Bab 26: Tugas Charan

270 19 0
                                    




Di istana Dawin, sebuah acara sosial yang sangat penting sedang berlangsung: upacara penyerahan satu-satunya pewaris Asawathewathin. Banyak orang berkumpul di acara kerajaan ini.

Mulai dari duta besar, putri dan pangeran kerajaan asing, keturunan menteri, politisi, hingga media baik nasional maupun internasional. Semua berkumpul di tempat yang sama, karena dianggap sebagai peristiwa besar, setara dengan demonstrasi kekayaan, yang ingin disaksikan banyak orang.

Charan mengenakan setelan khusus, yang membuatnya terlihat sangat bagus sehingga tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Dekorasinya tidak banyak, tapi masing-masing dekorasinya lebih berharga dari biasanya.

Keagungan dan keanggunan langkah Charan menarik perhatian awak media yang sudah menunggu di gerbang utama.

"Khun Charan, bisakah kami mengambil beberapa fotomu?" Seorang jurnalis pemberani dengan sopan meminta izin. Charan memperlambat dan menghentikan langkahnya, sebelum dengan enggan menganggukkan kepalanya.

Kenyataannya, ia jarang berpose di depan media, hanya mengizinkannya jika diperlukan. Kilatan kilatan kamera dari segala arah berkerumun bagai kilat di tengah badai.

Sosok bangsawan itu berdiri diam saat dia menyelesaikan tata kramanya, sebelum memasuki perjamuan yang didekorasi dengan mewah. Ia bersosialisasi dengan banyak orang yang mengenakan jas dan gaun pesta mahal. Banyak tamu yang bertebaran, mengobrol dalam kelompok yang berbeda, sambil menunggu pelayan menyajikannya.

Charan sadar jika dia ada di sana, itu hanya karena tugasnya. Tapi naluri kehati-hatiannya tetap waspada seperti biasanya. Dia memalingkan muka untuk mengamati orang-orang di sekitarnya.

Mata hitamnya tertuju pada seseorang yang dia ingat dengan jelas. Tinggi, dengan kulit cerah, wajah lembut, dan tampak tidak peduli dengan segala hal. Pria dengan sikap unik dan luar biasa itu adalah Pangeran Calvin Lee, pewaris takhta asing.

Jika ingatannya benar, Calvin juga tidak suka menghadiri acara sosial, namun menurutnya sang Pangeran pasti dipaksa oleh ayahnya untuk hadir dan bersikap ramah serta bersedia berhubungan dengan Emmaly.

Dari apa yang Charan lihat di berita beberapa waktu lalu, keluarga Lee dari negeri jiran memang selalu membantu mensponsori salah satu keluarga yang akan memperebutkan gelar Raja Agung, dan mungkin itulah alasan utama dia hadir.

Untuk memilih tim yang akan didukung dan disponsori.

Calvin Lee menghela nafas lelah sambil melihat sekeliling. Dia minum segelas minuman emas. Sampanye Emmaly rasanya enak, tapi suasana saat itu cukup tidak menyenangkan.

Suasana kebangsawanan yang ia jalani sejak ia dilahirkan bukanlah hal baru baginya, namun Calvin tetap menghindari berbicara atau berinteraksi dengan siapa pun. Pemuda itu menyudutkan dirinya di sudut, sementara para penjaga mengelilinginya seperti perisai.

"Itu Pangeran Calvin."

Bisikan-bisikan media luar cukup keras hingga terdengar di telinga pemilik nama tersebut, karena jaraknya dekat dengan area pers.

Hanya beberapa kantor berita yang berkesempatan menghubunginya. Calvin tidak peduli. Sebagian karena dia sudah terbiasa melihat berita utama dengan namanya.

Tapi tentu saja orang-orang selalu lebih banyak membicarakan dia...

"Apakah kamu melihat Jay? Jay Jirat, aktor teater."

"Mengapa kamu di sini?"

Di tengah gosip tentang dirinya, topik pembicaraan tiba-tiba berubah. Calvin memberi isyarat kepada pelayan dengan satu jari untuk meminta segelas sampanye lagi. Dia bermaksud mencari tempat lain di mana dia bisa duduk dengan tenang dan menunggu, namun bisikan yang dia dengar memaksanya untuk berhenti.

The Next Prince (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang