanyaan itu memecah keheningan sepanjang jalan, Ayska tidak berani melihat ke arahnya lebih memilih menikmati jalanan di depan matanya.

"Apanya yang kenapa?" Atha sembari fokus mengendalikan setir mobilnya

"Bilang kalo kita pacaran?" Mendengar itu Atha terkekeh pelan, ia sudah menduga dirinya akan menerima pertanyaan itu

"Emang kamu gak mau jadi pacar Rasya?" katanya sembari tersenyum jahil, sementara Ayska tidak tertarik untuk ikut tenggelam pada perasaan itu.

Semua laki-laki itu sama, ia tersenyum miris. Matanya menerawang jauh ke ujung jalanan yang akan ditempuh, berusaha menembus langit dengan mata telanjang. Ia mencari sesuatu, sesuatu yang ia saja tidak tahu itu apa.

"Ayska" katanya lagi memecah lamunan

"Kok berhenti?" Ketika ia menyadari mobil yang dinaikinya tiba-tiba saja berhenti di tepi jalanan.

Atha mengambil sebuah buku dari tempat penyimpanan mobil, ia menyuruh Ayska untuk membukanya pada halaman tiga belas.

"Kosong" memang benar, halaman itu kosong tidak ada apapun, Ayska hanya menduganya bahwa yang kosong itu halaman tiga belas karena halamannya sebelumnya dua belas dan setelahnya ada empat belas.

"Aku mau halaman itu kamu yang tulis" jawabnya sembari melepaskan seatbelt, matanya fokus melihat Ayska yang sedang terdiam mengenggam buku

"Tulis apa?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan

"Apapun yang kamu suka, karena apapun tentang kamu aku menyukainya" katanya masih tetap memandang Ayska

"Apa sih Tha" ia menutup buku itu, tak bisa ia pungkiri bahwa dirinya tersenyum meski mencoba menahannya.

Atha beralih memegang tangan Ayska, keringat dingin melumuri seluruh telapak tangannya. Belum lama menggenggam tangannya, Ayska langsung melepaskan tangannya dari sentuhan tangan laki-laki di hadapannya. Atha sempat menduga Ayska sakit, tapi ia teringat sesuatu membuat dirinya mengetahui mengapa Ayska seperti itu.

"Beri aku kesempatan untuk menjadi sosok lain yang berbeda dari apa yang kamu pikirkan." Ayska menahan dirinya untuk terkejut dengan apa yang ia dengar. "Tolong ya" lanjutnya lagi.

"Aku tidak tahu" jawabnya dengan mulut yang bergetar, Atha dapat melihat tangannya yang semakin lama semakin kentara getarannya.

"Apapun itu, izinkan aku dan maaf kalau aku harus mengatakan ini" kali ini Ayska berusaha menatap mata Atha mempertanyakan apa yang akan dikatakannya, "hanya aku yang boleh menjadi pacarmu, tidak ada yang lain".

AYSKA & BOM WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang