Setelah seitansai penuh tangisan akan teman satu atap nya itu, Gita dan Eli pulang menaiki mobil sembari diselimuti keheningan.
Tentu keheningan itu penuh dengan rasa nyaman, nyaman karena tau orang disebelah nya juga merasakan hal yang sama. Tidak perlu berbicara banyak hanya saling mata yang memandang dengan sayu saja mereka sudah bisa saling mengerti.
Bahwa hari ini adalah hari yang melelahkan ntah itu secara batin maupun fisik.
Namun gadis yang lebih tua itu kembali memikirkan kata-kata dari Gita. Begitu manis, sungguh ia pikir Gita cuek dengan keadaan nya karena ia tidak begitu banyak berbicara mengenai saat-saat dirinya menangis hingga tidur.
Memang sesuai dengan jikonya, diam bukan berarti tidak memperhatikan mu.
"Li" Panggil senior nya.
"Hm, kenapa Git?"
"Aku beneran ya soal apa yang aku bilang barusan, bukan sekedar gimmick namun aku memang begitu sedih jika kamu tidur nya ga nyenyak." Ucap Gita seakan bisa membaca isi kepala junior nya itu.
Eli hanya bisa memberi senyum hangat akan perkataan Gita, sungguh gadis itu sering kali begini begitu manis ketika hanya berdua saja.
"Aku juga selalu berdoa untuk kamu, dan kebahagiaan kamu. Kalau kamu bahagia pasti aku juga bahagia. " Kembali Gita berkata pada junior nya itu.
Tangan Gita secara perlahan mendekat pada tangan Eli, dengan pelan ia menggenggamnya dan mengusap pelan punggung tangan Eli.
"Aku sayang kamu, selalu. Dari hari pertama kita bertemu sampai detik ini rasanya rasa sayang aku pada kamu ga pernah berubah. " Gita mengambil sedikit waktu dengan kata-kata nya, setiap kata di tutur dengan pelan dan penuh makna.
Eli sungguh tersipu akan perkataan Gita, wajah nya memerah. Eli bahkan mengalihkan pandangan nya dari seniornya itu.
Secara perlahan Gita memindahkan dirinya untuk lebih dekat dengan Eli, lalu dengan begitu lembut ia mengalihkan pandangan Eli kepada dirinya.
"Aku serius El, maaf kalau lancang namun aku rasa, perasaan ini lebih dari sayang kepada teman. Aku mencintai mu, dari pertama melihat kamu. Bahkan dari sebelum kita saling mengenal sepertinya aku sudah begitu tertarik akan dirimu." Ucap Gita.
Ntah mungkin efek samping dari kelelahan atau bagaimana namun Gita begitu jujur pada Eli malam ini.
Eli pun masih merasa kaget akan hal ini, teman terdekatnya ternyata jatuh cinta kepadanya pada 5 tahun ini, bahkan dia tidak pernah menyadari hal ini, Eli selalu berpikiran bahwa Gita menyukai Dey atau Kathrina.
Namun setidaknya perasaan nya malam ini ternyata terbalas. Gita juga memiliki perasaan yang sama dengan nya.
Namun tiba-tiba Gita melepaskan genggaman nya dengan perlahan dan memberi jarak. Sepertinya Eli terlalu lama berpikir.
Kali ini sang junior itu yang kembali meraih kepada tangan seniornya serta kembali mendekati nya.
"Aku juga sayang sama kamu git" Jawab Eli, tidak seperti biasa kali ini mereka begitu mellow juga penuh perasaan. Hari-hari yang biasanya ia begitu energetik tapi kala ini dia begitu lembut serta penuh perasaan.
Kini keduanya jatuh kembali dalam keheningan, dengan kepala Helisma yang menyender pada bahu seniornya itu dan Gita yang terus mengelus pelan punggung tangan Eli. Mereka menikmati perjalanan pulang dalam diam dan kebahagiaan baru.
. . . .
Sesampainya di kos, Gita dan Eli berjalan menuju kamar mereka dengan keheningan yang sama. Meskipun lelah, mereka merasa tenang karena akhirnya saling memahami perasaan satu sama lain. Mereka masuk ke dalam kamar dan duduk di tepi tempat tidur, masih menggenggam tangan.
Setelah beberapa saat dalam keheningan yang nyaman, Gita berkata, "Kamu mau teh hangat? Biar aku buatkan."
Eli tersenyum dan mengangguk. "Boleh, terima kasih, Git."
Gita pun pergi ke dapur untuk membuat teh. Sementara itu, Eli duduk sambil merenung, merasa beruntung memiliki seseorang seperti Gita di sisinya. Tak lama kemudian, Gita kembali dengan dua cangkir teh hangat. Mereka duduk berdampingan di tempat tidur, menikmati teh dalam diam.
"Git, terima kasih ya, buat semuanya. Aku nggak tahu harus bilang apa lagi," kata Eli akhirnya, memecah keheningan.
Gita tersenyum lembut. "Nggak perlu bilang apa-apa, El. Aku senang bisa ada selalu bersama kamu."
Setelah selesai minum teh, Gita menarik Eli ke dalam pelukannya. Mereka berbaring di tempat tidur, saling berhadapan. Gita membelai rambut Eli dengan lembut, menciptakan suasana yang semakin intim dan nyaman.
"Aku masih nggak percaya kita akhirnya bisa jujur satu sama lain," bisik Eli.
Gita mengangguk. "Aku juga. Rasanya seperti mimpi."
Mereka terus berbincang dalam bisikan, berbagi cerita dan tawa. Gita kemudian mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Eli dengan penuh kasih sayang. "Kamu istirahat yang cukup ya, El. Aku akan selalu ada buat kamu."
Eli tersenyum dan menutup matanya, merasa begitu tenang. "Aku juga akan selalu ada buat kamu, Git."
Mereka berdua kemudian memutuskan untuk tidur berpelukan, mencari kenyamanan dalam kehangatan tubuh satu sama lain. Gita membelai punggung Eli dengan lembut, membuat Eli merasa sangat nyaman. Mereka berdua saling berbisik tentang hal-hal kecil, mulai dari kegiatan sehari-hari hingga kenangan lucu bersama.
"Tapi kamu tau ga Git waktu aku jalan sama Lulu kemarin, dia hampir jatuh ke danau untung nya bisa pegangan ke aku" Cerita Eli dengan sedikit tawaan nya.
Gita pun menjawab dengan tawa nya juga, sungguh saat ini Gita sudah merasa begitu mengantuk, matanya begitu berat dan menutup sempurna. Gita pun sudah pergi duluan kedunia mimpinya.
"Git?" Panggil Eli yang mulai merasakan bahwa seniornya itu terlelap.
Pikiran Eli melayang ke masa lalu, mengingat saat-saat pertama mereka bertemu. Betapa perasaan itu perlahan tumbuh dari rasa nyaman menjadi cinta yang mendalam. Dia teringat bagaimana Gita selalu ada untuknya, dalam suka dan duka, selalu memberikan dukungan tanpa syarat. Kini, dia merasa bahagia karena bisa memberikan hal yang sama untuk Gita."Terima kasih, Git, untuk semua yang telah kamu berikan," bisik Eli pelan, meski tahu Gita sudah terlelap dan mungkin tak mendengarnya.
Ia pun memandang wajah Gita yang begitu damai saat tidur seperti tidak memiliki masalah apa-apa dengan ntah keberanian dari mana Eli mencium pelan pipi Gita lalu kembali ke posisi semulanya dan menyusul Gita ke dunia mimpinya.
Malam itu, Eli merasa begitu bahagia. Mereka berdua menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam kehadiran satu sama lain. Perlahan, Eli pun terlelap, masih memeluk Gita erat, menikmati momen indah dalam keheningan malam yang penuh cinta dan kehangatan.
Eli dan Gita, dua jiwa yang saling mencintai, akhirnya menemukan kebahagiaan dalam pelukan satu sama lain. Dan malam itu menjadi saksi bisu dari cinta yang tulus, yang tak pernah pudar oleh waktu. Mereka tidur dengan senyuman di wajah, dengan hati yang penuh cinta dan harapan. Begitu terlelap dalam kedamaian, malam itu menjadi malam terindah dalam hidup mereka, penuh dengan cinta dan kehangatan yang akan selalu mereka kenang.
────────────────────────────
Sorry nyempil hehe tapi ini dapet ide banget barusan dari seitansai nya helisma. Selain anaknya Gitshan banget gua juga anak nya Elgit banget! Lof helisma<3333333

KAMU SEDANG MEMBACA
GitShan One Shot
Short StoryGua anak nya gitshan banget bost. ada GXG nya yang ga berkenan silahkan tidak usah di baca. Disclaimer : Bahwasanya cerita disini adalah fiksi (Tidak Nyata) dan orang-orang yang ada di dalam cerita ini tidak benar-benar melakukan nya karena sekali...